Satu bahasan yang tak ada habisnya mengelinding kalau ngomongin Dewa 19, meskipun kini band ini tinggal tersisa separuh nafas saja dengan format reuninya, yaitu tentang siapa yang lebih baik antara Ari Lasso dan Once.
Pergantian vokalis membuat Dewa 19 tak lagi sama sekaligus membelah dua masa dan dua fans yang masih saja berdebat. Sebenarnya sia-sia memperdebatkan hal ini, bukan karena otak dan jantung band ini tetap sama, yaitu Ahmad Dhani dan Andra Ramadhan, juga ada alasan-alasan lain.
Alasan Ari Lasso dan Once nggak perlu dibanding-bandingkan #1 Landasannya cuma kenangan
Pertama, kebanyakan perdebatan didasarkan pada memori pendengarnya. Saya ingat ketika berbincang dengan penjual martabak yang mengaku sebagai Baladewa, sebutan fans Dewa 19, dengan yakin dia menyatakan Dewa 19 yang dia kenal ya Dewa 19-nya Ari Lasso, selebihnya bukan Dewa 19 lagi.
Gofar Hilman pernah mengatakan ini kepada Ari Lasso dalam acara Ngobam miliknya. Ari Lasso sih tenang saja menimpali, “Nggak gitu, itu karena kamu besarnya di era Ari Lasso saja.” Sebaliknya, kalau saya nanya mas-mas yang jual mi ayam di depan kos, dia ya ingatnya vokalis Dewa 19 tuh Once karena teringat memori SMA-nya.
Seperti halnya cinta pertama yang selalu membekas gitu lah. Membandingkan keduanya hanya berdasarkan kenangan, jadi cuma arogansi antargenerasi.
Alasan Ari Lasso dan Once nggak perlu dibanding-bandingkan #2 Dua-duanya sama-sama sukses dan berkarakter
Ari Lasso pernah membuat statement bahwa Dewa 19 harus berterima kasih kepadanya karena dengan hengkang Ari dari Dewa 19, band ini malah makin sukses. Ukurannya ada pada angka penjualan album. Album yang lagu-lagunya dinyanyikan Once, kayak Bintang Lima, bisa laku 1,7 juta keping. Album Cintailah Cinta juga sama suksesnya.
Tapi… kalau bicara album apa yang paling legendaris, tetap Terbaik-Terbaik jawabannya. Seperti namanya, album ini langganan bertengger di daftar album musik terbaik sepanjang masa versi beberapa media.
Alasan Ari Lasso dan Once nggak perlu dibanding-bandingkan #3 Musiknya beda
Dewa 19 menciptakan lagu sesuai karakter vokalis. Itulah kenapa agak aneh membayangkan “Cukup Siti Nurbaya”, “Cinta Kan Membawamu”, atau “Kirana” bisa pantas di telinga jika dinyanyikan Once. Begitu juga sebaliknya, Ari Lasso kadang kelabakan menyanyikan “Arjuna” dan terdengar aneh saat membawakan “Pupus” dan “Risalah Hati”.
Tapi kenapa beberapa lagu lebih enak dibawakan salah satunya walaupun bukan lagunya ya?
“Roman Picisan” misalnya, menurut beberapa orang lebih enak di versi Ari Lasso. Saya sempat nguli-ngulik soal ini dan ternyata lagu ini emang dibuat untuk Ari Lasso kok. Bahkan ada rekaman versi Ari Lasso sebelum ada versi Once. Sampai-sampai, saat rekaman suara Ari Lasso dimasukkan untuk membantu Once yang kesulitan membawakan lagu ini. Dengerin deh bagian reff-nya.
Ari Lasso dengan suara tinggi bersihnya mengiringi masa muda personil Dewa 19 dengan lirik puitis dan kritik sosial, yang dikemas dalam aransemen khas Dewa 19—yang di masanya yang sering disebut “rock romantic”. Sementara Once dengan suara tinggi seraknya mengiringi pendewasaan personil Dewa 19 dengan musik berwarna baru yang lebih pop serta lirik yang kental ajaran sufisme. Dua warna berbeda yang sama-sama dibawakan apik dengan gayanya masing-masing.
Sama seperti Ronaldo dan Messi, bubur diaduk dan enggak, Naruto atau One Piece, membandingkan keduanya nggak bakal ada habisnya. Jika bisa menikmati keduanya, kenapa capek-capek berdebat soal mana yang lebih baik sih?
Sumber gambar: Instagram @de19wa
BACA JUGA Ari Lasso dan Uji Pendengaran Kalimat Misterius di Lagu Dewa 19 dan tulisan Dicky Setyawan lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.