Pernah nggak sih kalian mendengar nama “jihu”? Eits, jangan buru-buru mikir kalau itu nama band indie baru ataupun aplikasi streaming Korea. Jihu adalah singkatan dari kanji dan tahu, camilan lokal yang cuma eksis di kalangan “Madura swasta”. Fyi, Madura swasta ini merupakan kelakar untuk menyebut warga Madura yang lahir dan menetap di luar Pulau Madura. Biasanya disandang oleh orang Madura di wilayah Tapal Kuda.
Daftar Isi
Apa itu jihu?
Bayangkan saja, sepotong tahu goreng yang krispi di luar dengan kanji lembut di dalam dibaluri sambal spesial yang pedasnya menyentak tapi bikin ketagihan. Simpel banget, kan? Nah, itulah jihu. Sambalnya pun nggak ribet, bahan utamanya cuma bawang putih, cabai rawit, dan penyedap rasa. Nggak ada tambahan bahan aneh yang bikin kamu mikir, “Ini beneran sambal atau ramuan apoteker?”
Tapi jangan salah, kesederhanaan ini justru yang menjadi kekuatan utamanya. Sambal jihu menjadi perwujudan konsep minimalis dalam dunia kuliner. Saking sederhananya, kamu mungkin bakal berpikir, “Kenapa aku nggak bikin sambal kayak gini aja di rumah?” Jawabannya sederhana: karena nggak semua orang punya tangan orang Madura swasta.
Eksklusif, cuma di Madura swasta
Satu hal yang bikin jihu istimewa adalah eksklusivitasnya. Camilan satu ini nggak bakal kamu temukan di pusat kota besar kayak Surabaya, apalagi Jakarta. Kalau kamu mau mencobanya, kamu kudu datang ke daerah Tapal Kuda tadi, itu pun nggak semua tempat ada. Biasanya penjual jihu mangkal di pinggiran jalan kampung atau pasar tradisional. Pokoknya tempat-tempat yang vibes-nya santai, jauh dari hiruk-pikuk kota besar.
Uniknya lagi, jihu ini kayak punya komunitas sendiri. Penjualnya rata-rata masih muda. Plus, mereka sering berjualan sambil ngobrol basa-basi sama pelanggan. Jadi selain dapat camilan enak, kamu juga dapat bonus sesi ngobrol yang wholesome.
Filosofi sederhana di balik jihu
Camilan jihu seperti filosofi hidup yang disajikan dalam bentuk makanan: Nggak perlu ribet untuk sempurna. Bahan-bahannya murah, gampang dicari, tapi hasil akhirnya memuaskan. Kadang kita terlalu fokus mencari sesuatu yang wah sampai lupa kalau kebahagiaan itu bisa datang dari hal-hal sederhana. Jihu adalah pengingat kalau hidup nggak harus selalu ribet.
Camilan ini juga seolah menjadi simbol manusia. Dari luar bisa kelihatan keras dan tegas, tapi di dalamnya lembut dan penuh rasa. Sambalnya itu lho kayak tantangan hidup. Pedas dan bikin keringetan, tapi kalau dihadapi dengan santai ya tetap bisa dinikmati.
Ngomongin harga, anak kos pun happy
Kalau kamu anak kos, apalagi yang dompetnya sering kritis di akhir bulan, jihu bisa menjadi sahabat sejati. Seporsi camilan ini biasanya dihargai dua sampai tiga ribu rupiah saja. Kalau beli lima ribu sudah pasti kenyang. Dengan harga segitu, kamu bisa mendapat pengalaman kuliner lokal yang sulit dilupakan. Bandingkan dengan camilan kekinian yang harganya bikin kamu berpikir dua kali, jihu jelas lebih ramah di kantong.
Jihu mungkin nggak dikemas dalam kemasan mewah, atau hype di media sosial, tapi justru itulah yang membuatnya spesial. Ia nggak butuh validasi dari orang luar buat jadi favorit lokal. Sederhana, penuh rasa, dan pastinya penuh kenangan. Kalau suatu hari kamu main ke wilayah Madura swasta, sempatkan mencari jihu, dijamin kamu takkan menyesal. Karena di balik tahu goreng dan sambal itu, ada pelajaran hidup yang berharga: kebahagiaan itu sederhana, asal kamu tahu cara menikmatinya.
Penulis: Moh. Mudhoffar Abdul Hadi
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Air Terjun Tretes Wonosalam, Bukti Jombang Nggak Miskin Wisata Alam.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.