Mengidolai Joko, Tokoh di Sinetron ‘Dari Jendela SMP’

sinetron dari jendela smp mojok.co

sinetron dari jendela smp mojok.co

Cinta itu datangnya kadang tiba-tiba. Tak diundang. Tak diantar. Mirip-mirip jaelangkung, tetapi bukan. Kadang juga cinta itu datang pada waktu yang salah. Serupa kebelet pengin makan buah durian, tapi lagi musim buah pare. Pahit kan? Bahkan cinta itu kadang tercurah pada subjek yang salah. Seperti ngidam celana dalam Calvin Klein yang ada bunga-bunganya, padahal sempak ini cuma ada satu dan sudah dimiliki orang lain. Gimana coba?

Jika demikian, apakah cinta itu salah? Apakah cinta itu berhak untuk dihukum atas kesalahannya? Ataukah cinta itu boleh dikambinghitamkan? Kan sesekali bisa di kambing putihin. Masak yang hitam selalu disalahkan. Hitam itu kan manis.

Beberapa orang bijak menyatakan bahwa cinta itu tak pernah salah. Cinta itu adalah anugerah dari sang Khalik untuk seluruh ciptaannya. Cinta itu adalah tanda kenormalan. Jika masih mau dianggap normal, maka bercintalah. Jangan ngeres dulu ya, Bro. Maksudnya, punyailah cinta itu.

Tapi kan ada juga yang gila karena cinta. Kan itu pertanda tidak normal. Jawabannya, gila adalah tanda kenormalan tingkat paling bawah. Sesuatu yang berada di bawah, biasanya inferior. Serupa Wattford yang terdegradasi karena berada di tiga kelompok klub terbawah klasemen di Liga Inggris. Atau seperti Pak Amin Rais yang gagal jadi presiden RI ke-6, juga karena berada di urutan bawah.

Pemilik cinta itu sebenarnya tidak gila betulan. Tetapi terlalu meresapi cinta dengan sepenuh raga.

Nah, jika cinta itu tidak pernah salah, siapa yang mesti bertanggung jawab jika cinta itu datang di usia belia? Seperti kisah Joko yang jatuh cinta kepada Wulan dalam sinetron Dari Jendela SMP itu.

***

Sinetron Dari Jendela SMP garapan SinemArt itu belakangan sedang digandrungi. Data rating TV awal bulan Juli menunjukkan sinetron ini mampu menduduki urutan nomor dua terfavorit. Walaupun ada yang menghujat dan menyarankan sinetron itu untuk dicekal karena dianggap bukan tontonan yang layak untuk anak SMP, tetapi yang suka dan menjadi pembela sepertinya lebih banyak. Alhasil, jalan terus penayangannya sampai sekarang.

Saya termasuk barisan yang terakhir. Alasannya, sinetron Dari Jendela SMP ini bagus. Jalan ceritanya masuk akal dan mendekati kenyataan sehari-hari. Sebab, begitulah anak SMP sekarang dan mungkin sejak dulu. Mereka sudah berani mengutarakan perasaannya kepada lawan jenis secara langsung. Berani mengajak pacaran. Berani ngasih hadiah hadiah mahal. Entah dari mana uangnya. Mudah-mudahan bukan dari nyopet dompet bapak atau ibunya.

Termasuk ngasih hadiah yang bikin orang dewasa tepok jidat. G-String dan bra berenda emas! Emangnya mau ngapain si tong ngasih yang begituan? Mau ngasih seserahan? Atau mau tahu ukuran?

Alasan lainnya adalah karena sinetron ini bisa menjadi penambah wawasan bagi orang tua yang punya anak SMP tentang bagaimana menangani anak-anak seusia itu yang sedang pubertas. Anak usia ini ingin menunjukkan eksistensi dirinya di hadapan orang lain, terutama terhadap orang yang mereka sukai.

Persoalannya, bagaimana agar hasrat mereka yang sedang meledak-ledak itu tidak menjadi masalah. Syukur-syukur cinta itu kemudian tersalurkan untuk kebaikan dan kemanfaatan. Serupa kisah cinta Isyana Sarasvati dan Reyhan Maditra yang saling memantaskan diri semenjak SMP. Kan jadi happy ending ketika mereka menjadi pasangan serasi yang sama-sama sukses di jalurnya masing-masing, bukan tersalurkan di kamar mandi berkawan dengan erangan dan imajinasi itu.

Bukankah semua anak yang lahir ke dunia itu dalam keadaan suci? Dan orang tuanyalah yang pertama kali membentuk karakter dan kepribadiannya. Yang menjaganya dari lingkungan kurang baik. Yang menjaganya dari pengaruh buruk orang-orang yang menjadi endorser tingkah laku iblis.

Jadi, menurut saya, cinta di usia belia itu sah-sah saja. Sebab cinta itu kodrat manusia. Cinta itu tidak pandang bulu dan umur. Yang belum berbulu karena belum cukup umur pun boleh mencintai dan dicintai kok.

Cinta itu mungkin seperti internet. Ada sisi baik dan buruknya. Menghindari internet karena takut dengan sisi buruknya, ya kurang bijak. Sebab kita akan kehilangan kemanfaatannya yang sangat banyak.

Pada akhirnya tidak masalah mengidolai Joko. Sebab Joko itu keren. Sebab Joko itu tulus dan tanpa pamrih mencintai Wulan. Sebab Joko itu menjadi tambah pintar, bijak, dewasa, dan santun karena cinta.

Sayup-sayup terdengar alunan suara Pasto….

Malu aku malu
Pada semut merah
Yang berbaris di dinding, menatapku curiga
Seakan penuh tanya, sedang apa di sana
Menunggu pacar jawabku

BACA JUGA Surat untuk Diriku yang Lebih Muda: Jangan Tergesa-gesa Jatuh Cinta 

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version