Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Mendoan Daerah Mana sih yang Paling Enak?

Muhammad Erfan oleh Muhammad Erfan
16 November 2020
A A
Menyebut Tempe Goreng Tepung sebagai Tempe Mendoan, Seburuk-buruknya Penghinaan! terminal mojok.co

Menyebut Tempe Goreng Tepung sebagai Tempe Mendoan, Seburuk-buruknya Penghinaan! terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Seperti yang sudah kita tahu, mendoan merupakan makanan khas daerah Banyumas. Makanan yang terbuat dari bahan dasar kedelai yang difermentasi lalu dibungkus dengan daun pisang atau ada juga yang dengan daun jati ini sudah seperti saudara kandung penutur bahasa Ngapak pada umumnya.

Tidak sulit untuk menemukan mendoan di daerah-daerah eks karesidenan Banyumas. Makanan ini seperti punya lapak sendiri di daerah-daerah tersebut, ya, selain di rumah makan pinggir jalan pada umumnya. Bahkan, saya yang pernah mengenyam pendidikan di daerah Jawa Timur pun bisa menemukan mendoan di daerah tersebut. Yaaa, meski perbedaan yang ada bisa disebut terlalu “kasar” dengan yang ada di Banyumas.

Pada umumnya, masyarakat penikmat mendoan atau yang kerap kali saya sebut sebagai, “mendoaners” menikmati makanan ini di sore hari dengan berbagai macam hidangan pendamping. Saya sebagai warga Banyumas biasa menghidangkan mendoan dengan seduhan kopi tubruk dan juga sambal terasi. Namun, ada juga masyarakat di daerah tertentu seperti Baturaden yang dalam menghidangkan mendoan dengan sambal kecap. Hal itu sedikit aneh untuk saya yang biasa menghidangkannya dengan sambal biasa.

Oke, sesuai judulnya, saya mencoba membandingkan mendoan yang ada di masing-masing daerah eks karesidenan Banyumas dan sekitarnya. Secara keseluruhan, rasa mendoan di masing-masing daerah sama saja. Perbedaan yang paling kentara yang pernah saya temukan yaitu ada pada bentuknya. Di daerah saya sendiri yaitu Banyumas, mendoan berbentuk persegi, meskipun sisi-sisinya tidak sama persis tapi overall bentuknya seperti persegi.

Lain dengan yang ada di daerah Banyumas, kita bergeser ke selatan yaitu Cilacap dan Kebumen, daerah yang memiliki pantai-pantai indah dan juga banyak sisi sejarah yang ada. Selama berwisata di pantai-pantai yang ada di daerah tersebut, saya cukup sering memesan hidangan berupa mendoan untuk menemani liburan saya. Kesan pertama yang ada di benak saya yaitu mengenai ukuranya yang bisa dibilang dua kali lipat lebih besar dari apa yang biasa saya temukan di Banyumas.

Saya tidak tahu pasti mengapa ukuran di sana lebih besar, namun dugaan saya hal itu dikarenakan mindset orang Cilacap dan Kebumen yang beranggapan “lebih besar lebih baik”. Hehehe, maklum, untuk ukuran nelayan porsi mendoan Banyumas terlalu kecil dan tidak menghasilkan energi yang besar untuk melawan ombak di laut sana.

Lanjut ke daerah barat-utara dari Gunung Slamet, yap betul sekali, Tegal dan Brebes. Di daerah tersebut, bentuk mendoan cenderung persegi panjang. Saya memang belum pernah merasakan mendoan di daerah Tegal, namun saya melakukan riset dengan menanyakan seperti apa sih mendoan di daerah tersebut kepada teman saya, kata dia, “Bentuknya persegi, namun cenderung memanjang.”

Untuk daerah Purbalingga dan Banjarnegara tampilan makanan ini tidak jauh berbeda malah cenderung sama dengan apa yang ada di Banyumas, dengan bentuk persegi tentunya. Sebenarnya kesamaan di daerah Purbalingga bukan hanya pada mendoan, dalam hal bahasa pun kita memiliki kesamaan aksen.

Baca Juga:

Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

4 Dosa Penjual Gorengan yang Bikin Pembeli Kapok dan Trauma

Setelah memaparkan perbandingan di atas, sekarang saatnya untuk memilih mana sih yang paling yahud untuk dinikmati. Pertama mengenai bentuk, jelas daerah Cilacap dan Kebumen jagonya, namun dengan bentuk yang lebih besar berdampak kepada harga yang lebih mahal pula. Biasanya di daerah wisata dengan uang Rp5.000,00 bisa mendapatkan tiga lembar mendoan. Hal ini tentu berbeda dengan yang ada di Banyumas yang harga per lembarnya Rp1.000,00.

Kedua, kita bicara soal kuantitas. Dengan harga yang sudah tertera di atas maka mendoan Banyumas lah juaranya. Kualitas pastilah tergantung masing-masing pembeli mau menilai bagaimana rasanya dengan harga tersebut. Menurut saya sih sama saja.

Ketiga, berpandangan bahwa ukuran yang lebih besar dengan harga sama saja tentunya mendoan daerah Brebes dan Tegal pemenangnya. Di sana dengan bentuknya yang persegi panjang dan dengan harga yang masih sama-sama Rp1.000,00 per lembarnya merupakan suatu keuntungan tersendiri untuk para pembeli.

Kita tiba pada kesimpulan mengenai mendoan mana sih yang lebih worth untuk dinikmati di kala medang sore hari atau pagi hari. Kalau menurut saya pribadi pemenangnya adalah mendoan Banyumas, alasanya karena harganya pas dan porsinya tidak kemaruk atau berlebihan. Tentu tidak salah jika pembaca memilih mana yang paling enak karena pendapat pribadi tentunya benar setidaknya untuk diri sendiri.

Foto oleh Hersy Ardianty via Wikimedia Commons

BACA JUGA Jangan Jadikan Ritual Minta Bunga sebagai Kebiasaan Sepulang Bertamu

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 16 November 2020 oleh

Tags: banyumasgorenganmendoan
Muhammad Erfan

Muhammad Erfan

Saya pemuda asal Banyumas kelahiran 2001 yang merupakan mahasiswa Aqidah dan Filsafat Islam di UIN Sunan Kalijaga. Kebetulan hobi saya membaca dan sepak bola. Saya bisa dihubungi di akun Instagram dengan nama Erfanikhsan dan juga di Twitter @merfan_10.

ArtikelTerkait

3 Tempat Wisata yang Kerap Disalahpahami Berada di Purwokerto oleh Wisatawan

3 Tempat Wisata yang Kerap Disalahpahami Berada di Purwokerto oleh Wisatawan padahal Bukan

13 April 2024
Derita Jadi Warga Banyumas: Bangga dan Fasih Bahasa Ngapak, Dituduh Nggak Bisa Bahasa Jawa

Derita Jadi Warga Banyumas: Bangga dan Fasih Bahasa Ngapak, Dituduh Nggak Bisa Bahasa Jawa

25 Agustus 2025
6 Kasta Lauk Pendamping Soto yang Bikin Sensasi Nyoto Makin Lengkap Terminal Mojok

6 Kasta Lauk Pendamping Soto yang Bikin Sensasi Nyoto Makin Lengkap

24 Januari 2023
gorengan

Sisi Kelam Gorengan di Prasmanan Asrama

3 Juli 2019
Getuk Goreng Haji Tohirin, Makanan Khas Sokaraja yang Melegenda

Getuk Goreng Haji Tohirin, Makanan Khas Sokaraja yang Melegenda

1 Desember 2022
Hidup di Patikraja Banyumas: Jauh dari Keramaian, Restoran yang Ada Cuma Rocket Chicken, tapi Suasananya Bikin Damai di Jiwa

Hidup di Patikraja Banyumas: Jauh dari Keramaian, Restoran yang Ada Cuma Rocket Chicken, tapi Suasananya Bikin Damai di Jiwa

22 Mei 2025
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

17 Desember 2025
Niat Hati Beli Mobil Honda Civic Genio buat Nostalgia, Malah Berujung Sengsara

Kenangan Civic Genio 1992, Mobil Pertama yang Datang di Waktu Tepat, Pergi di Waktu Sulit

15 Desember 2025
Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

19 Desember 2025
Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

17 Desember 2025
Tombol Penyeberangan UIN Jakarta: Fitur Uji Nyali yang Bikin Mahasiswa Merasa Berdosa

Tombol Penyeberangan UIN Jakarta: Fitur Uji Nyali yang Bikin Mahasiswa Merasa Berdosa

16 Desember 2025
3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

16 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi
  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik
  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.