Bicara tentang kemiskinan, maka bicara tentang sandang, pangan dan papan. Mengenai sandang, saya rasa manusia di masa kini (termasuk masyarakat Brebes baik yang di kota maupun desa) sudah menggunakan pakaian yang layak. Ya nggak ada bedanya sama yang lain gitu lho.
Masalah pangan, masyarakat Brebes pedalaman (baca: desa) bisa makan dari hasil panen sawah atau kebun mereka. Para petani bisa makan tanpa mengeluarkan biaya, bahkan mereka masih bisa menjual hasil panennya ke pasar. Terakhir, masalah papan. Ya nggak ada masalah juga dengan ini. Ya selayaknya rumah-rumah yang Anda lihat gitu.
Peternak di Brebes
Selain mayoritas petani, banyak juga yang berprofesi sebagai seorang peternak. Kaum peternak pun nggak bisa dibilang sebagai profesi yang biasa. Bahkan, sebagian besar peternakan di tempat saya KKN adalah peternak yang sukses. Memiliki rumah tingkat, mobil dan hewan peliharaan seperti kambing dan sapi yang jumlahnya puluhan.
Yang terakhir, mungkin, masyarakat Brebes tergolong Kabupaten dengan kemiskinan ekstrem (kurang dalam masalah ekonomi), tetapi, di kabupaten ini kalian masih mudah menjumpai warga yang hobi berbagi. Jika hasil panen tiba, banyak warga yang mementingkan untuk sedekah dan berbagi kepada sesama daripada untuk menimbun kekayaan untuk diri sendiri.
Terkadang, kemiskinan versi statistik berbeda dengan realitas. Statistik mengukur dengan indikator yang rigid, sedangkan manusia begitu dinamis. Mungkin Brebes miskin secara angka, tapi tetap bisa bahagia. Macam Jogja lah, termiskin, tapi paling bahagia. Kalau Jogja bisa, kenapa Brebes nggak?
Penulis: Yanuar Abdillah Setiadi
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Orang Brebes Pasti Bisa Bahasa Ngapak? Tentu Tidak!
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.