Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Meninggalkan Jatinangor, Meninggalkan Masalah-masalah yang Menghantui Kecamatan Luar Biasa Ini

Alvie Putri Gustiningrum oleh Alvie Putri Gustiningrum
17 Agustus 2023
A A
Meninggalkan Jatinangor, Meninggalkan Masalah-masalah yang Menghantui Kecamatan Luar Biasa Ini

Meninggalkan Jatinangor, Meninggalkan Masalah-masalah yang Menghantui Kecamatan Luar Biasa Ini (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Jatinangor, atau kadang disebut juga Bandung coret, mungkin bukanlah kecamatan yang asing bagi banyak orang, terutama para penggiat PTN ternama seperti Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Padjadjaran. Selain dua universitas tersebut, Jatinangor juga menjadi rumah bagi beberapa institusi pendidikan, seperti Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) dan Institut Manajemen Koperasi Indonesia (IKOPIN). Dengan luas yang hanya berkisar 262 kilometer persegi, Jatinangor menjadi tempat ribuan mahasiswa berkumpul menuntut ilmu dari tahun ke tahun.

Meninggalkan Jatinangor setelah 4 tahun lamanya menempuh studi adalah hal yang agak sulit, tapi nggak terlalu menyedihkan. Saya mungkin sudah nggak akan lagi menyusuri Jalan Ciseke Besar sampai ke fakultas saya yang nggak jauh dari Gerbang Lama Unpad, tapi sejujurnya saya malah lega. Saya juga nggak akan menyebrang jalan di zebra cross setelah tikungan di depan Kantor Kecamatan Jatinangor, dan hal ini sangat membuat saya bersyukur.

Agak bersyukur meninggalkan Jatinangor

Gimana nggak bersyukur? Saya nggak harus lagi merasakan jantung berdebar-debar setiap jalan kaki di sepanjang jalanan besar tanpa trotoar. Saya nggak perlu lagi takut ditabrak truk yang melaju cepat di tikungan. Agenda cari takjil sudah nggak ada lagi buat saya tahun depan, sehingga saya aman dari ancaman terserempet motor atau mobil setiap jalan kaki sambil pilih-pilih menu untuk buka puasa. Untuk sekarang, agenda saya cuma berdoa untuk para mahasiswa dan warga lokal di Jatinangor untuk menjaga keselamatan masing-masing dan bersama.

Perhatian yang kurang terhadap kenyamanan pejalan kaki merupakan isu yang menurut saya cukup serius di kecamatan ini. Sebagai salah satu mahasiswa yang nggak membawa kendaraan dari rumah ke daerah rantau, saya sangat merasakan kurangnya rasa aman dalam beraktivitas sehari-hari. Terutama ketika saya harus bolak-balik ke kampus. 

Melihat fakta bahwa Jatinangor merupakan rumah bagi mahasiswa dari berbagai institusi pendidikan, rasanya adil jika saya menilai bahwa Jatinangor bukanlah sembarang kecamatan. Sudah semestinya ada perhatian lebih dari pemerintah setempat kepada wilayah kecil di pinggir Bandung dan Sumedang ini. Perhatian dalam hal apa aja, tuh, contohnya?

Fasilitas pejalan kaki yang memadai

Trotoar di Jatinangor itu bukannya nggak ada sama sekali, tapi minim keberadaannya. Kalau kalian jalan dari daerah Sukawening sampai Unpad mungkin masih bisa merasa nyaman sedikit karena adanya trotoar. Tapi beda ceritanya untuk orang-orang yang tinggal di daerah Ciseke, Sayang, dan seterusnya. Jalan kaki di Jatinangor artinya kalian harus siap kalau tiap 20 detik harus sering-sering nengok. Kenapa? untuk memastikan bahwa badan kalian nggak jadi sasaran empuk pengendara absurd.

Berpapasan dengan kerumunan orang yang jalannya beda arah dengan kita juga jadi sesuatu yang agak canggung. Salah satu dari kita harus mencondongkan diri ke jalan raya supaya orang lainnya bisa lewat. Hal ini, lagi-lagi, menjadi waktu di mana pejalan kaki harus hati-hati betul supaya nggak keserempet kendaraan.

Bulan Ramadan tahun ini setengahnya saya habiskan di Jatinangor, membuat saya jadi berpengalaman dalam melintasi rintangan penjual takjil dan kendaraan-kendaraan yang jalannya lambat karena lihat-lihat takjil juga. Kurangnya batasan antara jalan raya dengan tempat pejalan kaki (trotoar) atau pedagang kaki lima membuat pemilihan menu buka puasa menjadi ajang olahraga mendebarkan. Beberapa teman saya juga ikut komentar saat itu, “Kalau nggak dapet takjil, ya dapet hikmahnya.”

Baca Juga:

Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

Trotoar Jatinangor Bukan Tempat Jalan Kaki, tapi Tempat Uji Kekebalan Tubuh dan Memperpendek Usia

Nggak kebayang, deh, kalau sampai beberapa tahun ke depan, fasilitas untuk pejalan kaki masih buruk seperti ini. Banyak dari kita yang mungkin juga sudah dengar bahwa Jatinangor tahun ini kedatangan lebih banyak lagi mahasiswa baru dari ITB yang akan menghabiskan tahun pertama mereka di ITB Jatinangor. Kecamatan kecil yang semakin padat ini butuh pertolongan segera. Terutama dalam mensejahterakan orang-orang yang nggak berkontribusi dalam kemacetan kendaraan bermotor, alias pejalan kaki.

Penempatan zebra cross yang strategis dan nggak mengundang maut

Para mahasiswa maupun warga lokal di Jatinangor pasti akan langsung paham ketika saya bilang bahwa menyeberang jalan di depan Kantor Kecamatan Jatinangor sama dengan menantang maut. Ini bukanlah perihal tidak adanya zebra cross sebagai tempat penyeberangan jalan. Tetapi, penempatan zebra cross tersebut yang nggak strategis bagi orang yang ingin berlalu-lalang.

Apa jadinya kalau saat menyeberang jalan, tiba-tiba ada truk yang juga mau lewat tanpa bisa kita antisipasi karena truk tersebut datang dari tikungan tajam yang letaknya nggak sampai 10 meter dari tempat penyeberangan jalan? Antara pejalan kaki yang harus diam di tengah jalan untuk mempersilahkan truk tersebut lewat. Atau truknya yang harus mengerem mendadak. Dua-duanya bukan skenario ideal.

Isu penempatan zebra cross yang kurang strategis ini diperparah oleh fakta bahwa begitu banyak mahasiswa pejalan kaki. Terutama mahasiswa Unpad, merupakan pengguna zebra cross tersebut. Sebab, lokasinya yang paling dekat dengan kampus Unpad atau halte bus damri. Sebagai salah satu mantan pengguna zebra cross tersebut, saya akan apresiasi apabila letaknya dipindah sedikit lebih jauh dari tikungan untuk mengurangi potensi sport jantung.

Mungkin sudah saatnya pasang lampu lalu lintas di Jatinangor

Bertambahnya jumlah mahasiswa di Jatinangor bukan hanya berdampak pada bertambahnya pejalan kaki. Melainkan juga pengguna kendaraan bermotor. Salah satu hal yang saya rasakan sebagai pejalan kaki adalah terlalu bebasnya pembawa kendaraan untuk lewat sana sini tanpa ketertiban yang cukup. 

Untuk daerah pertigaan atau perempatan, umumnya ada Pak Ogah yang sesekali mengendalikan arus lalu lintas, agar kendaraan nggak saling tabrakan. Tapi, keberadaan Pak Ogah ini nggak bisa jadi solusi dalam jangka panjang. Apalagi kalo volume kendaraan terus bertambah tiap tahunnya. 

Untuk menertibkan jalanan agar lebih nyaman digunakan tak hanya oleh pembawa kendaraan, melainkan juga pejalan kaki, mungkin sudah waktunya pemerintah setempat mempertimbangkan pemasangan lampu lalu lintas. Saya nggak bisa bicara untuk seluruh warga Jatinangor. Tetapi, saya rasa pemasangan lampu lalu lintas di beberapa titik tersibuk Jatinangor. Seperti di pertigaan Jalan Sayang, misalnya, bisa membantu mengurangi potensi kecelakaan.

Semoga Jatinangor segera mendapatkan perhatian yang dibutuhkan. Terlepas dari wilayahnya yang mungkin nggak luas-luas banget, Jatinangor bukanlah kecamatan biasa. Kecamatan ini tak hanya dipenuhi warga lokal atau pendatang yang berlalu-lalang dari Sumedang dan Bandung. Jatinangor merupakan jantung dari pendidikan tinggi di Jawa Barat. Tempat bernaung institusi-institusi pencetak generasi masa depan bangsa. Ada baiknya generasi tersebut diberlakukan dengan baik dan diperhatikan kebutuhan serta keselamatannya. 

Penulis: Alvie Putri Gustiningrum
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Seni Hidup di Jatinangor

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 17 Agustus 2023 oleh

Tags: ITBjatinangorpejalan kakiunpad
Alvie Putri Gustiningrum

Alvie Putri Gustiningrum

Fresh Graduate HI yang interest-nya sebenarnya ngga HI-HI banget. Fashion enthusiast and an aspiring writer.

ArtikelTerkait

Jalan Persatuan UGM Surganya Kuliner, tapi Neraka bagi Pengendara dan Pejalan Kaki Mojok.co

Jalan Persatuan UGM Surganya Kuliner, tapi Neraka bagi Pengendara dan Pejalan Kaki

10 Maret 2025
Gagal Masuk UNPAD, Mahasiswi Ini Justru Temukan Kebahagiaan yang Tak Terduga yang Mungkin Nggak Akan Dia Dapat di UNPAD

Gagal Masuk UNPAD, Mahasiswi Ini Justru Temukan Kebahagiaan yang Tak Terduga yang Mungkin Nggak Akan Dia Dapat di UNPAD

16 Januari 2025
Paun, Pasar Tumpah Unpad yang Ramai Dikunjungi Mahasiswa dan Warga Jatinangor di Hari Minggu Terminal Mojok

Paun, Pasar Tumpah Unpad yang Ramai Dikunjungi Mahasiswa dan Warga Jatinangor Tiap Minggu Pagi

10 Juni 2022
5 Tempat Ibadah Terdekat dari Gedung Sate yang Keren dan Bersejarah

5 Masjid Terdekat dari Gedung Sate yang Keren dan Bersejarah

4 April 2022
Kata Deddy Corbuzier, Kuliah Itu Nggak Penting dan Bikin Milenial Mengalami ‘Postponing Reality’

Menilik Kekuatan IPDN, IKOPIN, ITB Jatinangor, dan UNPAD: Jika Mereka Tawuran

5 Mei 2020
Panduan Mencari Kos di Jatinangor bagi Mahasiswa Baru Unpad yang Sebentar Lagi Mengikuti Kegiatan Prabu

Panduan Mencari Kos di Jatinangor bagi Mahasiswa Baru Unpad yang Sebentar Lagi Mengikuti Kegiatan Prabu

21 Juli 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Alasan Posong Temanggung Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Jogja

Alasan Posong Temanggung Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Jogja

27 Desember 2025
Stop Mengira Kuliah Online UT Itu Main-main, Kenyataannya Lebih Serius dan Menantang Dibanding Kuliah Konvensional Mojok.co

Stop Mengira Kuliah Online UT Itu Main-main, Kenyataannya Lebih Serius dan Menantang Dibanding Kuliah Konvensional

30 Desember 2025
Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

26 Desember 2025
Dosen Pembimbing Nggak Minta Draft Skripsi Kertas ke Mahasiswa Layak Masuk Surga kaprodi

Dapat Dosen Pembimbing Seorang Kaprodi Adalah Keberuntungan bagi Mahasiswa Semester Akhir, Pasti Lancar!

25 Desember 2025
Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

24 Desember 2025
Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, tapi Layanan QRIS-nya Belum Merata Mojok.co

Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, Sayang Layanan QRIS-nya Belum Merata 

24 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Orang Tak Tegaan Jadi Debt Collector: Tak Tagih Utang Malah Sedekah Uang, Tak Nikmati Gaji Malah Boncos 2 Kali
  • Biro Jasa Nikah Siri Maikin Marak: “Jalan Ninja” untuk Pemuas Syahwat, Dalih Selingkuh, dan Hindari Tanggung Jawab Rumah Tangga
  • Didikan Bapak Penjual Es Teh untuk Anak yang Kuliah di UNY, Jadi Lulusan dengan IPK Tertinggi
  • Toko Buku dan Cara Pelan-Pelan Orang Jatuh Cinta Lagi pada Bacaan
  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.