Baru-baru ini, Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia merilis logo HUT RI ke-76. Logo ini nantinya dipasang di berbagai media publisitas semacam spanduk, baliho, poster, dan umbul-umbul. Biasanya, sih, logo ini juga muncul di TV dan konten-konten media sosial lainnya. Maksudnya mungkin biar perayaan peringatan hari kemerdekaan RI tampak semarak dan meriah.
Sebagai praktisi di bidang Kehumasan, saya tentu menyambut baik peluncuran logo ini. Lumayan lah untuk nambah-nambah bahan konten media sosial di kantor. Namun, saya cukup terkedjoet melihat penampakan logo HUT RI ke-76 ini. Agak aneh, absurd, dan nggak biasa. Kening saya yang sudah berkerut karena usia, jadi tambah berkerut lagi berlipat-lipat. Nggak salah, nih, logonya? Takut salah download logo, tapi kayaknya, sih, nggak.
Melihat gelagat yang nggak beres ini saya langsung berselancar di dunia maya. Dan benar saja, logo HUT RI ke-76 ini menuai berbagai komentar dari netizen beberapa saat setelah diluncurkan. Salah satunya ada netizen yang menyebut logo ini sebagai “Unsatisfying Visual Object”, plesetan dari Unidentified Flying Object (UFO). Wow!
Memang, sih, konsep logo HUT RI kali ini sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Logo didominasi warna merah putih dan memuat angka ulang tahunnya. Yang membedakannya adalah tampilan visual dan filosofinya. Untuk logo HUT RI tahun 2021 ini, menurut saya, tampilan visual dan filosofinya agak-agak maksa.
#1 Tampilan visual
Logo HUT RI ke-76 ini terdiri dari angka 7 dan 6. Kedua angka itu disusun oleh 3 bangun geometri yang nggak lazim, yaitu jajargenjang, trapesium, dan lingkaran. Perlu diketahui juga, jajargenjang dan trapesium adalah bangun geometri yang rigid. Ada banyak sudut di dalamnya. Sedangkan lingkaran lebih luwes karena nggak memiliki sudut. Jadi, ketiga bangun geometri itu punya karakter yang berbeda, bahkan berlawanan. Bisa dibayangkan, kan, kalau ketiganya digabungkan dalam satu tampilan visual?
Ini sangat jelas terlihat di bentuk angka 6. Bentuk geometri lingkaran yang digabungkan dengan trapesium terlihat aneh. Memang, sih, membentuk angka 6, tapi kayak nggak utuh dan terputus. Ini yang membuatnya nggak nyaman dilihat mata. Sama juga halnya untuk angka 7 yang tersusun dari trapesium dan jajargenjang. Jadi, secara tampilan visual, angka 7 dan 6 pada logo HUT RI ke-76 ini terlalu maksa dan kurang nge-blend.
#2 Filosofi logo
Lantaran penasaran, saya coba baca Pedoman Identitas Visual yang di-download di laman resmi Kementerian Sekretariat Negara. Ternyata, logo HUT RI ke-76 itu ada filosofinya. Dan menurut saya, filosofi logo ini justru lebih maksa dari tampilan visualnya itu sendiri. Nih, ya, saya kutip narasinya langsung dari Pedoman Indentitas Visual Logo Kemerdekaan RI ke-76.
Bentuk angka ‘7’ diasosiasikan sebagai bagian dari ‘tiang pancang’ infrastruktur yang sedang dicanangkan oleh pemerintah untuk mendukung percepatan perekonomian Indonesia. Bentuk ini melambangkan ‘kepala Garuda’ yang melambangkan Pancasila yang menjadi landasan berbangsa dan bernegara.
Nah, pada bentuk angka 7 itu, saya sulit menemukan asosiasi tiang pancang dan kepala Garuda. Kalau misalkan di ujung atas angka 7 itu dibuat melengkung macam paruh burung, okelah bisa diasosiasikan dengan kepala Garuda.
Bentuk angka ‘6’ diasosiasikan sebagai ‘orang dan roda yang sedang bergerak’ terus maju ke depan yang melambangkan pertumbuhan dan percepatan ekonomi.
Kalau bentuk angka 6, saya bisa melihat ada bentuk roda di situ. Tapi saya bingung asosiasi “orang”nya sebelah mana? Mungkin bentuk lingkaran itu yang mirip kepala orang kali, ya? Dan bentuk roda yang melambangkan pertumbuhan dan percepatan ekonomi juga kayaknya kurang nyambung. Secara roda, kan, biasanya bergerak ke samping. Sedangkan menurut iklan susu HiLo yang ada di TV itu, tumbuh itu ke atas, bukan ke samping. Ehehehe.
Bentuk ‘lingkaran’ merupakan bentuk sempurna yang mencerminkan harapan akan keberhasilan dari semua hal yang ingin dicapai. Bentuk ini juga dapat diasosiasikan ‘persatuan’ Indonesia.
Bentuk lingkaran yang diasosiasikan dengan diksi “persatuan” pun agak-agak maksa. Soalnya di dalam logo itu justru ada 2 lingkaran, yaitu lingkaran besar dan lingkaran kecil. Cocoknya ya perduaan, bukan persatuan. Kalau mau, lingkaran lebih baik diasosiasikan dengan diksi “kebulatan tekad”. Ini kayaknya lebih mendekati, kan?
Dari hati yang paling dalam, saya sangat mengapresiasi persembahan pemerintah melalui Kementerian Sekretariat Negara pada peluncuran logo HUT RI ke-76 ini. Saya paham bahwa style dan selera orang terhadap suatu desain pasti berbeda-beda. Apalagi logo ini adalah hasil kolaborasi antara Kementerian Sekretariat Negara, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dan ADGI (Asosiasi Desainer Grafis Indonesia). Sudah pasti logo ini adalah logo terbaik—menurut mereka—di antara logo-logo lain yang diusulkan.
Sekadar saran, kalau bisa, sebelum peluncuran logo HUT RI ke-77 nanti, diadakan voting di media sosial. Biarkan netizen memilih logo mana yang sesuai selera mereka. Biar netizen kerjaannya nggak cuma nyinyir dan komen saja, tapi juga dilibatkan dalam proses pemilihan logo HUT RI. Setuju?
BACA JUGA Pareidolia dan Dugaan Gambar Salib di Logo HUT RI dan tulisan Andri Saleh lainnya.