Membaca Dilan adalah soal tokoh laki-laki yang kadar romantisnya kepalang bedebah! Ia bukan memberi segala kemewahan untuk Milea, melainkan hanya hal-hal sederhana yang penuh spontanitas. Sebagai satu contoh, dari sekian banyak lelaki yang memuja Milea, mereka kompak memberi hadiah berupa boneka beruang, coklat, dan segudang barang yang bisa dibilang udah biasa dan monoton. Tapi tidak bagi Dilan. Alih-alih memberi kado mainstream untuk ulang tahun si doi, Dilan hanya memberi sebuah buku teka-teki silang yang sudah ia jawab semuanya sebagai hadiah ulang tahun Milea. Buku asah otak itulah yang justru menjadi jalan masuk pacaran bagi Dilan dan Milea.
Jancuk!
Kamu boleh mengumpat demikian. Bahwa hari ini, ketika kaum lelaki justru berada dalam bayang-bayang kalimat “ora ninja ora cinta“, namun Dilan, dengan segala sikap cuek, spontanitas, romantis dalam kesederhanaan, justru menyangkalnya. Tapi kita tahu, begitu kita menuntut balik agar kaum perempuan juga memutar mindset seperti Milea, menganggap bahwa hal-hal yang tak diukur dengan nilai materi itu lebih menyenangkan, tentu para perempuan itu akan memilih mundur pelan-pelan.
Lha piye, siapa juga yang mau pacaran sama laki-laki yang ikut geng motor, nongkrong nggak jelas, dan doyan berantem macem Dilan? Hambok mending nyari laki yang giat bekerja dan punya karier yang moncer!
Pidi Baiq sebagai penulis novel Dilan, tentu menolak jika buku belio dianggap sebagai kitab suci untuk mendapatkan perempuan. Toh kita semua tahu, bahwa ada Ronald Frank yang sudi menulis banyak buku dan membuat seminar tentang bagaimana caranya mendapatkan wanita idaman. Tapi tetap saja, sosok Dilan menjadi tolok ukur bahwa lelaki yang sempurna adalah ia yang suka spontanitas, romantis dengan hal-hal sederhana, menggombal tak norak, dan tentu saja harus penyuka sastra. Dilan adalah koentji. Titik!
Untuk membribik, tak ada salahnya jika saya menyarankan kamu untuk meniru cara Dilan. Tentu tak harus sama persis. Lakukan saja sesuai sifat alamiahmu dan harus berbeda dari cara yang konvensional. Bagaimana caranya? Misal, buang jauh-jauh rutinitasmu mengirim pesan sok perhatian macam ‘sudah makan atau belum’ kepada bribikan-mu. Lalu apalagi? Pikir sendiri, wong wis gede kok!
Sampai di sini, tentu kamu ingin tahu bagaimana kisah akhir Dilan dan Milea. Kisah mereka tak berakhir di KUA. Mereka menikahi pasangan masing-masing. Saya tahu, kamu pasti akan mendebat tulisan ini dengan pertanyaan: lalu kenapa saudara menyuruh kami-kami ini meniru Dilan, kalau akhirnya dia tak menikahi Milea?
Sini, duduk yang rapi. Saya kasih tahu, Dilan dan Milea memang tak menikah, tapi saya tahu kalau kamu-kamu ini berharap bisa menjadi laki-laki yang diimpikan oleh banyak perempuan. Boboho pernah berujar bahwa perempuan hanya menjadikan laki-laki badboy sebatas pacar, dan memilih laki-laki yang biasa-biasa saja sebagai suami. Tapi kamu tahu tidak, setelah Milea menikah dengan pasangannya, sosok Dilan adalah soal kenangan yang tak bisa dan tak pernah dilupakan. Ada banyak cerita manis di sana.
Tamat membaca ketiga seri Dilan, saya tak merasakan apapun selain bahwa saya sedang berkaca. Lho para ladies tak percaya? Sila minta nomor hape saya pada redaksi, nanti saya akan buktikan. Tapi please, ini tawaran berlaku hanya untuk para perempuan. Tak sudi saya harus meladeni laki-laki. Cih!