Memperdebatkan Yoshinoya dan HokBen: Mana yang Lebih Unggul?

Memperdebatkan Yoshinoya dan HokBen: Mana yang Lebih Unggul? terminal mojok.co

Memperdebatkan Yoshinoya dan HokBen: Mana yang Lebih Unggul? terminal mojok.co

Bicara soal restoran dengan menu ala-ala masakan Jepang, saya pikir HokBen sudah menjadi salah satu yang terbaik di kelasnya. Sudahlah terjangkau, mereknya telah familier bagi orang Indonesia, variasi menu yang tak membosankan, sampai nasinya yang pulen, enak tiada tara. Saya sampai berpikir, makan nasi HokBen tanpa lauk sama sekalipun akan tetap terasa nikmat.

Sampai akhirnya, tujuh tahun lalu, saya mencoba Yoshinoya untuk kali pertama. Dan saya langsung berpikir, “Wah, saingannya HokBen, nih.”

Pada waktu yang bersamaan, selain langsung jatuh hati, saya pikir Yoshinoya punya menu dan harga yang lebih variatif. Beef bowl-nya itu, lho. Baik yang original, yakiniku, veggie, maupun black pepper, semuanya enak nggak pake tapi. Tidak mengherankan beef bowl kepunyaan Yoshinoya jadi menu utama sekaligus andalan. Apalagi saat disantap dengan segala topping-nya. Mantap banget, sih.

Sulit menentukan beef bowl Yoshinoya mana yang paling enak. Lantaran semuanya memang enak. Potongan dagingnya betul-betul tipis. Soal rasa, nggak perlu diragukan. Serius. Semua menunya enak. Harganya berkisar Rp5.000-Rp60.000-an, tergantung menu yang dipilih. Ada menu ala carte/satuan, paket, promo, dan lain sebagainya. Harganya termasuk terjangkau untuk kelas makanan Jepang.

Lalu, bagaimana jika Yoshinoya dibandingkan dengan HokBen?

Dari variasi menu dan harga, sebetulnya beda tipis. Dari paket bento sampai dengan simple set, menunya seperti diputar satu sama lain. Ada yang ditambahkan ini, ada yang dikurangi itu. Untuk harga paketan, Yoshinoya berkisar antara Rp35.000-Rp53.000-an. Sama halnya seperti Yoshinoya, HokBen juga punya paket hemat yang harganya sekitar Rp16.000-Rp19.000-an. Itu di luar promo lain, ya.

Soal menu goreng-gorengan (fried menu), boleh dibilang HokBen punya banyak variasi. Jumlahnya beda tipis dengan Yoshinoya. Mulai dari ekkado, shrimp roll, tori no teba, chicken katsu, ebi furai… nggak mungkin saya sebut satu per satu. Satu paragraf nanti isinya menu HokBen semua.

Boleh jadi, varian gorengan HokBen lebih banyak dari Yoshinoya. Tapi, dari sisi harga, Yoshinoya lebih ekonomis dan terjangkau.

Harga menu goreng-gorengan HokBen berkisar Rp25.000-Rp34.000-an. Sedangkan Yoshinoya, mulai dari Rp17.000-Rp34.000-an. Beda tipis, memang. Tapi, perbandingan harga ini jelas akan signifikan jika kumulatif. Apalagi kalau kondisi keuangan sedang kurang mumpuni.

Soal pelayanan, saya rasa juga beda tipis. Meski keduanya sudah pasti memiliki SOP masing-masing, terkadang sifatnya situasional. Apakah sedang ramai pengunjung atau tidak, juga ada faktor lainnya. Jadi, sebagai pelanggan saya lebih memilih untuk memahami hal tersebut, alih-alih menuntut ini dan itu atau menyalahkan. Selama kita masih dilayani dengan baik, nggak masalah, toh?

Bagaimana dengan gambaran tempat makan mereka masing-masing? Mana yang lebih mudah ditemukan?

Memang, baik Yoshinoya dan HokBen kebanyakan gerainya berada di dalam mal. Ada sih yang terpisah, punya gerai atau bangunan sendiri gitu. Tapi, tentu saja tidak sebanyak gerai yang ada di dalam mal. Dan harus diakui, gerai HokBen lebih mudah ditemui dibanding Yoshinoya. 

Soal tempat dan tata letak, jika keduanya dibandingkan, beda-beda tipis aja. Mulai dari meja, kursi, dan tata letak hiasan. Yang membedakan wallpaper-nya doang. Oh, iya, di beberapa gerai HokBen, tersedia juga kafe tambahan yang khusus menjual varian minuman juga es krim. Itu bisa jadi nilai tambah bagi para pengunjung yang ingin merasakan sensasi menu sampingan di luar menu utama. Satu yang pasti, nggak se-Instagramable kafe modern lainnya, ya.

Namun, untuk tempat makan keluarga, jika harus memilih salah satu, saya lebih suka suasana di HokBen. Mungkin karena catnya lebih cerah kali, ya? Sedangkan untuk menu secara keseluruhan, baik dari segi harga dan rasa, saya tetap menjagokan Yoshinoya. 

BACA JUGA Dukungan untuk Keputusan Ria SW Hiatus Lebih Awal dan artikel Seto Wicaksono lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version