Memangnya Kenapa Kalau Saya Suka Menonton Film India?

film india

film india

Aduh nonton kok film India. Film percintaan menye-menye. Nari-nari ga jelas di bawah hujan. Hadeeeh~

Demikianlah isi pesan singkat yang saya terima dari seorang teman ketika mengetahui saya mengisi me time dengan nonton film India. Awalnya saya menanggapinya dengan biasa saja. Ya, saya tahu, sampai saat ini bisa dibilang masih ada orang yang meremehkan film India. Film ini nasibnya kurang lebih sama dengan drama Korea. Sering digeneralisir. Hanya karena pernah menonton film India yang ceritanya tentang percintaan yang dipenuhi adegan menari dan menyanyi di bawah air hujan maka yang ada di pikirannya, semua film India memang seperti itu. Hanya seputar kisah cinta menye-menye dibumbui adegan menyanyi dan menari. Pokoknya temanya cuma seputar kisah cinta. Padahal ya, tidak begitu.

Untuk meluruskan kesalahpahaman tersebut, saya pun membalas pesannya dengan kalimat: ehe, nggak kok. Ini nonton 3 Idiots, film India bertema pendidikan. Ketika mengirim pesan tersebut, harapan saya setidaknya dia jadi tahu bahwa saya tidak sedang menonton film India seperti yang dia maksud. Sayangnya, harapan saya tersebut tidak terwujud. Alih-alih mengerti, dia justru mengira saya sedang “meracuninya” untuk mau menonton film India. Inilah yang kemudian membuat saya gemas sendiri.

Sejujurnya, saya sendiri bukan pencinta film India. Dalam artian saya belum banyak menonton film India. Film 3 Idiots itu sendiri termasuk film India favorit saya, makanya sering saya tonton ulang. Saya suka dengan jalan ceritanya, begitu pun dengan soundtracknya.

Seperti yang sudah saya tuliskan di atas, ceritanya mengangkat tema pendidikan. Suatu hal yang bisa dibilang tergolong serius. Tetapi, dalam film ini, tema tersebut dikemas dengan sisipan adegan-adegan humor yang mengocok perut. Bagi yang sudah menonton pasti tahu lah yah bagaimana “lucunya” ketika Chatur membacakan pidato di atas panggung, atau pada saat Raju Rastogi dan Farhan yang mengerjai “Rancho” dengan ancaman abu jenazah ayahnya. Berulang kali saya tonton, tapi tetap merasa lucu. Sementara untuk soundtracknya, saya paling suka yang judulnya Give Me Some Sunshine. Lagunya sedih-sedih gimana…gitu.

Memang sih, dalam film ini juga tidak luput dengan adegan hujan-hujanan, tapi tetap saja ceritanya tidak sesimpel yang dibayangkan. Bagi saya pribadi, adegan hujan-hujanan sampai kebanjiran dalam film ini justru menjadi adegan paling menyentuh. Maklumlah yah, namanya juga ibu-ibu yang sudah punya anak. Jadi gampang baper kalau lihat adegan perjuangan semacam itu.

Selain 3 Idiots, salah satu film India yang bukan sekadar tema percintaan yang saya tahu adalah Taare Zameen Par. Ceritanya tentang anak disleksia. Pemainnya juga masih Aamir Khan. Filmnya cukup mengharukan sekaligus bisa menambah wawasan saya tentang bagaimana dan apa itu disleksia. Kerenlah pokoknya film ini.

Nah, itu baru pemaparan dari saya yang bukan pencinta film India, kalau sudah pencinta film ini yang turun tangan, sejumlah judul film pasti akan disebutkan untuk menambah wawasan: bahwa film ini bukan cuma film percintaan menye-menye.

Lagipula, memangnya kenapa kalau film India selalu ada adegan menari dan menyanyi di bawah hujan? Kalau memang sudah seperti itu ciri khasnya, masalahnya di mana? Masak iya semua film harus sama. Bisa membosankan dong yah. Kalaupun tidak suka, ya tidak usah ditonton. Ingat juga nih yah, jangan ngerecokin orang yang asyik-asyik aja nonton adegan semacam itu. Setiap orang itu punya hak untuk memilih, situ milih tidak suka, orang lain juga bebas untuk asyik-asyik aja. Film itu sama seperti buku, urusannya adalah soal selera.

Saya sendiri juga menyadari bahwa ada memang film India yang tidak bagus. Hal yang membuatnya tidak bagus tentu saja macam-macam. Bisa karena alur ceritanya, akting pemainnya, soundtracknya, dan lain sebagainya. Jika kebetulan nonton film yang dirasa tidak bagus, ya bukan berarti semuanya jadi tidak bagus. Sama kayak misalnya pernah dikecewakan sama satu cowok, bukan berarti semua cowok itu jahat, atau pernah diporotin satu cewek, bukan berarti semua cewek itu matre. Jangan gampang main menggeneralisir lah, tidak bagus untuk kesehatan hati.

Hal yang juga tidak kalah penting, kalau dikasih tahu sesuatu yang belum diketahui ada baiknya untuk disimak, jangan berprasangka yang tidak-tidak. Seperti teman saya itu, sudah salah kaprah, dikasih tahu bukannya membuka pikiran, yang ada malah membuka salah kaprah yang lain. Monmaap nih, situ kan mikirnya film India itu cuma film percintaan menye-menye, nah kebetulan saya tahu ada judul film ini yang bukan sekadar kisah percintaan, makanya saya kasih tahu. Tujuannya biar situ jadi tahu, gitu loh. Lah, ini kok malah dikira mau “meracuni”. Jika sudah begini, maka harus ditambahi lagi, selain jangan gampang main menggeneralisir, jangan gampang geer juga.

Jangan biasakan memakai standar hidupmu untuk hidup orang lain. Apa-apa harus disamakan dengan seleramu, hadeeehhhhh.

Tulisan ini bukan untuk mengajak orang-orang yang tidak suka film India terus jadi suka. Suka atau pun tidak itu pilihan masing-masing. Asal ya itu tadi, jangan ngerecokin pilihan orang. Saya sendiri juga tidak masalah kalau ada yang tidak suka nonton film ini, terserah orang lah. Yang “menggemaskan” itu orang yang tidak suka lantas meremehkan orang yang suka, begitu pun sebaliknya. Orang yang suka menonton film ini juga jangan menganggap orang yang tidak suka itu seleranya tidak bagus. Kalau masing-masing saling meremehkan, bisa ribut terus dunia perfilman.

Tulisan ini juga bukan untuk menyombongkan diri bahwa saya sudah sangat tahu tentang film India. Seperti yang sudah saya tuliskan di atas, saya cuma sekadar suka. Itu pun baru menonton beberapa judul. Tetapi setidaknya dari beberapa judul yang saya tonton itu, saya jadi tahu film India itu juga temanya macam-macam. Bukan cuma kisah cinta menye-menye saja.
Kalau belum punya kesempatan atau ketertarikan untuk menonton, googling kan bisa. Saya juga tahu tentang 3 Idiots dari hasil googling kok.

Nggak buku, nggak film, semua ada snob-snobnya. Kenapa sih, hal yang seharusnya bisa jadi hiburan, malah dibuat jadi bahan kesombongan? Heran akutu~ (*)

 

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) yang dibikin untuk mewadahi sobat julid dan (((insan kreatif))) untuk menulis tentang apa pun. Jadi, kalau kamu punya ide yang mengendap di kepala, cerita unik yang ingin disampaikan kepada publik, nyinyiran yang menuntut untuk dighibahkan bersama khalayak, segera kirim naskah tulisanmu pakai cara ini.

Exit mobile version