Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup Personality

Mematahkan Stereotip Orang Kidal yang Beredar di Indonesia

Hanan Syahrazad oleh Hanan Syahrazad
8 Agustus 2021
A A
Mematahkan Stereotip soal Orang Kidal yang Beredar di Indonesia terminal mojok
Share on FacebookShare on Twitter

Tanggal 13 Agustus mendatang diperingati sebagai hari kidal sedunia. Jumlah orang yang kidal di Indonesia memang jauh lebih sedikit dibanding yang kinan. Oh ya, barangkali ada yang belum tahu. Kata Om Ivan Lanin, lawannya kidal itu kinan. Kalau kidal itu dominan kiri, maka kinan dominan kanan, seperti kebanyakan dari kalian itu. Istilah “kinan” sudah ada di KBBI, kok.

Nah, sebagai anak yang kidal dari lahir, saya sering mendengar beberapa stereotip yang melekat pada orang kidal di Indonesia. Dan dalam rangka ikut meramaikan hari kidal nanti, saya ingin mematahkan stereotip-stereotip yang beredar tersebut. Yok, kita mulai!

Ditanya cebok pakai tangan apa, makan pakai tangan apa

Ini adalah pertanyaan pertama yang selaluuu ditanyakan berpuluh-puluh orang ketika mereka sadar akan kekidalan saya. Jawaban saya sama persis sama dengan kalian semua, wahai para pengguna tangan kanan yang normal: saya makan pakai tangan kanan dan cebok pakai tangan kiri. Semoga jawaban ini membuat kalian puas. Kegiatan-kegiatan yang menurut saya wajib memakai tangan kanan akan saya usahakan penuh menggunakan tangan kanan. Walaupun memang banyak juga, sih, orang kidal yang makan pakai tangan kiri. Lagi pula menurut saya makan dengan tangan kanan itu tidak sesusah itu, karena dasarnya, kan, hanya perkara nyendok, naik turun tangan, dan “hap” saja.

Dikira pintar

Ini anggapan paling umum dari stereotip orang kidal. Pada awalnya ini cukup menyenangkan. Dikira pintar, siapa yang tidak senang? Namun kesenangan semu ini akan luntur jika yang mengira saya pintar adalah teman-teman sekelas atau guru kelas yang menyaksikan perkembangan saya tidak gimana-gimana walaupun saya kidal. Agak menyedihkan dan memalukan, tapi yasudah lah. Toh, bukan saya juga yang bikin pengumuman kalau orang kidal itu pintar.

Dikira sombong

Sebenarnya ini cukup aneh. Banyak orang-orang meyakini: “kalau pakai jam tangan di tangan kanan, dia sombong”. Padahal ya tentu saya pakai jam tangan di tangan kanan. Kalau di tangan kiri, si jam tangan akan ngganjel pergerakan tangan ketika menulis dan kegiatan lainnya. Tapi, karena kegiatan yang mengandung tata krama hampir semua dilakukan dengan tangan kanan, seperti memberikan sesuatu, cium tangan atau salaman, saya yang melakukan itu semua juga—tentu saja—dengan tangan kanan, jadi dianggap sombong karena pamer jam tangan. Padahal mana pernah saya punya jam tangan mahal. Mungkin saya disamakan dengan bapak-bapak yang cincin akiknya berbiji-biji atau ibu-ibu yang tangannya krincing-krincing penuh gelang dan cincin emas di sinetron yang kalau ngomong sambil menggoyang-goyang tangan.

Dikira punya kekuatan super

Setidaknya saya punya dua cerita konyol dalam bagian “kekuatan super” ini. Saat masih mahasiswa baru, salah seorang dosen memandang dengan sangat kagum hanya karena melihat saya beraktivitas dengan tangan kiri. Kemudian saya ditanyai macam-macam pertanyaan “khas kidal” versi beliau yang sayangnya hampir semua saya jawab “tidak”.

Salah satu yang saya ingat dari pertanyaan dosen saya ini adalah, “Kamu titis nggak?” Titis maksud dosen saya artinya mudah membidik dengan tepat, seperti saat main panahan misalnya. Saya juga baru dengar istilah itu ya karena pertanyaan dosen saya ini. Lagi-lagi saya cuma bisa jawab, “Tidak, Pak.”

Pertanyaan lebih konyol datang dari beberapa teman kosan saya. Waktu itu saya baru pindah ke kosan, jadi belum kenal-kenal banget sama mereka. Saya ingat waktu itu belum apa-apa, mereka sudah memandang saya seperti makhluk ajaib. Kemudian setelah mereka tahu kalau saya kidal, dari pandangan mereka seakan-akan mereka semakin yakin kalau saya ini memang makhluk ajaib. Lantas salah satu teman saya nyeletuk, “Jangan-jangan Mbak Hanan bisa baca pikiran?”

Baca Juga:

Apa pun Kejahatan di Surabaya, Orang Madura Selalu Dijadikan Kambing Hitam

Hilangnya 9 Besi Penutup Got di Bangkalan Menegaskan kalau Orang Madura Memang Tak Layak Dibela

Allahuakbar, saya yang dari awal sudah menahan ketawa, cuma bisa ngakak. Kalau saya mengaku bisa jalan di air sekalipun mungkin mereka percaya saja.

Orang tua dianggap gagal mengasuh anak

Ini yang paling beban dibanding seeemuuuaaa stereotip kekidalan di sekitar saya. Orang tua dianggap gagal mengasuh anak, gagal mendisiplinkan anak karena sesederhana membiasakan anak pakai tangan kanan saja mereka tidak mampu. Hadeh. Saya ingat guru Biologi saya juga mengatakan hal serupa saat mengajar di depan kelas. Bahkan beliau menambahkan dengan berapi-api bahwa “kidal adalah cacat.” Duh.

Padahal, kan, saya juga nulis pakai tangan juga seperti orang-orang, huhuhu. Cuma beda tangan saja. Hehehe. Padahal menurut banyak penelitian, perkara kidal dan tidak, sudah berbeda dari gennya. Cara kerja otaknya juga konon berbeda. Entahlah. Intinya, saya hanya ingin menegaskan bahwa kidal dan tidak itu bukan sekadar karena kebiasaan. Lalu apa kabar dengan guru Biologi saya? Iya, Biologi. Ah, sudahlah.

Dari cerita saya, selain karena orang kidal adalah minoritas, saya menyimpulkan dua poin dasar penyebab orang kidal di Indonesia itu jadi “lebih sulit”. Poin dasar pertama yang menurut saya susah menjadi orang kidal di Indonesia itu berangkat dari keyakinan bahwa penggunaan tangan kanan dan kiri itu dianggap hanya karena  perkara kebiasaan. Jadi, jika seseorang kidal, itu dianggap karena tidak dibiasakan menggunakan tangan kanan saja.

Kemudian poin dasar kedua adalah pengistilahan bahwa “tangan kanan itu tangan baik” dan “tangan kiri itu tangan buruk”. Ya ini berasal dari ajaran agama—khususnya agama Islam yang menjadi agama dominan di Indonesia—yang memang mengajarkan berbagai kesopanan dengan tangan kanan, mulai dari makan, memberi, serta aktivitas lainnya. Tapi kemudian pengistimewaan tangan kanan ini menjadi berlebihan, lalu tangan kiri jadi seakan-akan jadi sebaliknya. Tangan kiri adalah tangan buruk, tangan jelek, tangan setan.

Jika tangan kiri memang seburuk itu, kenapa tidak dibuang saja? Seakan-akan kita melupakan kalau kita diciptakan dengan sepasang tangan—tangan kanan dan kiri—untuk saling membantu dan bekerja sama? Masing-masing dari kita memang memiliki tangan andalan, tetapi tidak berarti tangan yang satunya jadi tidak berharga, kan?

BACA JUGA Menjadi Minoritas Spesial dengan Terlahir Kidal. 

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 21 September 2021 oleh

Tags: Gaya Hidup Terminalkidalstereotiptangan kiri
Hanan Syahrazad

Hanan Syahrazad

Anak Jogja amatiran. 622 AD.

ArtikelTerkait

Bagi Saya, TV Tabung Jauh Lebih Baik Dibanding TV LED! terminal mojok.co

Bagi Saya, TV Tabung Jauh Lebih Baik Dibanding TV LED!

30 Juni 2021
Teknik Bapukung untuk Menidurkan Bayi_ Layak Cobakah_ terminal mojok

Teknik Bapukung untuk Menidurkan Bayi: Layak Coba?

31 Juli 2021
Mencoba Menebak Maksud Tujuan Seseorang dari Stiker yang Ditempelnya terminal mojok

Mencoba Menebak Maksud Tujuan Seseorang dari Stiker yang Ditempelnya

7 Juni 2021
3 Tipe Calon Pembeli Toko Keperluan Muslim yang Bikin Jengkel terminal mojok

3 Tipe Calon Pembeli Toko Keperluan Muslim yang Bikin Jengkel

7 Agustus 2021
Tugas Penyiar Radio Bukan Cuma Ngemeng Doang terminal mojok

Membedah Tugas Penyiar Radio yang Sering Dibilang Ngemeng doang

24 Mei 2021
Yakin, Wibu Ngotot Pengin Tinggal di Jepang? terminal mojok.co

Kalau Kamu Pengin Tinggal di Jepang, Jangan Kaget dengan 6 Hal Ini

17 Juli 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Yamaha Xeon: Si Paling Siap Tempur Lawan Honda Vario, eh Malah Tersingkir Sia-Sia Mojok.co

Yamaha Xeon: Si Paling Siap Tempur Lawan Honda Vario, eh Malah Tersingkir Sia-Sia

13 Desember 2025
Toyota Corolla Altis, Sedan Tua Terbaik yang Masih Sulit Dikalahkan di Harga Kurang dari Rp100 Juta

Toyota Corolla Altis, Sedan Tua Terbaik yang Masih Sulit Dikalahkan di Harga Kurang dari Rp100 Juta

17 Desember 2025
UNU Purwokerto, Kampus Swasta yang Sudah Berdiri Lumayan Lama, tapi Masih Nggak Terkenal

UNU Purwokerto, Kampus Swasta yang Sudah Berdiri Lumayan Lama, tapi Masih Nggak Terkenal

15 Desember 2025
Siluman Dapodik, Sebuah Upaya Curang agar Bisa Lolos PPG Guru Tertentu yang Muncul karena Sistem Pengawasan Lemah

Siluman Dapodik, Sebuah Upaya Curang agar Bisa Lolos PPG Guru Tertentu yang Muncul karena Sistem Pengawasan Lemah

16 Desember 2025
Lumajang Bikin Sinting. Slow Living? Malah Tambah Pusing (Unsplash)

Lumajang Sangat Tidak Cocok Jadi Tempat Slow Living: Niat Ngilangin Pusing dapatnya Malah Sinting

19 Desember 2025
Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

15 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran
  • UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.