Melihat Sisi Lain Jombang yang Nggak Diketahui Orang Banyak, Saya Tulis supaya Nggak Ada Lagi yang Salah Kaprah

Melihat Sisi Lain Jombang yang Nggak Diketahui Orang Banyak, Saya Tulis supaya Nggak Ada Lagi yang Salah Kaprah

Melihat Sisi Lain Jombang yang Nggak Diketahui Orang Banyak, Saya Tulis supaya Nggak Ada Lagi yang Salah Kaprah (unsplash.com)

Sejak merantau kuliah, saya sering mendapat pertanyaan tentang daerah asal saya dari orang-orang sekitar. Mulai dari warga sekitar kos, teman kuliah, hingga orang-orang yang saya temui saat berada di tempat umum. Saya selalu menjawab dengan sederhana tapi percaya diri dan bangga tiap kali mendapat pertanyaan tentang tempat kelahiran. “Saya dari Jombang.”

Rupanya mendengar jawaban tersebut, orang-orang langsung tertuju pada slogan Jombang Kota Santri yang terkenal dengan Pondok Pesantren Tebuireng sekaligus tempat kelahiran Presiden RI ke-4, K.H. Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. “Jombang yang banyak pondok pesantrennya itu, ya?” atau “Dekat dengan makam Gus Dur nggak?” adalah respons yang sering saya terima setelahnya.

Rupanya di pikiran orang-orang, Jombang lekat dengan pondok pesantren dan makam Gus Dur. Padahal kalau boleh jujur, masih banyak hal yang belum diketahui orang soal tanah kelahiran saya ini. Dan saya menulis ini agar orang-orang tahu sisi lain dari kabupaten satu ini biar nggak salah kaprah.

Jombang itu kabupaten, bukan kota

Bagi beberapa orang mungkin nama Jombang kurang begitu terkenal. Apalagi jika dibandingkan dengan Malang dan Surabaya meskipun sama-sama berada di provinsi Jawa Timur.

Oke, saya akan menjelaskannya mulai dari letak geografisnya dulu. Jombang adalah kabupaten yang terletak di tengah-tengah provinsi Jawa Timur. Jaraknya sekitar 80 km dari Surabaya. Ibu kotanya adalah Kecamatan Jombang. Sudah paham, kan, sekarang?

Masalahnya begini, saya kerap menemukan artikel yang menuliskan tentang Jombang, dan menyebut-nyebutnya sebagai kota alih-alih kabupaten. Kesalahan tersebut sering dianggap remeh padahal dampaknya fatal. Orang-orang bisa salah kaprah memahaminya.

Contohnya teman-teman saya yang kerap bertanya hal yang menurut saya nggak perlu dijawab. “Jombang itu kabupaten apa kota, sih?” Saya kira itu adalah pertanyaan menyedihkan yang pernah saya terima tentang Jombang. Nelangsa rasanya lantaran orang-orang masih belum bisa membedakan Jombang itu kabupaten atau kota.

Nggak punya makanan khas  

Hal lain yang nggak kalah menyedihkan dan bikin malu adalah ketika saya mendapat pertanyaan tentang makanan khas Jombang. Jujur saja saya bingung harus menjawab apa tiap kali ada orang yang bertanya mengenai hal ini. Sebab, percaya atau nggak, tanah kelahiran saya ini nggak punya makanan khas.

Makanan khas biasanya berupa makanan tradisional yang diwariskan secara turun-temurun yang menjadi ciri khas suatu daerah. Sebut saja soto, pasti orang-orang langsung ingat dengan Lamongan. Gudeg pasti langsung tertuju pada Jogja. Tahu Tek pasti keinget Surabaya. Pecel, sudah pasti khas Madiun.

Belasan tahun saya tinggal di Jombang, saya yakin kalau kabupaten ini nggak punya makanan khas yang bisa dibanggakan. Beberapa kali mengamati makanan yang dijual di sini kebanyakan memang berasal dari daerah lain. Mau mengakui makanan daerah lain, tapi kok nanti daerah lain nggak terima makanan khasnya diklaim Jombang. Jadi ya sudahlah, mau gimana lagi, memang Jombang nggak punya makanan khas. Ojo mekso!

Minim tempat hiburan

Sebagai makhluk sosial, kita pasti butuh tempat hiburan semacam mall atau tempat wisata untuk sekadar refreshing di kala penat menghadapi kehidupan. Tapi kalau kalian bertanya apakah ada mall di Jombang, tentu saja jawabannya nggak ada. Kalau mau ke mall, biasanya kami harus pergi ke kota tetangga, yakni Mojokerto atau Surabaya.

Meskipun nggak ada mall, warga Jombang masih punya Superindo lantai 2 kebanggaan sebagai tempat belanja, namanya Linggajati Plaza. Pusat perbelanjaan ini lumayan lengkap, tapi ya nggak lengkap-lengkap amat. Bisa dibilang kayak mall, tapi bukan mall. Ya sudah, sebut saja versi mall mini. Selain sebagai pusat perbelanjaan, di Linggajati Plaza juga ada bioskop dan gerai KFC, lho.

Sayangnya, kalau mencari makanan dan minuman kekinian lain seperti McD, Burger King, HokBen, Chatime, Starbucks, dll. kalian nggak akan menemukannya di sini. Kalau pengin banget, ya terpaksa harus pergi ke kota tetangga. Ribet emang!

Selain nggak punya mall, warga Jombang juga nggak punya tempat rekreasi seperti pantai, danau, atau pegunungan. Miris banget, kan? Ada sih tempat wisata, namanya Taman Keplaksari, Kebon Rojo, dan alun-alun. Tapi cuma itu tempat hiburan warga Jombang. Kalau pengin main ke tempat yang lebih cakep sedikit harus rela pergi ke kota tetangga seperti Malang yang tempat hiburannya bejibun.

Begitulah sisi lain Jombang yang nggak diketahui orang banyak. Meski bikin gigit jari, saya tetap bangga dengan tanah kelahiran saya ini. Semoga ke depannya Jombang semakin maju dan memberi rasa bangga bagi warganya.

Penulis: Fitrotin Nisak
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Musim Panen Tebu di Jombang: Dulunya Dinanti, Kini Malah Bikin Makan Hati.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version