Menghitung Peluang Adly Fairuz di Pilkada Karawang

menghitung peluang adly fairuz di pilkada kabupaten karawang mojok.co

menghitung peluang adly fairuz di pilkada kabupaten karawang mojok.co

Sebagian orang mungkin sudah tahu, artis Adly Fairuz adalah cucu jauh Wapres Ma’ruf Amin dan akan maju di pilkada Karawang sebagai calon wakil bupati. Namun, apakah sang bintang sinetron Jodoh Wasiat Bapak tahu berapa besar peluangnya menjadi orang nomor dua di Kota Pangkal Perjuangan itu?

Sebelum menjawabnya, kita harus mengupas dulu aspek-aspek yang menjadi poin penting dalam pilkada Karawang.

Pola pikir masyarakat Karawang dalam memilih pemimpin

Sejauh yang saya ingat, sejak saya masih SMP, bupati dan wakil bupati Karawang selalu putra daerah. Jika Anda berpikir itu karena semua cabup dan cawabupnya selalu berasal dari warga lokal, Anda tidak sepenuhnya benar. Pada beberapa pemilu lalu, beberapa tokoh naturalisasi mencoba peruntungan mereka di sini. Contohnya Haji Ahmad Marzuki yang berasal dari Madura dengan wakilnya Dedi Gumelar alias Miing.

Meskipun tokoh-tokoh non lokal itu disokong dana besar, massa militan, dan didampingi nama beken bin mentereng di percaturan politik, putra daerah tetap bisa berjaya.

Mengapa?

Sama seperti daerah lainnya di Nusantara, warga Karawang memiliki rasa kedaerahan yang tinggi dalam urusan memilih pemimpin. Bedanya, sentimen itu diperkuat sebuah kondisi sosial di mana pada sektor-sektor ekonomi yang vital semacam industri dan perdagangan, warga Karawang hanya menjadi penonton di tanah sendiri. Sektor-sektor itu dikuasai oleh para pendatang.

Atas dasar ini, tentunya warga Karawang tidak mau ketersisihan mereka merambat ke bidang pemerintahan. Yang artinya peluang Adly Fairuz yang notabene kelahiran Jakarta untuk melangkah menjadi orang nomor dua di Karawang akan lebih sulit.

Popularitas dan kompetensi cabup dan cawabup di mata warga Karawang

Meskipun baru berkecimpung di dunia politik, Adly Fairuz sudah berpengalaman… nyalon. Mantan pacar Shireen Sungkar itu pernah mencalonkan diri sebagai calon bupati Bandung Barat. Sayangnya ia gagal lantaran tidak lolos verifikasi tahap pertama. Pada pemilu lalu, melalui Partai Nasdem ia maju sebagai calon anggota DPR dari dapil Jateng. Ia kalah lagi.

Cabupnya, dr. Yesi, juga bukanlah orang baru di dunia pimpin-memimpin. Sebelumnya ia menjabat direktur utama RS Rosela Karawang. Dengan profil seperti itu, rasanya wajar jika ada yang berpikir mereka cukup mumpuni mengurus masyarakat Karawang yang heterogen.

Masalahnya, saingan mereka adalah tokoh-tokoh berpengalaman. Yang pertama adalah dr. Cellica Nurrachadiana, petahana sekaligus ketua DPC Partai Demokrat Karawang. Sebelum memenangi pilkada Karawang 2015, wanita yang akrab dipanggil Teh Celli itu menjabat sebagai pelaksana tugas bupati sesudah Ade Swara, Bupati Karawang 2011-2015, kena cokok KPK.

Kedua, ada Ahmad Zamakhsyari atau Kang Jimmy. Ia wakil bupati Karawang periode 2015-2020 sekaligus ketua DPC Partai Kebangkitan Bangsa Karawang. Walaupun pengalaman memimpinnya belum selama Teh Celli yang satu setengah periode, Kang Jimmy lebih berpengalaman dalam beraksi di lingkungan pemda Karawang dan masyarakat.

Bicara faktor popularitas, Teh Celli dan Kang Jimmy sangat dikenal warganya. Ya iyalah, secara mereka kan bupati dan wakil bupati. Memang Adly adalah artis muda yang cukup terkenal. Namun, penduduk Karawang di daerah pelosok kurang percaya kepada artis yang berpolitik. Mereka lebih percaya pada tokoh yang sudah terbukti.

Pada 2015 silam, pernah saya berbincang-bincang dengan para sesepuh kampung perihal peluang Miing di pilkada. Mereka malah berkomentar, “Apa-apaan, pelawak kok mau jadi pemimpin?!” Dan hasilnya, Miing pun kalah.

Berbekal memori percakapan itu, saya jadi optimistis jika bertanya kepada para sesepuh mengenai Adly Fairuz di pilkada 2020, saya akan mendapatkan jawaban, “Apa-apaan, tukang gotong jenazah kok mau jadi pemimpin?!”

Pemilihan kendaraan politik

Pasangan dr. Yesi dan Adly Fairuz didukung partai pemenang pemilu: PDI Perjuangan. Jika diumpamakan sebagai balapan, mereka memiliki kendaraan politik terbaik. Ya, sekelas Ferrari lah.

Masalahnya, Karawang bukanlah Indonesia. Di sini jalanan politiknya tidak cocok bagi PDIP: berkelok-kelok dan ditaburi kerikil tajam oposisi. Buktinya, pada pileg Karawang 2019, PDIP hanya mampu meraih enam kursi, kalah dari Demokrat yang mampu meraih sembilan kursi dan Gerindra yang meraih delapan kursi.

Kok bisa?

Ada sembilan juta lebih buruh di Karawang. Seperti kita tahu, mayoritas buruh tidak mendukung PDIP pada pemilu lalu. Dengan bersemangat, mereka akan menghidupkan kembali bara-bara dendam pemilu 2019 dengan memilih cabup dan cawabup selain usungan PDIP. 

Kalau pemilih nonburuh bagaimana?

Yang berasal dari generasi milenial cenderung menyumbangkan suaranya ke PKS, Gerindra, dan Demokrat. Sedangkan golongan sesepuh masih setia kepada Golkar. Partai-partai ini merupakan peraih suara terbanyak pemilu DPRD Karawang 2019. Mereka mengusung Teh Celli dan Kang Jimmy (PKS, Demokrat, dan Golkar untuk Teh Celli; PKB dan Gerindra untuk Kang Jimmy).

Well, meskipun kita sudah mengupas aspek-aspek di atas, faktor-faktor X seperti takdir Tuhan dan doa Pak Kiai tidak bisa dikesampingkan. Namun, jika tidak ada peristiwa kelewat luar biasa, saya berani memprediksi pasangan dr. Yesi dan Adly Fairuz akan berada di barisan terdepan penonton pertarungan Teh Celli versus Kang Jimmy.

Foto oleh Panggih Septa Perwira via Wikimedia Commons

BACA JUGA 243 dari 687 Bakal Pasangan Calon Pilkada 2020 Melanggar Protokol Kesehatan Saat Mendaftar dan tulisan Agung Setoaji lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version