Saya tak habis pikir dengan pembuat dan penyebar meme model beginian.
Bendera pertama itu memang membawa perdebatan persepsi apakah ia representasi simbol tauhid ataukah simbol HTI. Tapi yang jelas, ketika ada orang Indonesia bersikap segalak singa kepada simbol itu, 99% kemungkinannya ia sedang mempersepsinya sebagai simbol HTI, bukan simbol Islam atau tauhid.
(Lha mosok ada orang Indonesia yang berani-beraninya dengan sengaja dan terang-terangan menggalaki sesuatu yang secara umum sudah disepakati publik secara bulat sebagai simbol Islam? Cari mati aja kan?). Poinnya: dalam konteks sikap galak, simbol di bendera pertama itu berposisi sebagai simbol HTI.
Oke, sekarang kita beranjak ke dua jenis penyikapan, yang digambarkan dengan dua ekspresi singa. Meme ini menyindir orang-orang yang galak kepada bendera HTI, tapi ngeper sama bendera Bintang Kejora.
Jadi, si pembuat dan penyebar meme “menuntut” atau “menantang” agar orang-orang yang dia sindir seharusnya sama galaknya, baik kepada HTI maupun kepada Papua Merdeka. Begitu, bukan?
“Jangan cuma beraninya sama HTI dong! Tuh lihat ada orang mengibarkan bendera separatis terang-terangan kok kalian diam saja. Takut yaaa??” Seolah-olah mereka ngomong gitu.
Nah, di sini tampak jelas bahwa pembuat meme itu cuma menjalankan cara “berpikir” orang yang males mikir.
Begini lho. Kalau ada orang galak sama HTI, dengan persepsi bahwa HTI itu mengancam negeri ini, harus pula dilihat seberapa jauh kontribusi HTI bagi negeri ini. Emang ada? Menyumbang enggak, mengkisruh iya. Coba kalau memang ada, sebutkan apa sumbangsih mereka dalam sejarah kita sebagai negara. Kalau ada kelompok gak punya peran positif apa-apa kok mau ngisruh, ya wajar aja dijegog-i. Lha kowe ki sopoo???
Sementara itu, kontribusi dan “kontribusi” Papua kepada Endonesa sudah sedemikian masya Allah-nya. Mereka dihisap habis-habisan selama puluhan tahun sejak Trikora, diperas sampai kering kerontang, tanpa manusia-manusianya mendapat balas budi material maupun psikologis yang selayaknya.
Apakah kalau mereka marah karena berbagai pengabaian, bahkan penghinaan, tak sedikit juga pembunuhan, lantas cara menghadapinya harus sejenis dengan cara yang diterapkan kepada kelompok nggak berguna (bagi perspektif negara) macam HTI?
Enak aja. Yo nggak gitu dong, Mbak. Sodara-sodara di Papua itu harus diajak rembukan, omong-omongan, penake kepiye, diajak komunikasi. Bukan kok ujug-ujug diserbu dan digebuki.
Mikeeerrr!!(*)
BACA JUGA Politik Alkohol atau tulisan Iqbal Aji Daryono lainnya. Follow Facebook Iqbal Aji Daryono.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.