Jika Soe Hok Gie pernah berkata bahwa hal yang menguntungkan adalah tidak dilahirkan, sedangkan yang tersial adalah umur tua, maka Nobita pasti menyetujui kata-kata tersebut. Namun, yang namanya sudah dilahirkan, ya mau bagaimana lagi selain menjalankannya. Barangkali bagi Nobita, hal yang menguntungkan adalah bertemu Shizuka dan yang tersial ketika ia tidak bertemu dengan Doraemon.
Bayangkan saja Nobita tanpa Doraemon, mungkin ia hanyalah adek-adek SD biasa yang selalu mendapatkan nilai nol. Main nekeran kalah, gobaksodor pasti juga kalah, kasti juga kalah, tapi berkat robot kucing bernama Doraemon, semua itu bisa diatasi. Mungkin, Doraemon itu 60% kekuatan dari Nobita. Ketika Naruto dan Luffy menempa diri untuk mengalahkan musuh, maka Nobita tinggal mbebeki kepada Doraemon untuk mengeluarkan alat dari kantungnya.
Terlepas dari betapa sialnya Nobita dalam kehidupan dan seberapa bergantung dirinya kepada Doraemon, sejujurnya ia mengisyaratkan kehidupan sejati seorang anak-anak. Ketika kebanyakan anak berkelumit dengan ponsel pintarnya, ia masih saja menyempatkan bermain bersama Giant dan Suneo di taman. Ya, walau ujung-ujungnya selalu kalah dan dikerjai oleh mereka.
Sempat berpikir bahwa Doraemon itu adalah pesugihan. Namun, hal itu runtuh seketika ketika melihat Nobita yang masih kesusahan uang jajan. Ia tidak seleluasa Suneo yang tajir melintir. Suneo begitu nyah-nyoh untuk membeli mobil remot yang mahal. Sedangkan Nobita memperlihatkan sebaliknya.
Kenapa kekuatan Doraemon tidak dibisniskan saja? Semisal bikin jasa go-baling-baling bambu. Nanti Nobita memakai jaket hijau, mengantarkan teman-temannya ke tempat tujuan pakai baling-baling bambu. Kalau mau kirim paket kilat, ya tinggal pakai pintu ke mana saja. Dari sana, ia bisa meringankan beban Nobisuke, ayahnya, yang nggak kaya-kaya amat.
Lantas muncul pertanyaan, sebenarnya uang saku Nobita ini berapa? Menengok uang bulanan untuk membeli sake Nobisuke 10 juta dan uang belanja bulanan Tamako, ibunya adalah 28 juta, apakah uang sakunya bisa bertahan di Tokyo yang terkenal serba mahal tersebut?
Jika ditelisik dari makanan kesukaannya, maka kita tidak menemukan klue yang memadai. Ia tidak seperti Doraemon yang memiliki makanan kesukaan dan ia begitu ketergantungan kepada makanan tersebut, dorayaki. Ia terlihat nrimo dengan makan apa saja hayuk. Beda tipis antara menerima keadaan atau lapar.
Jika diteliti dari mainan favorit pun ia menunjukkan ia tidak suka dengan mainan tertentu. Semisal Suneo yang getol dengan permainan remot atau Giant yang kesensem dengan sound sistem untuk menunjang bakat tarik suaranya yang luar biasa. Nobita diajak main apa saja, lagi-lagi ia nrimo dan hayuk-hayuk saja.
Ia sepertinya cukup puas dengan peralatan ajaib Doraemon. Apa pun mainan teranyar Suneo, Doraemon selalu bisa menandinginya untuk Nobita. Sejauh apa plesiran Suneo, Doraemon selalu memfasilitasi anak emas kesayangan Tuhan yang bernama Nobita ini.
Ia tidak memiliki ponsel, jadi tidak bisa berpatokan dari konsumsi pulsa yang ia gunakan perbulan. Pun, ia tidak mengeluarkan apa-apa untuk memperjuangkan Sizuka, wanita yang ia suka. Jadi, dari mana kita hitung jajanan bulanan Nobita? Jawabannya adalah dari konsumsi komiknya.
Hobinya itu koleksi komik. Di lemarinya banyak terpajang komik satu lemari berisi penuh. Dari ketebalan komik koleksinya, Nobita mengkonsumsi majalah komik berjenis mingguan, dwimingguan, atau malah bulanan. Ia bukan mengoleksi tankoubon atau jilidan lantaran model komik ini cenderung lebih pipih dan tidak setebal yang terpampang di lemari Nobita.
Majalah komik mingguan yang ia koleksi ialah Shounen Jump. Majalah komik ini sangat digandrungi remaja pria seusia Nobita lantaran majalah komik tipe ini memang diperuntukan bagi anak-anak pria. Terlebih, majalah komik terbitan Shueisha ini diisi beberapa judul seperti One Piece, Naruto, dan Haikyuu! Harga per eksemplarnya ada di angka 40 ribuan.
Jika seminggu Nobita menghabiskan 40 ribu rupiah, maka ia harus merogoh kocek sebesar 160 ribu rupiah selama satu bulan. Dan itu merupakan sebuah ketidakmungkinan anak SD diberikan uang sebegitu banyaknya kecuali Suneo seorang.
Dari beberapa scene, Nobita terlihat beberapa kali meminjam komik dari kawannya. Ia juga sempat membaca bersama Suneo di taman. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Nobita tidak berlangganan majalah komik bulanan secara penuh. Ia hanya beli komik sebulan sekali dengan biaya pengeluaran sebesar 40 ribu.
Ia harus menyisihkan seribu lima ratus selama sebulan. Dan untuk uang makan di kantin, diperkirakan ia menghabiskan 5 ribu rupiah untuk makan soto bening, menengok Nobita nggak aleman dan banyak mau. Lalu, untuk tetek bengek dunia per-SD-an seperti jajan tajos dan adu cupang, diperkirakan habis tiga ribu.
Jadi, uang jajan Nobita kurang lebih sebesar sepuluh ribu sehari, dengan asumsi sisa lima ratus perak untuk main dingdong satu babak. Jadi, uang jajannya selama satu bulan ada di angka 300 ribu rupiah. Sama seperti uang jajan kuliah saya. Juga, ia nggak harus keluar uang untuk print, foto copy, bayar parkiran Indomaret, isi bensin, dan uang kondisional tidak terduga atau yang sering disebut dengan uang zhang-zhangan.
Featured image: doraemon.fandom.com
BACA JUGA Mengapa Nobita Selalu Dapat Nilai Nol: Sebuah Analisis Menggunakan Teori Peluang dan tulisan Gusti Aditya lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.