Mengkaji Mental BreadTalk dan Penyebab-Penyebabnya

Mental BreadTalk

Mental BreadTalk

Trending Twitter selalu ada-ada saja. Tagar #mentalbreadtalk per tanggal 03 0ktober 2019 pukul 11.00 berhasil menduduki urutan ke-4 trending di Twitter. Berawal dari salah satu tweet beserta gambar screenshot yang terunggah dua hari lalu, 01 Oktober pukul 8.07 pm milik akun @fellowcancer

Sederhana. Karena typo saja bisa jadi trending. Padahal biasanya kaum berfollowers dengan angka menengah ke bawah berjuang mati-matian bikin tweet yang sok asik, sok melankolis, dan kesok-sokan yang lainnya hanya dalam rangka memperjuangkan dapat RT dan likes banyak. Hayo ngaku~

Mencoba memposisikan diri menjadi si pemilik beranda obrolan tersebut. Mungkin dalam hatinya, “Lo tau nggak sih? Gua baru dapet musibah diputusin dan dalam keadaan sedang lapar gini malah jadi bahan candaan kalian?”

Dugaanku, kalau si korban diputusin perempuan. Kok perempuan? Dilansir dari data dari Depkes tersebut mengatakan bahwa “perempuan dua kali lebih banyak terkena gangguan jiwa ringan dibandingkan laki-laki.”

Definisi Mental BreadTalk yang ditulis beberapa netizen dengan akun Twitter pribadi, rata-rata serupa menuliskan definisinya seperti itu. Nggak salah juga sih. Kenyataan memang benar adanya kalau roti merk BreadTalk memang kayak gitu. “Lembut, empuk, gampang disobek”. Harganya worth it sama rasanya pula.

Tapi kenapa mendadak berubah nama jadi Roti Depresi? Udah ah, pokoknya netizen nggak pernah salah~

Mari beralih. Sebenarnya yang dimaksudkan dalam obrolan tersebut jelas breakdown bukan BreadTalk. Memang begitu kan, beberapa orang sering mengalami lapar saat dalam kondisi galau. Bener nggak? Jadi ya salah ketik tersebut memang perlu dan harus dimaklumi.

Sebenarnya apa sih mental breakdown?

Mengutip dari BrightQuest Treatment Centers, mental breakdown adalah istilah gangguan mental mengacu pada krisis yang dirasakan dalam kesehatan mental atau emosional seseorang. Sangat sering, gangguan mental terjadi dalam kehidupan seseorang ketika stres dan tekanan yang mereka alami telah meningkat sedemikian rupa sehingga mereka tidak bisa lagi mengatasinya.

Penyebab yang mendasari gejala gangguan mental ini sangat bervariasi. Beberapa di antaranya:

  1. Suasana hati yang tertekan, termasuk kesedihan, keputusasaan, dan rasa bersalah
  2. Kurang motivasi dan kehilangan minat pada aktivitas dan hal-hal lain
  3. Perubahan signifikan dalam pola harian, seperti tidur, nafsu makan dan makan, atau perawatan diri
  4. Penyakit fisik dan kelelahan
  5. Penarikan dan isolasi sosial
  6. Kesulitan dengan fokus, konsentrasi, dan pemikiran jernih
  7. Kekhawatiran dan kecemasan yang tidak hilang atau traumatis
  8. Berpikir delusi dan halusinasi

Berdasarkan Riskesdas 2007 disebutkan, rata-rata nasional gangguan mental emosional ringan, seperti cemas dan depresi terjadi pada penduduk berusia 15 tahun ke atas, dengan presentase mencapai 11,6%.

Dr. Deborah Serani, PhD, seorang professor di University of Adelphi pun menyatakan, bahwa gangguan mental bisa muncul akibat kombinasi faktor biologis, sosial, dan lingkungan. Serani juga mengatakan bahwa gangguan mental ini muncul karena masa remaja adalah masa di mana otak berubah sampai tingkat yang tinggi.

Halooo, putus cinta ya yang dibawa kenangannya aja. Mbok nggak usah sampai bawa-bawa roti~

Eits, belum selesai. Mau flashback ke Mental BreadTalk lagi nih, ada yang baru lagi. Laporan terakhir dari pemilik akun pada tweet terakhir di utasnya yang viral ini memberi klarifikasi. Kalau ternyata …

Hanya bercanda dong kata Mas Avior. Hidup kadang begitu memang. Sini udah serius-serius, eh dibercandain. (*)

BACA JUGA Bercilukba dengan Bilven, Si Bapak Arsip Nasional atau tulisan Lulu Erzed lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version