Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Menggunakan Dana Pribadi untuk Program Makan Bergizi Gratis Itu Bukan Heroik, tapi Tanda Buruknya Tata Kelola Kebijakan di Pemerintahan

Muhamad Iqbal Haqiqi oleh Muhamad Iqbal Haqiqi
15 Januari 2025
A A
Menggunakan Dana Pribadi untuk Program Makan Bergizi Gratis Itu Bukan Heroik, tapi Tanda Buruknya Tata Kelola Kebijakan di Pemerintahan

Menggunakan Dana Pribadi untuk Program Makan Bergizi Gratis Itu Bukan Heroik, tapi Tanda Buruknya Tata Kelola Kebijakan di Pemerintahan

Share on FacebookShare on Twitter

Program MBG (makan bergizi gratis) sudah mulai diberlakukan atau diuji coba di sejumlah daerah. Setidaknya uji coba dilakukan di 190 titik atau sekolah yang tersebar di 26 provinsi di Indonesia. Tentu dalam pelaksanaannya, program ini menuai reaksi beragam dari masyarakat. Bahkan nggak jarang di beberapa tempat ada yang memberikan video testimoni terkait dengan komposisi menu yang dihidangkan untuk program makan bergizi gratis ini.

Seperti siklus yang sudah biasa terjadi ketika sebuah kebijakan menuai pro dan kontra, mereka yang mengkritik akan dibalas dengan argumen dari para pendukung yang membuat suasana di kanal media sosial jadi makin rame. Pemerintah sendiri tidak tinggal diam melihat beragamnya respon masyarakat, terutama mereka yang mengkritik. Melalui Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan, Hasan Nisbi mengatakan kalau pelaksanaan program makan bergizi gratis di sejumlah daerah masih menggunakan anggaran pribadi Presiden Prabowo.

Entah apa maksud dari pernyataan modelan begini di tengah keramaian respon publik soal makan bergizi gratis, tapi kalau benar anggaran pelaksanaan program tersebut masih menggunakan kantong pribadi Presiden Prabowo, ini tidak berarti beliau jadi sosok yang heroik layaknya Robin Hood. Praktik tersebut justru memberikan dampak buruk bila dilihat dari tata kelola anggaran yang dilakukan oleh pemerintah.

Potensi penyimpangan keuangan negara dalam program makan bergizi gratis

Penggunaan dana pribadi, terlebih ini adalah dana dari seorang pejabat publik sekelas presiden dalam menjalankan program nasional (dalam hal ini makan bergizi gratis) bukan menjadi gambaran yang baik tentang tata Kelola keuangan negara. Penggunaan anggaran tentu telah diatur secara detail dalam regulasi terkait yang pastinya melalui proses akuntabilitas, transparansi, dan pengesahan di tingkat parlemen.

Kalau anggarannya menggunakan dana pribadi, tentu jadi sangat aneh, terlebih terkait dengan proses pengesahannya. Saya jamin, proses pengesahan melalui parlemen ini dilangkahi. Soalnya aneh, bayangkan saja, masak ketika pengajuan pengesahan ke DPR, tertulis anggarannya utang kepada presiden Prabowo? Lucu to ya. Kalau pengesahan seperti ini dilangkahi, artinya tidak ada lagi check and balances dalam unsur demokrasi. Pun kalau melalui proses pengesahan, makin aneh lagi karena para anggota DPR yang pinter-pinter itu malah menyetujui pelaksanaan program menggunakan dana utang dari kantong pribadi seorang pejabat publik.

Proses seperti ini akan sulit diawasi dan bisa jadi contoh buruk dalam penggunaan anggaran di tingkat pemerintah daerah. Hati-hati loh, bisa jadi malah pada meniru berjamaah. Kalau sudah begitu, masyarakat jadi sulit mengawasi. Lah program pemerintah kok anggarannya utang ke pihak personal.

Konflik kepentingan gara-gara program makan bergizi gratis

Apa pun kedoknya, mau itu untuk kepentingan sosial sekalipun, ketika itu masuk sebagai program prioritas nasional, penggunaan dana pribadi ini tidak diperkenankan karena bisa jadi alat politik di kemudian hari. Dalam konteks program makan bergizi gratis ini, penggunaan dana pribadi mengaburkan esensi pelaksanaan dari program tersebut, antara ini memang tanggung jawab sebagai pejabat public atau kepentingan politiknya pribadi.

Anggaran negara saja bisa dimanfaatkan untuk menarik popularitas pribadi apalagi menggunakan anggaran pribadi. Saya tidak mengatakan bahwa Pak Prabowo jadi pamrih dengan kesediaannya mengeluarkan anggaran pribadinya, tapi orang-orang sekitarnya yang modelan kayak lalat, yang tahunya mengendus kepentingan akan memanfaatkan itu untuk branding politik mereka sendiri.

Baca Juga:

Makan Bergizi Gratis: Ketika yang Gratis Justru Bikin Masuk Rumah Sakit

Derita dan Kejadian Konyol Pengalaman Saya Saat KKN di Jember: Salah Satunya Dikira Timses Prabowo Hanya karena Berpakaian Necis

Memberikan preseden buruk bagi pemerintahan

Kedua dampak di atas akan memicu preseden buruk bagi pemerintah Indonesia sendiri. Di mata internasional, proses sak enake dewe ini bisa jadi ditertawakan oleh negara lain. “Waduh Indonesia kok semiskin itu, bisa-bisanya program nasional malah bayarnya pake anggaran pribadi presiden.” Lah dikira ngurus program negara ini kayak ngurusin program setingkat RT/RW? Bahkan di kampung saya, penggunaan dana pribadi pun harus melalui kesepakatan warga sekampung ketika kumpulan arisan.

Selain itu, investor pun pasti mikir-mikir mau investasi ke Indonesia. Sudahlah regulasinya njelimet, bertumpuk-tumpuk, ditambah dengan pemerintah yang pengelolaan anggarannya modelan talangan uang pribadi macam ORMAWA aja. Nah kan, efek pendanaan makan bergizi gratis yang masih belum proper bisa sejauh ini.

Mengaburkan peran dan tanggung jawab negara

Praktik yang menunjukan seorang pejabat menggunakan dana atau sumber daya pribadinya untuk program publik membuat peran negara seakan hilang. Lah ya, yang bertanggungjawab untuk memenuhi kebutuhan masyarakat itu negara, bukan pejabat. Pejabat adalah salah satu pion negara untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat MELALUI PENGGUNAAN sumber daya yang dimiliki negara, bukan pribadi. Kalau praktik seperti yang ditunjukan oleh Pak Prabowo (jika benar) ini dinormalisasi, hal itu berpotensi menciptakan persepsi bahwa kesejahteraan masyarakat bergantung pada kemurahan hati individu, bukan pada sistem negara yang kuat dan berfungsi optimal.

Ketika masyarakat mulai menjadikan individu sebagai penyelamat kepentingan umum, peran negara pun makin kabur. Dalam jangka panjang, program yang dibiayai secara pribadi berpotensi besar menciptakan relasi patronase antara pejabat dan masyarakat. Budaya patronase sendiri membuat masyarakat merasa terikat secara pribadi dengan pemberi bantuan, menciptakan hubungan ketergantungan yang tidak sehat. Efek selanjutnya adalah munculah pengkultusan terhadap sosok. Kalau sudah masuk ranah pengkultusan, bisa-bisa muncul sosok yang nantinya kebal hukum dan dibela mati-matian meski jelas-jelas salah. Saya rasa Pak Jokowi pun sepakat dengan hal itu. Sepakat kan, Pak?

Jadi, kalau benar terjadi penggunaan dana pribadi untuk program makan bergizi gratis, sebaiknya jangan diteruskan. Sampaikan ke publik permohonan maaf. Itu penting loh supaya tidak ditafsirkan aneh-aneh. Toh kalaupun memang penggunaan dana pribadi tidak dilakukan, ya sampaikan ke publik juga beserta bukti-bukti yang mendukung. Supaya rakyat nggak merasa dipermainkan.

Penulis: Muhamad Iqbal Haqiqi
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Bento ala Sekolah Jepang dan Makan Siang Gratis ala Kadarnya, Bukti Kita Terbiasa dengan Standar Rendah dari Pemerintah

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 15 Januari 2025 oleh

Tags: konflik kepentinganmakan siang gratisPrabowoprogram makan bergizi gratis
Muhamad Iqbal Haqiqi

Muhamad Iqbal Haqiqi

Mahasiswa Magister Sains Ekonomi Islam UNAIR, suka ngomongin ekonomi, daerah, dan makanan.

ArtikelTerkait

Prabowo capres Indonesia

Prabowo Masih Belum Bosan Nyapres dan Kita Jangan Pernah Bosan Mendukungnya

25 Oktober 2021
prabowo ziarah

Apa Salahnya Prabowo Ziarah Ke Makam Pak Harto?

31 Mei 2019
rekonsiliasi

Untuk Partai Oposisi, Jangan Mau Diajak Rekonsiliasi

7 Juli 2019
plot twist

Jika Politik Bisa Ada Plot Twistnya, Apakah Cinta Juga Bisa Demikian?

23 Oktober 2019
Saya Petani dan Mendukung Penuh Upaya Pemberantasan Hama Tikus Menggunakan 1000 Burung Hantu dari Presiden Prabowo

Saya Petani dan Mendukung Penuh Upaya Pemberantasan Hama Tikus Menggunakan 1000 Burung Hantu dari Presiden Prabowo

10 April 2025
Trotoar Lebar di Jakarta, Cita-cita Ahok yang Sekarang Malah Dinyinyirin Pendukungnya Sendiri

Trotoar Lebar di Jakarta, Cita-cita Ahok yang Sekarang Malah Dinyinyirin Pendukungnya Sendiri

28 November 2019
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

8 Aturan Tak Tertulis Tinggal Surabaya (Unsplash)

8 Aturan Tak Tertulis di Surabaya yang Wajib Kalian Tahu Sebelum Datang ke Sana

1 Desember 2025
Logika Aneh di Balik Es Teh Solo yang Bikin Kaget (Unsplash)

Logika Ekonomi yang Aneh di Balik Es Teh Solo, Membuat Pendatang dari Klaten Heran Sekaligus Bahagia

30 November 2025
Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025
4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih (Unsplash)

4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih

29 November 2025
Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

4 Desember 2025
Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.