Menebak Karakter Seseorang dari Cara Mereka Makan Biskuit Oreo

Menebak Karakter Seseorang dari Cara Mereka Makan Biskuit Oreo terminal mojok.co

Menebak Karakter Seseorang dari Cara Mereka Makan Biskuit Oreo terminal mojok.co

Biskuit hitam yang satu ini memang punya rasa yang enak. Di antara biskuit lain, Oreo yang identik dengan biskuit hitam dan krim putih di tengahnya, adalah biskuit kedua yang paling saya. Hingga saat ini, Oreo masih terus berinovasi dengan berbagai olahan rasa yang variatif bahkan menciptakan jenis sandwich yang beda. Nah, di bawah ini saya berusaha menebak karakter seseorang berdasarkan cara mereka makan Oreo.

#1 Makan biskuitnya doang

Perdebatan kubu bubur diaduk atau nggak lebih baik disudahi saja. Bakal lebih seru kalau sekarang mendebatkan kubu makan Oreo biskuit atau krimnya saja. Orang yang makan biskuitnya doang pasti adalah orang yang nggak suka makanan yang terlalu manis, saya contohnya. Lagi pula, cita rasa biskuit Oreo emang unik daripada biskuit lainnya. Dan menurut saya, esensi dari merek Oreo itu memang ada di biskuitnya, bukan krimnya. Bukankah begitu?

#2 Makan krimnya doang

Saya nggak habis pikir sama orang yang nggak suka biskuitnya, tapi lebih suka krimnya. Ada orang yang saya temui, malah nggak doyan sama sekali dengan biskuitnya. Padahal, esensi Oreo itu ada di biskuitnya. Kok, dia malah makan krimnya, doang? Kemungkinan, orang yang suka makan krimnya doang adalah pecinta manisan dan tahan sama serangan manis yang bikin enek di lambung.

Selain kecintaannya dengan makanan manis, orang begini juga kuat karena nggak merasa enek sama sekali ketika makan makanan manis. Panjang umur, pecinta manis! Tapi, hati-hati diabetes, yak!

#3 Mode sandwich

Orang yang makan Oreo langsung “hap” alias menganggapnya seperti sandwich, patut diacungi jempol. Pasalnya, orang yang makan Oreo dengan mode sandwich, berarti ia menghargai pencipta biskuit tersebut. Dia sadar bahwa menciptakan sesuatu itu nggak mudah. Ia tahu bahwa butuh proses yang panjang supaya kombinasi dan perpanduan dari biskuit dan krim yang ada di Oreo ini menemukan titik yang paling pas. Oleh karena itu, ia mengikuti saja fitrah dari biskuit tersebut sesuai bentuk yang tersaji. Baginya, itu adalah cara terbaik untuk menikmati biskuit ini. Selain itu, orang yang begini juga memiliki sifat toleran tinggi, nggak pilih-pilih soal makanan, dan simpel. Makanan apa saja yang ada di hadapannya nggak bakal jadi masalah asal belum kedaluwarsa atau basi. Ya, sungguh menyenangkan kalau punya teman yang seperti ini.

#4 Berbagai kreasi olahan Oreo

Orang yang makan biskuit ini dengan harus dibuat kreasi makanan lain dulu adalah orang yang kreatif. Kalau orang biasa, pasti tinggal buka bungkus, lahap, dan selesai. Beda cerita jika ia adalah orang kreatif. Mereka bakal membuat sesuatu yang berbeda, tapi nggak menghilangkan cita rasa Oreo itu sendiri. Misalnya, mereka mengubah bentuk Oreo itu jadi es krim, brownis, choco lava, pudding, dessert box, dan sebagainya.

Selain kreatif, daya juang dan jiwa eksperimen mereka juga tinggi. Sepengalaman saya, bikin kreasi olahan Oreo itu ribet. Kalau masih newbie, yang ada malah gagal doang..Selain itu, mereka yang suka bikin kreasi dari biskuit ini adalah orang-orang yang mencintai keribetan. Sungguh, manusia langka yang ada di bumi ini, di mana lebih banyak orang malah suka yang simpel-simpel aja.

#5 Red velvet alias OreoXSupreme versi low budget

Sebenarnya, orang yang begini sungguh memprihatinkan. Penginnya sih, beli OreoXSupreme yang harganya ratusan ribu dengan biskuit warna merah yang mencolok itu. Akan tetapi, karena nggak punya cuan, ya udah Oreo Red Velvet yang harganya sekitar Rp9.000-an per bungkus itu, juga nggak apa-apa, lah. Toh, sama-sama merah warnanya.

Jadi, gimana caramu makan Oreo? Apa betul karaktermu seperti yang saya sebutkan di atas?

BACA JUGA Wafer Tango, Nissin, Nabati, Selamat, dan Loacker: Mana yang Paling Pas dengan Seleramu? dan tulisan Vivi Wasriani lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version