Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Menghargai Keberadaan Waria yang Ada di Sekitar Kita

Seto Wicaksono oleh Seto Wicaksono
7 Desember 2019
A A
Menghargai Keberadaan Waria yang Ada di Sekitar Kita
Share on FacebookShare on Twitter

Sewaktu kecil selama kurang lebih lima tahun, saya tinggal di suatu desa di kawasan Bogor. Dua puluh tahun lalu, desa tersebut masih asri dicirikan dengan adanya lahan sawah yang luas dan banyaknya pepohonan. Saya merasa beruntung karena pada masanya, saya masih bisa melihat secara langsung bagaimana para petani membajak sawah dengan bantuan tenaga kerbau.

Pemandangan yang saat ini terbilang langka dan sulit ditemui, apalagi di kawasan perkotaan sebagian besar wilayahnya sudah dikelilingi oleh gedung, ruko, paling tidak perumahan yang dibangun oleh para investor. Sehingga sawah, ladang, atau pepohonan pun semakin sulit ditemui.

Saya dan orang tua hidup dengan penduduk yang beraneka ragam suku, budaya, agama, juga profesi. Namun, pada masanya, perbedaan dalam hal apa pun tidak pernah dipermasalahkan secara masif seperti saat ini—apalagi soal agama. Semua hidup rukun dalam satu kesatuan juga bertetangga. Dari mana pun tetangga berasal, jika ada yang sedang membutuhkan bantuan, langsung diberi pertolongan bersama-sama tanpa memikirkan latar belakang yang bersangkutan.

Bahkan di salah satu kontrakan tidak jauh dari tempat tinggal kami, ada beberapa waria yang tinggal bersama. Agar tidak terjadi kesalahpahaman makna, sedikit penjabaran dari KBBI, waria merupakan akronim dari wanita pria; pria yang bersifat dan bertingkah laku seperti wanita; pria yang mempunyai perasaan sebagai wanita. Selama bertetangga, kami hidup rukun dan saling menghargai satu sama lain. Kami dan juga tetangga yang lain pun memperlakukan mereka sebagaimana manusia biasa. Namun, yang pilu adalah terkadang justru mereka mendapat perlakuan diskriminatif saat berada di luar lingkungannya.

Dalam suatu obrolan dengan orang tua saya, mereka bercerita lebih banyak berprofesi sebagai pengamen jalanan yang biasanya keluar rumah untuk bekerja sekira pukul 16.00 atau setelah maghrib hingga malam hari, tak jarang bahkan hingga dini hari. Memang, saat bekerja gaya mereka terbilang nyentrik; mengenakan wig (yang sering kali memiliki warna terang), memakai dress, high heels, belum lagi dandanan yang menor, dengan alat musik seadanya seperti bass betot, kicrikan, atau radio tape yang dibawa sambil bernyanyi menggunakan mic. Oleh sebab itu, tidak heran jika mereka hampir selalu menjadi pusat perhatian orang di sekitar.

Ada yang biasa saja sambil mengajak berbincang, ada yang melontarkan candaan menggelitik lalu mengundang tawa, sering kali para waria pula yang lebih dulu menggoda sambil bercanda. Semuanya terlihat menghibur bagi saya, terlebih saat mengamen biasanya mereka hanya menagih gope (lima ratus rupiah). “Om, gope dong, Om. Buat nabung beli kosmetik, Om”, begitu kalimat yang pernah saya dengar ketika mereka mengamen, dengan gaya yang mengundang tawa. Ada beberapa orang yang bermurah hati memberi mereka hingga 2000 rupiah, setelah itu, biasanya mereka akan kegirangan sambil mengucap terima kasih—terkadang sambil mencubit manja dengan gaya jenaka.

Itu hanya gambaran kecil tentang bagaimana mereka bertahan hidup dan menjalani kehidupannya di lingkungan sekitar kita. Namun, di antara sekian banyak orang yang menghargai keberadaan mereka—meski terlihat berbeda—selalu saja ada yang berperilaku diskriminatif, biasanya dilakukan dengan cara verbal bullying, mengejek mereka sampai membuat mental down. Maksud mereka mungkin baik, mengingatkan dari sisi agama, tapi yang sangat disayangkan adalah tidak semua orang bisa menyampaikan dengan cara yang baik juga bijaksana. Niatnya “menyadarkan”, tapi malah bikin orang jadi sungkan.

Padahal, para waria hanya ingin hidup layak sebagaimana mestinya. Dan salah satu usaha yang ditempuh adalah bertahan hidup dengan cara menjadi pengamen. Mereka pun memiliki perasaan yang jika dilecehkan atau tersakiti, bisa marah dan sakit hati. Lagipula, mereka sering kali menghibur dengan gayanya yang gemulai, tapi malah sengaja mengeluarkan sisi laki-lakinya. Berbicara dengan menggunakan suara laki-laki, misalnya. Itu kenapa, sangat disayangkan jika waria diperlakukan diskriminatif.

Baca Juga:

Masyarakat Hanya Fokus pada Stereotip Madura karena Kasus di Bangkalan, tapi Mereka Lupa Madura Juga Punya Sumenep yang Elegan nan Menawan

Betapa Menyedihkannya Anggapan Orang Tua tentang Jurusan Sosiologi: Diprediksi Jadi Pengangguran dan Dianggap Rendah

Di sisi yang lain, saya memiliki teman yang selalu merasa takut jika berpapasan langsung dengan waria—ia biasanya bertemu saat sedang makan di suatu warteg. Meskipun begitu, teman saya tidak melakukan tindak kasar baik verbal apalagi fisik, hanya berlindung di balik badan saya karena takut dengan godaannya. Hehehe. Ya, selama tidak merugikan orang di sekitarnya, baiknya kita tetap menghargai sesama—termasuk para waria.

BACA JUGA Mengajar Ngaji dan Santrimu Waria Semua atau tulisan Seto Wicaksono lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 7 Desember 2019 oleh

Tags: bullyingdiskriminasiPengamenstigmawaria
Seto Wicaksono

Seto Wicaksono

Kelahiran 20 Juli. Fans Liverpool FC. Lulusan Psikologi Universitas Gunadarma. Seorang Suami, Ayah, dan Recruiter di suatu perusahaan.

ArtikelTerkait

Stigma Djarum Super Rokok Kuli dan Gudang Garam Surya Rokok Sampah, Stigma Aneh bin Ngawur yang Dipelihara

Stigma Djarum Super Rokok Kuli dan Gudang Garam Surya Rokok Sampah, Stigma Aneh bin Ngawur yang Dipelihara

6 September 2023
ngamen gratis

Tulisan “Ngamen Gratis” di Beberapa Tempat Makan yang Berpotensi Menyakiti Hati Seorang Pengamen

12 Juli 2019
membuli jomblo

Suka Membuli Jomblo, Padahal Hubungannya Sendiri Toksik dan Bikin Melongo

3 Maret 2020
Yamaha RX King: Awalnya Benci, Lama-lama Cinta Mati

Yamaha RX King: Awalnya Benci, Lama-lama Cinta Mati

13 Oktober 2022
4 Hal Salah Kaprah tentang UNNES yang Bikin Geleng-geleng

4 Hal Salah Kaprah tentang UNNES yang Bikin Geleng-geleng

21 Juni 2023
bullying perundungan sekolah mojok

Bullying Masih Subur karena Sekolah Lebih Fokus Ngurusin Rambut dan Kaos Kaki

8 Oktober 2022
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Niat Hati Beli Mobil Honda Civic Genio buat Nostalgia, Malah Berujung Sengsara

Kenangan Civic Genio 1992, Mobil Pertama yang Datang di Waktu Tepat, Pergi di Waktu Sulit

15 Desember 2025
3 Kebiasaan Pengendara Motor di Solo yang Dibenci Banyak Orang

3 Kebiasaan Pengendara Motor di Solo yang Dibenci Banyak Orang

16 Desember 2025
Isuzu Panther, Mobil Paling Kuat di Indonesia, Contoh Nyata Otot Kawang Tulang Vibranium

Isuzu Panther, Raja Diesel yang Masih Dicari Sampai Sekarang

19 Desember 2025
Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

21 Desember 2025
Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

17 Desember 2025
Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

19 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan
  • Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan
  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.