Seperti yang kita ketahui, angkot adalah salah satu moda transportasi umum yang biasa digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk bepergian. Entah pergi ke sekolah, ke pasar, atau ke tempat-tempat lainnya. Tentunya transportasi umum satu ini memudahkan mobilitas masyarakat yang nggak pakai kendaraan pribadi.
Waktu masih sekolah dulu, saya sering menggunakan angkot untuk berangkat ke sekolah lantaran jarak rumah dan sekolah saya cukup jauh. Supaya nggak terlambat sekaligus menghindari kemacetan, biasanya saya berangkat sepagi mungkin. Namun, meski sudah berangkat pagi, selalu saja ada angkot yang jalannya lama. Lebih nyebelin lagi kalau si sopir angkot ngetem menunggu penumpang.
Beberapa kali saya dibikin kesal oleh sopir angkot yang hobi ngetem hingga berjam-jam lamanya. Kalau nggak buru-buru sih nggak masalah, masalahnya kalau saya sedang buru-buru jadinya kesal juga. Apalagi di dalam angkot hawanya panas banget. Belum lagi janji-janji manis si sopir angkot yang bilang bakal berangkat lima menit lagi. Nyatanya sampai setengah jam berlalu tuh angkot belum berangkat juga.
Memang sih sopir angkot yang hobinya ngetem itu nggak jahat, meski harus saya bilang nyebelin banget. Sebagai orang awam yang sering menggunakan jasa angkutan umum satu ini, saya memperhatikan ada beberapa alasan mengapa sopir angkot yang hobi ngetem itu perlu dibela.
Pertama, sudah menjadi bagian dari job desc-nya. Menunggu penumpang adalah tugas dari sopir angkot. Kalau penumpangnya nggak ditungguin, ya dia nggak bakal dapat penumpang. Mau jalan pun belum tentu dapat penumpang di tengah jalan. Mau langsung jalan, takut penumpang malah baru mulai berdatangan. Ya begitulah, sopir angkot selalu dilema.
Kedua, kejar setoran. Sebagai pengguna jasa angkot, kita tentu nggak tahu apa yang dirasakan para sopir. Kita nggak tahu beban yang ada dalam kepala sopir soal setoran hari itu. Dan mungkin untuk memenuhi kewajiban setorannya, blio terpaksa ngetem lama agar penumpang bisa penuh. Saya yakin sih, kadang para sopir ini juga merasa nggak enak kok sama penumpang. Tapi mau gimana lagi, itu sudah risiko pekerjaannya.
Ketiga, belum mendapatkan penumpang banyak seharian. Salah satu tantangan bagi sopir angkot adalah kesulitan mencari penumpang. Apalagi kalau musim hujan tiba. Selain itu, zaman sekarang sudah banyak orang yang pakai kendaraan pribadi atau jasa angkutan online. Bisa dapat satu atau dua penumpang saja sudah memberikan kebahagiaan bagi sopir angkot. Makanya mau nggak mau ya blio harus ngetem untuk bisa mendapatkan penumpang.
Keempat, penumpangnya nggak sesuai jurusan. Angkot didesain untuk beberapa jurusan perjalanan. Ada angkot jurusan A ke B, jurusan A ke C, atau jurusan B ke C. Hal tersebut tentunya untuk memudahkan para penumpang. Tapi, terkadang ada saja penumpang yang harusnya menggunakan angkot jurusan A ke B, eh malah naik angkot jurusan A ke C karena bisa lebih cepat. Padahal hal tersebut kadang bikin sopir rugi lantaran harusnya dia mengangkut penumpang ke jurusan C yang ongkosnya lebih mahal, eh malah mengangkut penumpang ke jurusan B yang ongkosnya cuma setengahnya.
Kelima, sopir angkot juga manusia. Blio nggak akan ngetem kalau memang sudah mengumpulkan banyak uang, Gaes. Apalagi sopir yang memang biasa menunggu di terminal dan nggak langsung jalan mencari penumpang. Yah, meski ada juga beberapa sopir yang memang sengaja ingin mencari keuntungan lebih, sih.
Balik lagi, kalau memang sebagai penumpang kita merasa kesal karena harus menunggu lama, tinggal turun saja cari angkot lain. Toh, para sopir itu nggak memaksa kita dan nggak ada hukumannya kalau kita turun dari angkotnya, kok. Namanya juga sama-sama cari makan. Sopir angkot kan juga manusia, walau hobinya ngetem.
Sumber Gambar: Unsplash
Editor: Intan Ekapratiwi
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.