A-Z Vasektomi: Memahami Vasektomi secara Sederhana

A-Z Vasektomi: Memahami Vasektomi secara Sederhana

A-Z Vasektomi: Memahami Vasektomi secara Sederhana (Pixabay.com)

Kalau ada yang (mau) tahu, sebenarnya setiap tahun di dunia ini ada yang namanya World Vasektomi Day. Tanggalnya nggak pernah sama, tapi selalu jatuh pas minggu ketiga bulan November. Kalau tahun ini, berarti tanggal 18 November.

Nah, sebagai orang yang sudah melakukan vasektomi, saya pengen berbagi pengalaman buat para jamaah mojokiyah. Siapa tau ada yang penasaran, ada yang pengen tahu tapi bingung mau nanya ke mana, atau malah sudah ada rencana pengen melakukan tapi butuh informasi lebih banyak.

Jadi inilah pertanyaan yang sering banget mampir soal vasektomi.

Vasektomi itu apa?

Gampangnya, vasektomi adalah metode KB buat pria. Kalau bahasa resmi orang BKKBN sih disebutnya MOP (Metode Operasi Pria). Jadi kalau selama ini kita tahunya alat kontrasepsi itu banyaknya buat ibu-ibu atau mbak-mbak aja (Pil, suntik, IUD, dll), sementara yang buat pria cuma kondom, sebenarnya ada satu metode lagi, ya vasektomi ini. Wajar kalau namanya kurang bunyi, karena memang vasektomi memang nggak terlalu populer.

Vasektomi itu diapain sih?

Ada yang mengira vasektomi itu “memasang” sesuatu atau bahkan “mencabut” sesuatu” dari badan. Menurut saya keduanya kurang pas, karena yang benar vasektomi itu adalah “memutus” sesuatu di badan.

Lho, apanya yang diputus? Jalur nasab?

Bukan! Jadi vasektomi itu adalah tindakan memotong saluran sperma (vas deferens). Untuk melakukannya tentu perlu melewati sebuah operasi kecil. Bius lokal aja, macam disunat. Itulah kenapa vasektomi termasuk jenis KB permanen, sekali dilakukan nggak bisa di-undo. Bisa sih sebenernya, tapi opsi yang jarang banget diambil, kecuali ada kejadian istimewa.

Bayarnya berapa?

Setiap rumah sakit punya tarif yang beda-beda. Silakan tanya aja. Tapi sebenarnya pemerintah punya program gratisan tiap tahunnya. Jadi memang kader-kader BKKBN itu ditarget setiap tahun harus bisa merekrut akseptor MOP. Target tiap daerah beda-beda juga. Biasanya mendekati akhir tahun, November atau Desember, atau sekitaran World Vasectomy Day tadi.

Cara buat dapetin program gratisan juga gampang, main aja ke kantor BKKBN setempat, bisa juga datang ke Kantor Kecamatan atau Posyandu. Biasanya ada kader BKKBN yang stand by di sana, nanti ngomong aja, biar kader itu yang ngurusin semua. Biasanya sudah gratis, dapat sertifikat, difoto bareng pejabat daerah, bisa masuk koran, juga dapat insentif sekadarnya.

Kalau saluran diputus gitu, jadi haram nggak sih?

Ini juga pertanyaan yang banyak banget. Jadi sebenarnya metode vasektomi sebenarnya ada dua: memutus saluran atau mengikat saluran. Untuk efektifitas, tentu yang memutus saluran lebih baik. Namun, ada beberapa anggapan kalau mengikat saluran lebih mendekati pembolehan fatwa MUI. Karena MUI sendiri masih memfatwakan vasektomi ini haram (Fatwa 1979) kecuali ada beberapa hal, antara lain: Ada jaminan dapat dilakukan rekanalisasi dan tidak menimbulkan kemandulan permanen (Tinjauan ulang fatwa tahun 2009).

Nah setelah konsultasi dengan dokter, katanya sih teknologi jaman sekarang sudah mungkin untuk melakukan rekanalisasi. Jadi nggak permanen-permanen banget. Nah karena ada opsi begitu, maka saya lakukan saja.

Disclaimer: Untuk jamaah mojok yang beda pegangan dalil, ya monggo wae, saya juga nggak bisa apa-apa.

“Kalau saluran sperma dipotong, nanti nggak bisa ejakulasi lagi dong?”

Ya bisa lah, Esmeralda! Karena tempat produksi sperma dengan air mani itu beda. Sperma diproduksi di testis, sementara air mani diproduksi di vesikula seminalis.

Biar gampang bayanginnya: sperma itu yang berenang-renang tanpa dosa macam kecebong di empang. Nah, para kecebong ini berenangnya di air mani. Jadi kedua elemen ini—sperma dan air mani—meski berasal dari dua saluran yang berbeda, akan disatukan di penis, dan dikeluarin bareng ketika ejakulasi

Faham ente?

Nah, karena vasektomi hanya memotong saluran sperma, jadi tentu para pria masih bisa ejakulasi dong, tapi yang keluar hanya air mani kosong, tanpa sperma. Atau bahasa medis dari air mani kosong ini adalah azoospermia. Kalau air maninya tidak mengandung sperma, tentu tidak akan bisa bikin hamil.

Lalu apakah setelah vasektomi, tubuh masih memproduksi sperma? Menurut dokter, sperma tentu masih diproduksi, namun jika tak keluar akan kembali diserap oleh tubuh. Jadi aman.

Pertanyaan paling nggak penting: “sakit nggak?”

Gini lah ya, kita usah sama-sama gede. Udah nggak mempan lagi kalau ada yang ngomong, “Nggak sakit kok.” atau “Sakit pun seperti digigit semut.” Iya, semut purba!

Vasektomi itu operasi kecil dengan bius lokal, tapi sekecil-kecilnya ya tetep aja namanya operasi. Ada bagian tubuh yang dibuka pake pisau bedah, ada organ dalam yang dipotong, sebelumnya juga disuntik bius dulu sekitar 4 kali… ya secara logika tentu sakit lah!

Kalau sakit kok mau?

Disclaimer: Ini pendapat saya pribadi, tidak mewakili kelompok atau golongan tertentu, apalagi mewakili seluruh cowok di dunia.

Jadi salah satu keputusan melakukan vasektomi adalah karena saya sudah sampai pada pemahaman bahwa meski urusan KB adalah urusan kedua pasangan, tapi prioritas utama untuk melakukannya tetaplah di kepala keluarga. Maka—IMHO—mending kepala keluarga dulu deh yang ngukur diri: “Saya mau merencanakan punya anak berapa? Sanggup KB nggak? Kalau sanggup ya saya aja yang KB, kalau nggak sanggup, baru istri.”

Jadi jangan apa-apa langsung dibebankan ke istri. Karena mas-mas inilah pemimpinnya, artinya dia yang harus punya pertimbangan soal perencanaan keluarga. Parameternya terserah, setiap keluarga punya kebijakan internal masing-masing. Mungkin ekonomi? Kesehatan? apapun bisa.

Ini di luar kondisi khusus ya, karena nggak semua pria juga boleh vasektomi. Mungkin ada masalah di imun, tekanan darah, daya tahan tubuh, dan lain-lain. Namun, secara moral kepala keluarga, lebih baik mas-mas dulu yang ambil tanggung jawab ini.

Yang jadi masalah adalah stigma di masyarakat yang “seolah” menyatakan bahwa KB adalah urusan perempuan saja.

Terus terang saya tidak setuju itu. Ya namanya nikah kan berdua. Bangun rumah tangga berdua. Bikin anak pun berdua. Terus kenapa untuk mengontrol kelahiran jadi tanggung jawab perempuan saja?

Apalagi kalau dibahas lebih jauh, badan istri itu kan tempat tumbuh kembang janin, tempat air susu anak, belom lagi beban ibu rumah tangga itu luar biasa, nggak akan keukur lah sama cowok. Maka ada baiknya mas-mas ini biarkan tubuh istrinya “bersih” apa adanya, tanpa pil, tanpa zat kimia, tanpa alat tambahan apa pun. Biar deh urusan beginian ambil alih sama kepala keluarga saja.

Pertanyaan religius: bukankah KB sama dengan menghalangi takdir?

Saya pun mempertimbangkan soal ini. Dan setelah bolak-balik memikirkannya, saya malah ketawa sendiri. “Siapa sih kita? Memang kita udah punya kekuatan apa untuk menghalangi kehendak Tuhan? Kalau Tuhan mau pasti akan terwujud. Siapa kita yang merasa bisa menghalangi kemauan Tuhan?”

Jadi saya menempatkan KB atau vasektomi itu di ranah ikhtiar. Kita kan manusia yang harus ikhtiar, tapi soal hasil bagaimana Tuhan aja. Kalau Tuhan mentakdirkan harus punya anak lagi, pasti ada jalan. Bahkan kisah orang vasektomi, tapi istrinya tetap hamil pun ada. Nah, siapa yang bisa mencegah keajaiban macam itu?

Pertanyaan tidak religius: bukankah vasektomi bisa bikin pria bebas ena-ena tanpa takut?

Ini ada lagi. Seseorang pernah “menuduh” begini, “Paling vasektomi itu buat cowok-cowok yang mau ena-ena, tapi nggak mau menghamili kan!?”

Ya, saya cuma bisa angguk-angguk. Mau mengelak gimana dong… memang SEMUA alat kontrasepsi—pria atau wanita sama saja—bisa dipake ena-ena tanpa takut jadi hamil.  Jadi memang ini seperti pisau, mau dipakai ngebegal bisa, mau dipakai motong kangkung juga bisa. Terserah siapa yang pakai. Pria ber-KB terus baik-baik ada, pria ber-KB terus dipake nakal ada. Mbak-mbak KB terus baik-baik ada, mbak-mbak KB terus dipake nakal juga ada.

Nakal atau baik tidak tergantung gender.

Penutup

Saya nggak akan menutup tulisan ini dengan kampanye Keluarga Berencana. Meskipun iya status saya akseptor. Karena, soal KB adalah pilihan yang sangat personal, bahkan khusus vasektomi memang harus dipertimbangkan matang-matang.

Diskusi dulu lah sama orang tua, mertua, istri (kalau poligami berarti: istri-istri). Karena ini sifatnya permanen. Meski ada opsi rekanalisasi, tapi jarang diambil. Selain itu, vasektomi juga biasanya mendapat benturan dari dalil-dalil agama. Mending ajak ngobrol guru ngaji atau orang yang ngerti agama, baru ambil keputusan.

Di sini saya cuma berbagi cerita aja. Mungkin ada yang belum tahu, pengen tahu, atau mungkin ada mas-mas yang penasaran, “Kayaknya seru juga tuh kalau saluran sperma dipotong! Pengen merasakan adrenalinnya, siapa tahu mirip extreme sport! WOW!”

Jadi silahkan saja dipertimbangkan. Kalau saya sih memilih jalan ini, jamaah Mojok ya terserah. Keputusan ada di penis masing-masing.

Terima kasih kawula muda!

Penulis: Hendra Purnama
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Mitos dan Persepsi Salah Penggunaan Alat Kontrasepsi

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version