Sebagai laki-laki, saya pernah membangun relasi hubungan dengan seorang perempuan. Dan selama membangun hubungan, saya ingat betul, beberapa kekasih saya sering menuntut untuk melupakan masa lalu saya dengan mantan. Awalnya saya merespons biasa saja karena menganggapnya sebagai bentuk kasih sayang. Cuman lambat laun, saya menjadi risih. Bagi saya, mustahil melupakan masa lalu dengan mantan.
Kemustahilan untuk melupakan masa lalu dengan mantan, ikut dirasakan oleh kawan saya. Suatu malam dirinya memulai percakapan dengan saya melalui WhatsApp. Dia bercerita bahwa bingung menyikapi pacarnya yang selalu menuntut untuk melupakan masa lalu dengan mantannya. Dia bingung karena tidak mengerti caranya melupakan masa lalu dengan mantan. Sontak saya menjawab, “Mustahil, kawan, melupakan masa lalu dengan mantan itu.”
Sebenarnya, bukan hanya perempuan yang menuntut kekasihnya untuk melupakan masa lalu dengan mantannya. Ternyata, laki-laki juga melakukan hal serupa. Sebagaimana baru-baru ini saya bertemu dengan kawan diskusi saya, dia bercerita kalau sering meminta pasangannya melupakan masa lalu dengan mantannya. Sambil tertawa saya menjawab, “Tidak masuk akal seseorang bisa melupakan masa lalu dengan mantan, kawan.”
Daftar Isi
Otak menyimpan apa pun, termasuk memori bersama mantan
Logikanya begini, sejauh mana seseorang mampu melupakan masa lalunya dengan mantan? Jawabannya, hampir tidak mungkin. Kenapa? Kalau melupakan, berarti sama saja manusia tidak memiliki otak. Sedangkan, Tuhan menciptakan manusia dengan sebuah otak. Dan otak merupakan organ tubuh yang memiliki sistem untuk menyimpan ingatan. Dalam ilmu kedokteran, otak memiliki 86 neuron dan 150 triliun koneksi sinaptik. Tidak mengherankan jika otak menyerupai mesin yang mampu menyimpan berbagai peristiwa.
Apabila seseorang sudah melupakan masa lalu, itu artinya sistem pada otaknya terganggu, sehingga menyebabkan amnesia. Amnesia bisa terjadi akibat sistem limbik mengalami gangguan. Namun, yang harus digaris bawahi adalah sekelas amnesia saja, masih bisa disembuhkan. Artinya, orang yang mengalami amnesia sekalipun, masih bisa mengingat kembali rentetan peristiwa di kehidupannya.
Semuanya penuh dengan kesadaran
Masalahnya, individu saat membangun hubungan, sudah tentu sedang tidak mengalami gangguan amnesia. Mereka menyatakan perasaan, pastinya dalam keadaan sadar secara penuh. Bahkan, selama menjalin hubungan sekalipun, terjadi tanpa kondisi amnesia. Kalau membangun hubungan sambil terkena amnesia, sudah pasti, tidak akan ingat kalau sedang membangun hubungan dengan seseorang.
Jadi, tipu muslihat kalau pasangan kalian mengatakan, “Aku sudah melupakan masa laluku dengan mantan, sayangku.” Sungguh, kebohongan besar!
Terlebih lagi kalau pasangan meminta untuk melupakan masa lalu dengan mantan, berarti sama saja mengajak pada keburukan. Padahal, dengan masa lalu, manusia bisa belajar untuk memperbaiki diri.
Tersadar karena mantan
Saya pernah menuliskan artikel di Ibtimes tentang menghadirkan Tuhan dengan ingatan dari masa lalu. Saya menceritakan bahwa pernah mengalami fase tidak mempercayai keberadaan Tuhan. Hingga suatu ketika saya menyadari bahwa Tuhan ada dengan merefleksikan peristiwa masa lalu yang tidak mampu dijawab secara logika.
Dan dengan mengingat masa lalu juga, saya belajar untuk memperbaiki diri saat menjalin hubungan dengan seorang kekasih. Misalnya saja, saya memperbaiki diri untuk lebih menghargai sosok perempuan.
Sebab, pada masa lalu, saya pernah merendahkan keberadaan perempuan. Akibatnya, saya bersikap seenaknya saja kepada perempuan. Kalau saya mau sesuatu, maka harus dituruti. Kalau tidak dituruti, saya bisa emosi. Namun. dari peristiwa kelam dengan mantan-mantan saya, membuat saya belajar memperbaiki diri dengan belajar banyak isu gender. Hingga akhirnya, saya yang sekarang lebih menghargai sosok perempuan secara humanis dan egaliter.
Peristiwa serupa juga dialami oleh teman bermain saya. Melalui tindakan merefleksikan masa lalu dengan mantannya, teman saya berbenah untuk lebih giat meningkatkan prestasi. Teman saya pada masa lalunya bersama mantannya sering menghabiskan waktu berdua hingga larut malam. Tak ayal dia mengalami krisis nilai saat di sekolah. Akibat dirinya tidak punya waktu untuk membaca dan mengerjakan tugas secara baik.
Menerima keadaan, berdamai dengan diri sendiri
Dengan kata lain, mengingat peristiwa masa lalu dengan mantan adalah senjata untuk mengembangkan diri secara progresif dan transformatif. Andai saja saya tidak mau mengingat masa lalu dengan mantan saya, mungkin sampai detik ini, saya tidak mungkin menyadari arti penting dari kesetaraan. Pun dengan teman saya, apabila tidak mau mengingat masa lalu dengan mantannya, kemungkinan besar dia akan mengalami fase tidak naik kelas.
Jadi, jangan pernah meminta pada pasangan untuk melupakan masa lalu dengan mantan saat menjalin hubungan. Lebih baik memintanya mendamaikan diri dengan masa lalu.
Ingat, mendamaikan diri tujuannya bukan untuk melupakan masa lalu dengan mantan, melainkan lebih pada kesiapan untuk menerima orang baru dalam hidupnya. Dengan begitu, pasangan akan mampu menerima bahwa dirinya memiliki orang baru yang berbeda dengan mantannya. Jadi, tidak selalu menyamakan segalanya dengan mantannya.
Penulis: Akbar Mawlana
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Sapa Mantan: Ada Bayangmu di Tiap Jengkal Aspal di Jogja
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.