Kita tentu masih ingat bagaimana Fizi mengolok-olok Upin Ipin dengan gaya khasnya. Atau ingat betul bagaimana suara wajan yang dihasilkan Uncle Muthu guna menghasilkan makanan yang sedap. Itulah Kampung Durian Runtuh, sebuah pemandangan sederhana, sebuah desa yang berkebalikan dari hiruk pikuk Kuala Lumpur. Bukan hanya cerita anak-anak yang digawangi oleh Upin dan Ipin, namun juga orang-orang dewasa di sana diberikan porsi yang pas dan komedi yang memukau, walau asing untuk ukuran komedi di Indonesia.
Perdebatan sering kali terjadi di forum. Baik itu warga Malaysia atau Indonesia seperti saya. Dari sekian banyak perbincangan, semua hanya bermuara kepada “Siapa dan apa profesi orang tua Upin Ipin”. Menurut saya hal itu agak sentimentil, jadi biarkan menjadi misteri yang indah bagi kartun ini.
Alih-aluh, sebagai anak sekolahan saya lebih penasaran soal biaya SPP Upin Ipin. Saya akan mencoba sebuah pembahasan baru dan tentunya berbekal asumsi pribadi tentang berapa ringgit ongkos yang harus dibayar Kak Ros dan Opah untuk menyekolahkan Upin Ipin di Tadika Mesra.
Sebelum menuju jawaban, mari kita bahas beberapa fakta pendukungnya.
Di mana letak daerah Kampung Durian Runtuh?
Saya beberapa kali menghubungi beberapa kawan saya di Malaysia. Semua sepakat, Durian Runtuh berada di Johor. Sesekali kawan saya yang tinggal di Kuala Lumpur guyon, katanya Tok Dalang dulunya Boys of Straits atau fans Johor Darul Tazim. Saya hanya mbatin, kan Johor Darul Tazim tim yang lahir baru-baru ini? Tapi biarlah, tak usah saya jawab. Kasihan.
Satu kawan saya yang berada di Serawak mengatakan lebih detail. Menurutnya Durian Runtuh itu berada di daerah Segamat, salah satu kota di Johor. Segamat, menurut kawan saya, adalah distrik perkebunan kelapa sawit terbesar di Malaysia. Namun, yang memperkuat argumennya sehingga menjadi patokan saya adalah, Segamat dikenal dengan duriannya. Dan kota ini memiliki julukan “The Land of the King of Fruits”.
Berapa UMR di Johor?
Anggaplah Durian Runtuh memang berlokasi di Johor, pertanyaan selanjutnya adalah berapa upah minimum di wilayah ini. Sayangnya, saya tidak menemukan data pastinya.
Akan tetapi dengan melihat data gaji tenaga kerja Indonesia di sana, antara 1.000-1.500 ringgit perbulan, tentu angka ini akan lebih naik lagi untuk gaji warga Johor. Apa lagi rerata gaji tenaga kerja Filipina di Malaysia ada di angka 4.000 ringgit atau Rp14 juta. Namun, data ini tidak jelas pekerja Filipina tersebut bekerja di bidang apa. Semisal domestik dibandingkan dengan industri, tentu tidak apple to apple.
Ditarik secara kasar—karena ini merupakan asumsi—menurut kawan saya, gaji di daerah Segamat paling kecil ada di angka 2.500 sampai 3.000 ringgit atau 8 sampai 10 juta. Sedangkan pekerja buruh, paling rendah, ada di angka 1.500 ringgit. Sekarang patut menjadi pertanyaan, Opah ini ada di tingkat buruh yang mana? Kalaupun rendah, saya kira penghasilan menitipkan makanan di Uncle Muthu dan gaji menulis komik Kak Ros tidak terlalu banyak.
Per bulan, saya taksir keluarga ini mendapat uang di angka 2.000 sampai 2.500 ringgit.
Membahas Tadika Mesra
Tadika atau taman pendidikan kanak-kanak, dikutip dari “Perkembangan Pendidikan Prasekolah di Malaysia” oleh Sinta Tristanti, sudah berkembang sejak 1940-an yang diusahakan oleh misionaris Kristen. Tadika, mulai tahun 1972, ada dua jenis, yakni tadika kerajaan dan tadika swasta.
Menurut kawan saya, tadika swasta biasanya lebih mahal dari tadika kerajaan. Saya pun bertanya, apakah kerajaan ini sama seperti “negeri” jika di Indonesia? Saya tak menemukan jawaban lantaran saya nggak paham saya ngomong apa. Dan menurutnya, Tadika Mesra masuk kategori swasta karena tadika yang kerajaan hanyalah tadika-tadika yang bernama Tabika Kemas.
Kawan ini memberi jawaban yang menurut saya masuk akal. Tapi ada faktor lain yang bikin saya mikir, meski Tadika Mesra adalah tadika swasta, SPP-nya akan sebelas dua belas dengan tadika kerajaan. Soalnya letaknya berada di kampung, jadi yang daftar hanya penduduk sekitar. Salah satu episode Upin Ipin mempertegas hal ini ketika Tadika Internasional berlomba dodgeball dengan Tadika Mesra.
Episode ini menunjukan perbedaan Tadika Mesra dan Tadika International, yakni murid-murid Tadika International bukan teman satu kampung. Sekaya-kayanya Ehsan, ia tidak memutuskan untuk bersekolah di tadika yang “lebih bagus” di area kota. Kawan saya memprediksi, akses Durian Runtuh ke tadika lain itu agak jauh. Makanya Ehsan memilih yang dekat-dekat saja walau masuk tadika di kota rasanya tetap mampu.
Dari fakta yang didapat, SPP atau uang bayaran untuk Tadika Mesra tidak sebesar tadika swasta lainnya. Cikgu Besar juga akan mempertimbangkan untuk tidak pasang tarif terlalu tinggi karena warga Durian Runtuh tidak banyak yang kaya. Dengan demikian, teruama berbekal info teman tadi, saya memperkirakan SPP bulanan Upin Ipin dan kawan-kawan ada di angka 60 ringgit sebulan (Rp210 ribu).
Dengan angka ini, Opah harus menyisihkan 360 ringgit dalam satu semester, ditambah biaya buku, iuran kurban, keperluan alat-alat sekolah, uang pangkal, dan tabungan piknik. Satu semester, saya taksir bisa menyentuh angka 400-an ringgit. Di kali dua lantaran Opah memiliki dua cucu yang lucu, jadinya 800 ringgit untuk biaya pendidikan.
Lalu apa gunanya setelah tahu SPP TK Upin Ipin? Gunanya adalah agar kita turut berdoa. Berdoa semoga Opah berumur panjang dan sanggup membiayai Upin Ipin sekolah sampai kuliah. Wong baru TK aja habisnya udah segitu.
BACA JUGA Setelah Nama Asli Upin Ipin Diungkap Netizen, Kami Mencoba Menjawab Misteri Lain Serial Ini dan tulisan Gusti Aditya lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.