Jika Tsubasa Ozora sudah bisa membuktikan kepada dunia bahwa jadi pesepakbola adalah jalan yang tepat bagi dirinya, dan jadi PNS tidak selalu menjadi penentu kehidupan yang makmur, koleganya, Kojiro Hyuga, masih harus mawas diri akan nasib kehidupannya yang belum ajeg. Setelah sempat saya sarankan agar hengkang dari Juventus dan ke PS Sleman, ternyata ada benarnya bahwa Hyuga masih kesusahan untuk beradaptasi di Italia.
Sebenarnya, permainan Hyuga nggak buruk-buruk amat selama membela panji Juventus. Bukti sahihnya ia berhasil mencetak angka. Namun, ada alasan lain yang menyebabkan Hyuga gagal saing bersama squad utama Juventus, yakni gemuknya posisi striker di Juventus saat itu. Sebut saja Alessandro Delpi, Tresaga, Esnander, Komasevic, Filippo Inzars, dan Marco Banchi jejeran nama-nama senior yang mengisi pos penyerang. Sedang Hyuga, pada saat itu, adalah anak bawang asal Jepang yang mustahil menembus jajaran starting line up.
Jika Tsubasa masih diberi kebaikan hati dengan menempatkannya bermain bersama Barcelona B, Hyuga agaknya diperlakukan dengan keras oleh Carlos Monetti, pelatih Juventus. Yakni dipinjamkan menuju klub Serie C, jauh dari hingar bingar sepak bola papan atas Italia, A.C. Reggiana. Setelah tidak mulusnya karier Hyuga yang pating gronjal, bagaimana dengan keuangannya? Menengok tujuannya adalah menyolahkan adik-adiknya dan juga membahagiakan ibundanya tercinta? Begini ulasan dari saya.
Satu: Juventus dan Peminjaman Pemain Muda
Sebenarnya nasib yang diterima oleh Kojiro Hyuga adalah sebuah konsekuensi. Hyuga pastinya sudah paham betul bahwa Juventus adalah kekuatan besar di sepak bola Italia, bahkan dunia. Tidak dapat dimungkiri bahwa banyak pemain hebat bersemayam dengan berjibaku untuk memperebutkan squad utama. Bagi pemain muda, jika nggak bagus-bagus amat, maka opsinya adalah penjualan atau peminjaman. Sadisnya, peminjaman pemain bisa saja dijadikan mesin menciptakan cuan, yakni meminjamkannya kemudian setelah kembali, pemain ini dijual dengan harga yang terbilang tinggi. Namun, saya yakin bahwa niat Juventus meminjamkan Hyuga tidaklah bermaksud keji seperti itu.
Tapi banyak yang bisa dijadikan contoh bahwa Kojiro Hyuga harus bermain dengan sungguh-sungguh bersama Reggiana. Hal ini menengok Emilio Audero Mulyadi, kiper muda Juventus, sempat beberapa kali dipinjamkan ke Venezia dan Sampdoria. Dan saat peminjaman terakhir, bersama Sampdoria, kiper yang masih memiliki garis keturunan Lombok ini dipagari oleh Juventus dengan opsi pembelian di akhir peminjaman. Pada 2019, Emil resmi mendarat bersama klub yang memiliki julukan Blucerchiati ini dan harus mengakui kerasnya persaingan di posisi kiper utama Juventus.
Ini baru posisi kiper, bagaimana dengan striker yang benar-benar padat dalam squad La Vecchia Signora atau Si Nyonya Tua. Baik dalam dunia manga, maupun realita, posisi ini dihuni oleh pemain-pemain menakutkan macam Ronaldo dan Dybala.
Memang benar Juventus ini seakan hobi meminjamkan pemain mudanya. Pada musim 2019 saja, total Juventus telah meminjamkan 47 pemain ke klub lain. Tapi bukan berarti kesempatan Hyuga kembali adalah nol. Banyak pemain muda berbakat yang tembus posisi utama Juventus yang sebelumnya dipinjamkan atau dijual terlebih dahulu. Contohnya ialah Giuseppe Furino yang merupakan pemain jebolan binaan Juventus pada medio 60-an. Dirinya sempat dijual ke Palermo sebelum kembali dibeli oleh Il Bianconeri pada tahun 1969.
Dua: Status Transfer Kojiro Hyuga
Dalam manga, memang secara gamblang Carlos Monetti mengatakan bahwa striker utama Jepang usia muda dan pemilik tendangan macan ini dipinjamkan dengan ketentuan jangka waktu yang tidak diketahui. Hyuga pun terkejut, tapi terkejutnya itu kian berlipat ganda setelah mengetahui bahwa pindahnya dirinya itu menuju klub Serie C yang benar-benar jauh dari hingar bingar sorot kamera sepak bola utama Italia.
Menelisik lebih jauh lagi: Apa sih itu peminjaman pemain atau loan transfer? Sebenarnya peminjaman pemain ini banyak jenisnya. Mulai dari peminjaman gratis, peminjaman dengan opsi pembelian permanen dan peminjaman yang mengharuskan si peminjam membayar kepada klub asal si pemain. Dalihnya pun banyak, mulai dari memberi jam terbang bagi pemain muda yang biasanya klub yang menerima jasa peminjaman adalah klub yang levelnya lebih rendah.
Untuk membedah berapa gaji Hyuga di Juventus dan selama masa peminjaman di Reggiana tidaklah semudah itu. Setidaknya ada dua opsi. Pertama, untuk masalah pembayaran, karena kita tidak tahu klausul yang dilakukan oleh Juventus dan Reggiana, biasanya status peminjaman ini ada dua opsi; gaji sepenuhnya dibayar oleh Juventus, atau dibagi dua dengan prosentase lebih besar kepada pihak Juventus. Dan dalam masalah ini, gaji Hyuga harusnya ditanggung oleh Juventus sebesar 50% dan Reggiana sebesar 50%.
Kenapa A.C. Reggiana patut urunan dengan besaran Euro yang sama dengan Juventus untuk gaji Hyuga? Ketika Hyuga masuk, mereka menempati posisi empat di klasmen Serie C. berjibaku bersama Albese dan klub lainnya. Hadirnya Hyuga adalah keuntungan bagi dua belah pihak. Juventus mendapatkan keuntungan karena Hyuga akan mendapat jam terbang yang banyak dan progres luar biasa, juga untuk Reggiana karena mendapat service sekelas Kojiro Hyuga. Tak ayal, mutualisme antara dua klub ini sangat berimbang walau dalam kadar prioritas yang berbeda.
Kedua, dalam Serie A, terdapat sebuah kesepakatan unik perihal transfer pemain. Dalam istilah Italia sendiri kesepakatan ini dinamakan comproprieta atau co-ownership di mana dua tim bisa memiliki satu pemain secara penuh. Bedanya dengan prinsip urunan yang hanya masalah gaji, comproprieta lebih menyeluruh lagi. Dilansir dari Pandit, dalam artikel yang berjudul Istilah-istilah Transfer dalam Sepak Bola, prinsip ini adalah pemain yang dikontrak dengan tipe transfer biasanya seorang pemain muda yang memiliki prospek. Syarat untuk mengakuisisi pemain dengan tipe transfer ini adalah sang pemain paling tidak memiliki sisa kontrak dua tahun dengan kesebelasan lamanya. Pemain masih bisa dipinjamkan ke pihak ketiga atau kesebelasan lain asalkan kedua kesebelasan pemilik pemain menjalin kesepakatan dengan kesebelasan barunya.
Kojiro Hyuga dan Reggiana bisa saja memilikinya dengan prinsip transfer comproprieta. Ya, memang sih, prinsip ini sudah tidak diberlakukan sejak tahun 2014 selain karena menyesuaikan dengan aturan internasional, prinsip ini juga terkenal ribet minta ampun. Tapi, Hyuga tumbuh jauh di era 2014. Di mana dalam arc Captain Tsubasa: Kaigai Gekito Hen in Calcio – Hi Izuru Kuni no Giocatore yang digarap oleh Yoichi Takahashi pada 2009, memungkinkan untuk menggunakan prinsip comproprieta.
Tiga: Menghitung Penghasilan Kojiro Hyuga
Bisa dibilang pelatih fisik Juventus bernama Mazzantini lah biang kerok Hyuga angkat kaki dari Turin. Ia lah yang mengatakan bahwa tubuh Hyuga tidak memenuhi kriteria persaingan ketat Serie A karena kaki kanan dan kirinya tidak singkron. Jika dirunut, ini memang ulah Coach Kira yang memberikan porsi latihan edan untuk Hyuga. Salah satunya adalah menendang bola dari batu dan menembus ombak.
Mazzantini memang biang kerok, tapi ia memberikan semacam catatan porsi latihan kepada Hyuga agar tubuhnya seimbang. Tak pernah terbesit dalam diri Hyuga akan masalah keuangan. Pun di akhir arc Captain Tsubasa: Kaigai Gekito Hen in Calcio – Hi Izuru Kuni no Giocatore, dengan pakaian yang masih seperti biasanya. Ia dengan kaos lekbong alias kelek bolong. Adik-adiknya yang juga masih sederhana dan ibunya kini nampak lebih sehat. Dengan senyuman ikhlas, mereka berdoa untuk almarhum ayahnya dan sekaligus sebuah perayaan manis atas pencapaian Reggiana lolos ke Serie B berkat hattrick darinya.
Saya sejujurnya tidak enak untuk memperkirakan seberapa besar bonus yang diperoleh dari Reggiana, persenan dari Juventus dan beberapa tunjangan lainnya dari sponsor. Kojiro Hyuga kadung berperikemanusiaan dan wujud nyata dari tempaan usaha keras. Memang belum jelas ke depannya Juventus menentukan pilihan, tapi apa pun yang terjadi, saya berani bertaruh bahwa euro demi euro yang Hyuga kumpulkan, itu untuk mempersunting pacarnya yang tengah ditemui di Yamashita Park, Yokohoma, di tengah tanggung jawabnya untuk sang bunda dan tiga orang adiknya.
Hyuga memang bukan Tsubasa yang dilahirkan untuk menendang bola. Hyuga adalah sebuah anti-tesisnya bahwa usaha keras bisa diperoleh tanpa orang dalam. Kemampuan, dedikasi, dan keinginan, dibalut dengan cinta dirinya kepada sepak bola. Mungkin, alasan Hyuga tidak daftar PNS adalah ia tidak suka bekerja di ruangan. Bayangkan saja bagaimana jadinya jika Hyuga ngamuk di Balai Desa Yokohama? Juga, seragam PNS tidak bisa disobek kerahnya seperti seragam Akademi Toho. Mungkin Hyuga kurang macho jika menggunakan seragam yang terlalu formal.
Ah, terpenting, angkat topi untuk ibunya Hyuga yang membebaskan sang anak untuk memilih caranya mencapai kesuksesan. Juga, hormat saya untuk Maki Akamine selaku tunangan Mas Hyuga yang ikhlas menjatuhkan pilihannya kepada pemain sepak bola yang belum terkenal alih-alih pria-pria berseragam lebih menggoda.
BACA JUGA Sepak Bola Itu Nggak Menarik, Percayalah atau tulisan Gusti Aditya lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.