Si Gundul tak pernah menua. Ia selalu terlihat segar, bugar, kemepyar
Belakangan ini banyak yang membicarakan Sophia Latjuba yang awet muda. Ada juga yang mempertanyakan Tom Cruise yang berusia lebih dari setengah abad dan masih seperti itu bentukannya di film Top Gun: Maverick. Sejauh yang saya tahu, para artis-artis itu yang selalu menjadi objek perbincangan bertema awet muda.
Selain ibunya Eva Celia itu, di negara kita ada pria macam Ariel Noah, Sahrul Gunawan, Vincent Rompies, Nicsap, hingga Kak Seto yang kerap dicap sebagai pria-pria awet muda. Saya kira itu tak salah, hanya saja kurang tokcer dan kurang komplit. Karena kita ini sering melupakan sesosok pria penghias layar kaca yang juga tak kalah awet muda dari pria-pria tadi.
Ia adalah pria yang konsisten dan berkemauan keras, ringan tangan, glowing, terampil, serbabisa, pintar masak, dan doyan makan. Siapa lagi kalau bukan Si Gundul, alias Heru Gundul, sang punggawa Jejak Si Gundul. Sebuah acara yang punya ruh pembela UMKM yang termasyhur itu.
Bagaimanapun, keinginan awet muda pasti dimiliki oleh banyak orang. Tentu tak mudah, akan banyak hal yang harus dilakukan. Hanya saja, Si Gundul seolah tak terlihat ngoyo untuk awet muda. Dirinya, ya, begitu itu, apa adanya. Ia tak perawatan ini itu, tak bermeditasi atau yoga, bahkan tak memakai skincare. Hanya kegiatan outdoor dan memasak yang mengisi akun Youtube-nya.
Tapi, tengoklah dia.
Sejak dahulu, bahkan sejak kita kecil, perawakannya tak berubah. Selain kepalanya yang plontos, wajah dan tubuhnya tak memberikan indikasi penuaan barang sekecil zarrah. Padahal, ia adalah om-om yang anaknya sudah lulus SMA. Tak ada tanda-tanda jika dirinya masuk usia senja. Ia masih jago memanjat, gerakannya lincah, melompat ke sana ke sini bak shinobi. Ia masih cekatan dan sat set, bagai kereta api Jepang yang antilelet. Tak seperti MU yang para fans-nya seolah memuja fosil, Ia bisa dianggap selalu ada di masa keemasan. Bukan kaleng-kaleng. Saya tak pernah kecewa ngefans Pak Gundul yang performanya selalu apik.
Usianya memang setengah abad, tapi ia tak beranjak tua seperti kebanyakan pria seusianya. Lalu, apakah mungkin ia seorang mutan? Atau mungkin drakula? Atau pakai susuk? Saya kira tidak seperti itu. Saya yakin ini saatnya kita membedah dan membicarakan keawetmudaan seorang Heru Gundul dengan metode ngawur-logi yang saya ciptakan sendiri. Nah, sebagai fans yang lumayan hobi overthinking, saya ingin memaparkan beberapa kemungkinan yang menyebabkan Om Heru Gundul ini awet muda.
Pertama, rajin membantu orang lain. Di musim awal, berbekal ransel dan tongkrongan ala backpacker, ia kerap melontarkan pertanyaan ini, “Ada yang bisa saya bantu, Pak?” Ia rajin dan tak terkesan nggak ikhlas, sangat tulus. Apa pun ia kerjakan, yang penting ada kegiatan. Ia sepertinya memang orang yang ogah mager. Meski akhir-akhir ini ia kerap jatuh dari motor, pohon, hingga ceroboh saat bertugas, saya kira itu hanya gimmick semata. Biasalah, rating.
Banyak hal baik yang didapat dari membantu banyak orang. Bahagia dan awet muda mungkin salah duanya. Siapa yang bahagia dan lapang hatinya, tak mungkin semudah itu menua. Mari doakan, semoga makin banyak orang yang bisa dibantu Gundul. Biar nanti ada yang bikin kaus dengan tulisan “UMKM dan ibu-ibu desa, dipelihara oleh Si Gundul”.
Kedua, banyak kegiatan yang melibatkan fisik. Ibarat ikan, Gundul ini salmon yang menentang arus, lele yang bisa hidup di ekosistem apa pun, dan arwana yang makin tua makin berkilau. Ia bisa memanjat pohon tinggi, biasa nyebur ke sungai berarus deras, jago menangkap hewan, hingga mengerjakan semua pekerjaan yang melibatkan fisik. Mungkin karena itulah ia jadi awet muda, olahraga terus bak Kak Seto. Kalau di kampung saya ada orang seperti Pak Gundul, pasti jadi idola kerja bakti.
Ketiga, selalu menjaga tali silaturahmi. Menyambung tali silaturahmi konon memanjangkan umur. Entah di mana pun kita selalu bertemu saudara Si Gundul. Kalau nggak kakaknya, ya tetehnya. Terbukti jika ia tak pernah melupakan sanak familinya. Ia tak enggan untuk mengunjungi dan membantu saudaranya. Ia ringan tangan, apalagi ke saudaranya sendiri. Saya kira orang seperti inilah yang akan menjadi orang yang paling dicari saat arisan keluarga.
Keempat, tak pernah merasa tua. Semua wanita muda, yang bahkan kelihatannya jauh lebih muda darinya, dipanggilnya dengan sebutan “Kak”. Meski terkesan seperti panggilan dari para penjual sandal karet di mal, panggilan itu mengindikasikan satu hal: ia lupa seberapa tua dirinya. Dalam mindset-nya, mungkin ia masih menganggap dirinya fresh graduate yang sedang berpetualang sembari menunggu panggilan kerja. Bukan hal buruk juga, asal tahu batasan. Merasa muda itu perlu, bahkan sangat penting. Apa yang ditanam di hati dan pikiran akan menjadi sugesti yang kuat dan berimbas pada diri secara nyata.
Tua tapi merasa muda itu sah-sah saja. Yang nggak boleh itu sudah tua tapi nggak merasa. Apalagi yang tak mau anteng, padahal sudah sepuh dan merasa berjasa banyak bagi bangsa dan negara, walaupun sebenarnya nol besar. Atau sudah sepuh dan tak mampu diberi amanah, tapi tak mau mengakui, sehingga kerjanya bikin rusuh melulu sebelum pemilu.
Saya kira pria ringan tangan seperti Om Heru Gundul tak akan seperti itu. Oleh karena itulah, ia sangat cocok jadi Presiden yang benar-benar merakyat dan hobi blusukan. Kalau jadi wakil presiden, sepertinya kurang cocok bagi Pak Gundul yang banyak aksi. Walau jadi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia, rasanya kok, lebih asoy dan menyenangkan.
Sumber gambar: Instagram @heru.gundul
Penulis: Bayu Kharisma Putra
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Si Gundul, Pria Misterius nan Memesona Saingan Berat Nicholas Saputra