Menerka Alasan Kasur Palembang Hanya Punya 4 Warna

Menerka Alasan Kasur Palembang Hanya Punya 4 Warna

Menerka Alasan Kasur Palembang Hanya Punya 4 Warna (unsplash.com)

Pernah perhatiin nggak sih kenapa kasur Palembang kebanyakan warnanya cuma itu-itu? Kok nggak ada warna kekinian kayak sage, turqoise, atau peach gitu, ya?

Kasur adalah komponen penting dalam meningkatkan kualitas istirahat. Saking pentingnya, kasur kini memiliki banyak sekali bentuk dan jenis yang disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan. Ada yang empuk, hangat, dan ada juga yang bisa memperbaiki postur tubuh.

Di sisi lain, ada juga sebagian orang yang merasa cukup dengan kasur konvensional. Selama bisa dibuat tidur, itu sudah lebih dari cukup. Bahkan masyarakat kita nggak jarang suka sekali tidur di lantai dengan dalih lebih adem. Karenanya dibuatlah kasur lantai. Ada yang lipat, ada juga yang model karpet bergelombang bernama kasur Palembang.

Kasur Palembang ini lumrah sekali kita jumpai, bahkan saya sendiri punya. Tapi saya heran, kenapa ya kasur ini hanya punya 4 warna?

Warna-warna kasur Palembang punya makna mendalam

Alasan pertama adalah boleh jadi warna-warna tersebut mengandung makna. Bangsa kita terkenal memiliki banyak budaya, sehingga setiap simbol, warna, dan bentuk pasti memiliki makna tersirat. Apalagi kasur ini tidak ada inovasi sama sekali yang membuat warna kasur ini seolah sangat sakral. Kasur Palembang punya 4 warna, yaitu biru, merah, hijau, dan ungu.

Konon, warna biru melambangkan ketenangan lantaran identik dengan air laut. Boleh jadi, sang pengrajin berpesan supaya penggunanya bisa lebih rileks. Kalau warna merah, saya agak ragu karena identik dengan emosi dan keberanian. Tapi, konon ada yang mengatakan kalau warna merah juga berarti energi. Mungkin saja warna kasur ini melambangkan charging station-nya manusia. Hijau berarti warna natura, artinya kurang lebih mirip dengan biru. Sementara ungu, ia memiliki kesan mewah dan misterius.

Kebersihan dan estetika

Saya rasa pemilihan 4 warna ini juga bukan tanpa alasan. Menurut saya, ini berhubungan dengan kebersihan dan estetika.

Setahu saya, pemilihan warna biru, hijau, merah, dan ungu yang cenderung gelap itu membuat hampir semua noda jadi warna gelap bahkan hitam. Misalnya, noda teh, kuah, atau bahkan bekas darah jika terkena kasur tersebut pasti akan terserap dan bekasnya menggelap, sehingga siapa pun yang menempati nggak akan mikir kejauhan soal jenis nodanya. Paling-paling mereka mengira itu hanya tumpahan kuah soto.

Coba bandingkan kalau kasur Palembang berwarna putih, abu-abu, atau hijau muda. Noda apa pun pasti akan kelihatan meski warnanya memang estetik.

Tidak banyak pilihan warna

Konon, kasur Palembang sudah ada sejak tahun 1980-an. Walaupun masih berumur sekitar 44 tahun, boleh dibilang kasur ini sudah agak tua. Saya jadi menuduga kalau di tahun segitu pilihan warna masih belum kaya seperti sekarang.

Setahu saya, masih ada TV yang hitam putih sehingga di zaman itu pasti belum ada warna-warna kekinian seperti peach, sage, apalagi shimmer seperti yang sempat viral Lebaran kemarin. Oleh karena itu, sadar atau nggak warna pada kasur Palembang ini adalah warna-warna primer, yaitu RGB (red, green, blue) alias merah, hijau, dan biru.

Memang sih warna dasar itu ada yang bilang merah, biru, kuning. Tapi, anggap saja orang sana lebih familier sama hijau daripada kuning. Lantas, kalau ungu? Barangkali itu hasil iseng pengrajin setelah mencampur warna hijau dan biru.

Memudahkan identifikasi produk kasur Palembang

Terakhir, jenis warna yang minim ini boleh jadi ada hubungannnya dengan proses distribusi dan penjualan. Lebih tepatnya, warna yang seolah sudah menjadi trademark ini dapat memudahkan identifikasi produk.

Saya sebetulnya kurang tahu bagaimana proses produksi kasur Palembang ini. Tapi kalau saya tebak, keadaan pabrik maupun gudang logistik tentu sangat ruwet dan penuh. Banyak sekali barang yang diproduksi dengan beraneka macam jenis. Oleh karena itu, diperlukan adanya semacam patokan untuk mempercepat proses pencarian barang. Dan tentu saja, warna kasur Palembang yang itu-itu saja bisa jadi menjadi patokan bagi para karyawan pabrik dan gudang.

Itulah beberapa kemungkinan alasan kasur Palembang hanya punya 4 warna. Tentu saja nggak semua orang memusingkan soal warna tersebut. Kira-kira ke depannya perlu ada inovasi warna baru nggak, ya? Warna yang lagi tren sekarang gitu, misalnya?

Penulis: Bella Yuninda Putri
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Alasan Saat Kecil Kita Gemar Tiduran di Tumpukan Baju yang Baru Diangkat dari Jemuran.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version