Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus Pendidikan

Belajar Bahasa Inggris Jangan Dibuat Runyam

Adhy Nugroho oleh Adhy Nugroho
2 Maret 2021
A A
Meme ‘Nggak Bisa Basa Enggres’ dan Latahnya Kita dalam Belajar Bahasa Inggris terminal mojok.co

Meme ‘Nggak Bisa Basa Enggres’ dan Latahnya Kita dalam Belajar Bahasa Inggris terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Beberapa waktu lalu, ramai di internet meme yang berasal dari potongan video seorang bocah berkata, “Nggak bisa basa enggres” sambil mengelap mukanya menggunakan dasi seragam sekolah, melas. Hingga ini bisa ramai, kita dapat melihat bahwa jumlah orang yang menginternalisasi nilai yang direpresentasikan dalam meme ini cukup banyak. Utamanya soal belajar bahasa Inggris.

Alih-alih meme ini menjadi perayaan akan adanya kesenjangan kecakapan berbahasa Inggris yang ada dalam masyarakat kita, beberapa orang-orang yang jago bahasa Inggris justru gatel dengan praktik penggunaan meme ini. Mereka bilang, ini cuma bakal menjadi alasan (pembenar) untuk orang-orang malas yang tidak mau belajar.

Tapi, emang segitunya, ya?

Dari laporan English Proficiency Index (EPI) 2020 dari EF – iya, EF yang itu – Indonesia menempati peringkat 74 dalam tingkat kecakapan berbahasa Inggris dari total 100 negara di luar lingkar utama negara-negara Anglosphere macam Britania Raya, Amerika Serikat, Kanada, ataupun Australia dan Selandia Baru. Indonesia masuk dalam peringkat kecakapan yang rendah, masih kalah dengan Malaysia, Filipina, apalagi Singapura. Tentu angka itu bukanlah hal yang mengejutkan untuk kita ketahui bersama, toh, kita sudah banyak tahu kalau Indonesia sering tertinggal dalam banyak hal, kecuali soal tingkat kebisingan warganet.

Jika kita mau lebih peduli, tingkat kecakapan bahasa Inggris rata-rata dari satu negara juga berbanding lurus dengan ekonomi, tingkat inovasi, dan pengembangan. Kenyataan ini tidak memberi makna apa pun sampai kita mau menakar ulang pertanyaan, kenapa kita belajar bahasa Inggris?

Sebenarnya, untuk menjalankan fungsi manusia yang basic-basic saja, kita tidak perlu belajar bahasa Inggris. Kita hanya perlu ngerti bagaimana cara untuk berekspresi.

Kita belajar bahasa Inggris karena adanya aktivitas praktis di era ini, dalam batas kenyataan kita, yang telah menuntut untuk itu. Saya menggunakan kata “kita” untuk mengacu pada kelompok yang paling tidak sudah menjalankan aktivitas membaca Terminal Mojok, bukan kelompok masyarakat yang mana aktivitas praktisnya punya batasan-batasan yang berbeda dengan sobat Mojok sekalian i.e masyarakat adat pedalaman.

Dalam kaca mata ini saja, kita punya satu dasar pemikiran soal kecakapan bahasa Inggris dengan kaitannya terhadap rupa aktivitas praktis kita sehari-hari.

Baca Juga:

Apa Urgensi Belajar Bahasa Portugis? Ketemu Bahasa Inggris Aja Masih Nangis!

Tanpa Les, Tanpa Bimbel: Cerita Mahasiswa yang Selalu Dapet Skor TOEFL 500-an Berbekal Nonton Film dan Main Video Game

Poin selanjutnya adalah karena adanya ragam aktivitas di dalam masyarakat yang rada modern ini, maka institusi pendidikan dan kebudayaan menjalankan praktik wacana yang beragam pula. Dari bermacam bentuk institusi pendidikan dan kebudayaan, ada satu bentuk berupa sekolah formal yang geraknya mengikuti arahan kurikulum nasional. Di sini kita bisa tahu bahwa ada satu kelompok yang berisi tukang atur yang mendesain bagaimana rangkaian instruksi dapat dijalankan. Kelompok tukang atur ini mengejewantahkan kalimat sederhana “mencerdaskan kehidupan bangsa” dalam rangkaian praktik dengan tujuan akhir “konformitas” bersama sebagai bangsa.

Dari rangkaian kalimat ndakik-ndakik di atas, jawaban soal kenapa kita belajar bahasa Inggris tadi sebenarnya ada dua. Yang pertama adalah karena kita perlu itu untuk beraktivitas, dan yang kedua karena kebetulan sebagian dari kita masuk sekolah formal dan oleh negara kita disuruh belajar bahasa Inggris.

Untuk kasus pertama ini boleh dibilang clear tidak ada masalah. Kecuali kalau mau dicari-cari masalahnya, tentu saja ada. Nah, untuk poin kedua ini yang menarik. Kalau kita belajar bahasa Inggris karena kebutuhan, kita bisa membuat regulasi untuk diri kita sendiri. Namun, kalau kita belajar karena disuruh… ntar dulu.

Jika secara kolektif kita tahu bahwa belajar bahasa Inggris lebih banyak manfaatnya daripada mudaratnya, langkah selanjutnya untuk otoritas kan sebenarnya adalah mereformasi agar tidak banyak mubahnya. Namun, sebagaimana praktik hegemoni negara atas apa pun, celah untuk beberapa hal dapat lolos tetap saja ada.

Antonio Gramsci berpendapat soal ini, “Masalahnya tidak terletak pada salah satu bentuk kurikulumnya, tetapi pada manusianya, dan bukan manusia yang benar-benar menjadi guru tetapi juga keseluruhan masyarakat sosial yang kompleks dalam apa yang mereka ekspresikan.” Dari perkara kelas sosial-ekonomi, geografi, bahkan hingga identitas gender dan spiritualitas bisa menjadi faktor yang memengaruhi kegagalan. Mau bagaimana pun, seperti kata Emma Goldman, “Anak cuma bakal menerima apa yang pikiran mereka kehendaki.” dan itu bukan perkara yang mudah untuk terus-menerus “memanipulasi” pikiran anak-anak ini agar bisa tunduk.

Maka dari itu, bahasan soal kecakapan bahasa Inggris seharusnya tidak perlu dibuat serius. Di Indonesia, bahasa Inggris merupakan foreign language. Itu merupakan hal yang boleh dibilang jauh jika dibandingkan dengan kecakapan dasar literasi bahasa. Ketika bahasa Inggris dicoba didekatkan sekalipun dalam konteks kenyataan keseharian, hasilnya hanya akan menampilkan praktik berbahasa Ibu atau bahasa Indonesia yang dibuat “English”.

Jika kita melihat penyebaran meme “nggak bisa basa enggres” di internet, ada dua pola yang paling kentara. Pertama adalah anak-anak dengan kecakapan bahasa Inggris rendah yang tidak dapat mengikuti obrolan dalam ruang publik itu. Aspek psikologis yang mendorong kematangan intelektual tentu banyak berkaitan dengan kenyataan yang dijalani oleh seseorang. Berdasarkan laporan EPI 2020, pekerjaan dalam bidang operasi, teknisi, admin, sales, hingga customer service memiliki rata-rata kecakapan berbahasa Inggris yang rendah. Begitu pula untuk jabatan staf. Kenyataan sosial yang ada memaksa kita untuk mendefinisikan kelas-kelas intelektual di masyarakat.

Kedua adalah anak-anak yang hanya ingin trolling atau mocking. Sebenarnya kebosanan orang-orang dengan eskpresi “which is” dan “literally” bukan berada pada bahasa Inggris itu sebagai sebuah entitas, melainkan pada satu cara berekspresi yang terus mendominasi ruang publik. Sekarang, wacana dapat dengan mudah menerobos batas-batas intelektual. Maka dari itu, kelompok lain di luar kelompok intelektual kota, mapan, dan wangi dapat menerobos ruang-ruang yang berisi kelompok dominan. Dari sini kita merayakan kesenjangan yang ada.

Kenyataannya, sobat “English Kota” dapat dengan mudah mendapatkan kesadaran terkait moda eskpresi dan bantuan intelektual hingga nantinya dilanjutkan secara praktis dalam kehidupan sehari-harinya. Dalam praktik sosial, kelompok inilah yang berperan mendominasi wacana publik. Sementara mas-mbak “English Desa” dengan potensi dan kecerdasan yang sama tidak sedang menjalankan peran yang sama.

Jika belajar bahasa Inggris bisa masuk dalam kurikulum nasional, berarti ia telah menjadi agenda kolektif bangsa ini dalam bidang pendidikan. Sebab jika dilihat, kecakapan berbahasa Inggris juga berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi, inovasi, dan pengembangan. Namun dengan adanya kelas yang lebih mendominasi dalam menjalankan fungsi sosial, pendidikan semakin lama akan menjadi sebuah kebutuhan individualistik, baik untuk melanggengkan atau mengubah status sosial seseorang.

Bahkan jika revolusi pendidikan menciptakan satu generasi yang jago bahasa Inggris semua, ini tidak memberikan makna yang signifikan.

BACA JUGA Kosakata Bahasa Inggris yang Punya Arti Keren tapi Jarang Digunakan dan artikel Adhy Nugroho lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 14 November 2021 oleh

Tags: BahasaBahasa InggrisPendidikan
Adhy Nugroho

Adhy Nugroho

Aku cinta ayah bunda.

ArtikelTerkait

Logo Tut Wuri Handayani dan Tebakan Makna Filosofisnya terminal mojok.co

Logo Tut Wuri Handayani dan Tebakan Makna Filosofisnya

16 November 2021
Sebelum Nyinyirin Orang Indonesia yang Ngomong Pakai Bahasa Inggris, Baca ini Dulu Aja!

Nggak Perlu Malu Belajar Bahasa Inggris meski Sudah Dewasa

13 September 2020
Memangnya Kenapa kalau Pekerjaan Saya Tidak Sesuai dengan Latar Belakang Pendidikan?

Memangnya Kenapa kalau Pekerjaan Saya Tidak Sesuai dengan Latar Belakang Pendidikan?

14 November 2023
Panduan Bahasa Korporat bagi Karyawan Baru di Jakarta supaya Nggak Syok

Panduan Bahasa Korporat bagi Karyawan Baru Jakarta supaya Nggak Syok

23 Januari 2025
arti regulasi dan legislasi yang sering tertukar istilah hukum mojok.co

Arti Legislasi dan Regulasi, Dua Istilah yang Sering Tertukar

18 Agustus 2020
Kalau Disuruh Memilih Sosok Guru Ideal, Saya Akan Jawab Koro-Sensei terminl mojok.co

Kalau Disuruh Memilih Sosok Guru Ideal, Saya Akan Jawab Koro-Sensei

16 Januari 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

21 Desember 2025
Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

23 Desember 2025
Toyota Corolla Altis, Sedan Tua Terbaik yang Masih Sulit Dikalahkan di Harga Kurang dari Rp100 Juta

Toyota Corolla Altis, Sedan Tua Terbaik yang Masih Sulit Dikalahkan di Harga Kurang dari Rp100 Juta

17 Desember 2025
Motor Honda Win 100, Motor Klasik yang Cocok Digunakan Pemuda Jompo motor honda adv 160 honda supra x 125 honda blade 110

Jika Diibaratkan, Honda Win 100 adalah Anak Kedua Berzodiak Capricorn: Awalnya Diremehkan, tapi Kemudian jadi Andalan

20 Desember 2025
Gak Daftar, Saldo Dipotong, Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life Stres! (Unsplash)

Kaget dan Stres ketika Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life, Padahal Saya Nggak Pernah Mendaftar

21 Desember 2025
Isuzu Panther, Mobil Paling Kuat di Indonesia, Contoh Nyata Otot Kawang Tulang Vibranium

Isuzu Panther, Raja Diesel yang Masih Dicari Sampai Sekarang

19 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah
  • 10 Perempuan Inspiratif Semarang yang Beri Kontribusi dan Dampak Nyata, Generasi ke-4 Sido Muncul hingga Penari Tradisional Tertua
  • Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik
  • Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa
  • Menguatkan Pembinaan Pencak Silat di Semarang, Karena Olahraga Ini Bisa Harumkan Indonesia di Kancah Internasional
  • Dianggap Aib Keluarga karena Jadi Sarjana Nganggur Selama 5 Tahun di Desa, padahal Sibuk Jadi Penulis

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.