Menganalisis Kelas Sosial Penyelenggara Tahlilan Berdasarkan Suguhannya

Menganalisis Kelas Sosial Penyelenggara Tahlilan Berdasarkan Suguhannya terminal mojok

Sebelumnya, mungkin bagi para pembaca budiman yang belum tahu suguhan, maka saya akan jelaskan sedikit apa itu suguhan. Jadi, secara definitif, istilah suguhan ini sudah ada di KBBI, yang merupakan hasil serapan dari bahasa Jawa.  Kalau manut KBBI, suguhan berarti sesuatu yang dihidangkan. Lebih jelasnya lagi, sepengetahuan saya, suguhan itu istilah yang biasa digunakan untuk sebuah sajian atau hidangan berupa makanan kepada tamu. Begitu pun ketika acara tahlilan, suguhan ini biasanya diletakkan secara berjajar di depan tempat duduk para tamu undangan, lengkap beserta air mineralnya.

Lantas, kenapa saya memilih suguhan untuk melihat kelas sosial seseorang daripada elemen lainnya dalam tahlilan? Misal seperti berkatannya, begitu.

Jadi, menurut saya dengan melihat suguhan tahlilan, maka kita dapat mengetahui lebih konkret kelas sosial pengelenggaranya daripada elemen lainnya seperti berkat. Berkatan sendiri, menurut saya cukup random, dan isinya kurang representatif, pasalnya isi berkatan cukup memiliki beragam pola yang justru mengaburkan kelas sosial yang dimiliki seseorang.

Oke, langsung saja, jadi saya membagi tiga kelas sosial penyelenggara tahlilan berdasarkan suguhannya.

#1 Kelas sosial menengah ke bawah

Bagi kelas ini, suguhannya cenderung berpola simpel dan cukup mudah ketika pembuatannya. Bahkan bagi ibu-ibu, mungkin makanan ini cukup sering dibuat karena memang mudah dibuat. Terlebih, bahannya cukup mudah juga diperoleh. Contoh suguhan semacam ini biasanya sejenis gorengan, entah itu tahu goreng, tahu isi, ote-ote, tempe goreng, dan berbagai jenis gorengan lainnya.

Di kelas ini pula, biasanya ada suguhan yang bersumber dari alam, misalnya pisang. Hasil alam merupakan sumber suguhan yang cukup murah meriah, bahkan untuk tanaman pisang sendiri, asal dapat air saja, maka ia akan tumbuh dengan sendirinya.

Untuk segi air mineral yang disuguhkan berupa air mineral merek lokal yang harganya cenderung terjangkau. Kalau di daerah saya sendiri biasanya menggunakan merek Sterilla.

#2 Kelas sosial menengah

Di kelas sosial menengah ini, suguhan hasil alam seperti pisang masih dapat ditemukan. Pasalnya, memiliki lahan untuk mengelola tanaman merupakan keistimewaan kekayaan tersendiri yang dimiliki masyarakat.

Namun, untuk suguhan yang dimasak, kelas sosial menengah sedikit rumit pembuatannya, dan bahannya juga agak sedikit mahal. Misalnya yang sering saya temui seperti kue apem, kucur, ada juga keripik, dan lain sebagainya.

Air mineral yang disediakan pun sudah berskala nasional, biasanya merupakan merek air mineral yang sudah dipajang di lemari es kebanyakan minimarket, bahkan merek yang sudah nggak asing didengar masyarakat Indonesia. Kalau di daerah saya, beberapa masyarakat yang tergolong dalam kelas ini biasanya menggunakan air mineral gelas merek Club untuk acara tahlilan.

#3 Kelas sosial menengah ke atas

Nah, untuk kelas sosial ini, suguhan hasil alam sudah lenyap, alias sudah nggak ada lagi. Pasalnya, kebanyakan dari mereka sudah nggak ada lagi yang berprofesi sebagai petani yang memanfaatkan hasil alam.

Masyarakat kelas sosial ini biasanya lebih memilih suguhan berupa makanan ringan. Untuk makanan ringannya sendiri kebanyakan—atau mungkin seluruhnya—terbungkus plastik dengan rapi, nggak telanjang layaknya suguhan makanan ringan di kelas sosial sebelumnya. Nah, terbungkusnya makanan ringan ini menunjukkan bahwa makanan suguhan tersebut merupakan hasil membeli langsung matang, bukan hasil memasak sendiri layaknya di kelas sosial sebelumnya.

Bahkan untuk gelas air mineral yang disuguhkan oleh kelas ini merupakan air mineral yang memiliki brand awareness di masyarakat, mereknya telah menjadi nama barang, salah satu contohnya Aqua. Dapat dilihat sendiri, kebanyakan masyarakat Indonesia kalau beli air mineral pasti ngomongnya, “Beli Aqua”, meskipun air mineral yang dibeli bukan merek Aqua.

Oleh karena itu, jika kalian ingin mengetahui kelas sosial dari penyelenggara tahlilan, maka cukup mudah, tinggal lihat suguhannya. Namun, jika kalian bodo amat dengan kelas sosial, ya, sah-sah saja. Yang penting doa, makan+berkatan juga sudah cukup.

Sumber Gambar: YouTube Royal Tumpeng

BACA JUGA Tempat Duduk Saat Tahlilan Bisa Digunakan untuk Memetakan Status Sosial Seseorang dan tulisan Mohammad Maulana Iqbal lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version