Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Melihat Kehidupan Masyarakat Miskin Kota Melalui Sitkom Bajaj Bajuri

Ahmad Zulfiyan oleh Ahmad Zulfiyan
27 Mei 2020
A A
bajaj bajuri

Melihat Kehidupan Masyarakat Miskin Kota Melalui Sitkom Bajaj Bajuri

Share on FacebookShare on Twitter

Sejarah mencatat bahwa Indonesia pernah memiliki tayangan yang bisa menjelaskan bagaimana kehidupan masyarakat di pinggiran Ibu kota. Jika ingin memahami kehidupan masyarakat miskin kota di pinggiran Jakarta, kita tak perlu mendaftarkan diri untuk menjadi penduduk setempat. Sitkom “Bajaj Bajuri” bisa menjadi satu dari sekian banyak referensi.

Bagi angkatan 80 sampai 90-an, sitkom “Bajaj Bajuri” terdengar tidak asing. Tayangan yang sempat mengisi sebagian hari-hari generasi ‘tua’ tersebut sempat menjadi tontonan wajib keluarga saya. Hanya saja, dulu ketika saya menonton waktu masih kecil, sitkom yang diperankan oleh Mat Solar dan Rieke Diah Pitaloka itu tak lebih dari sekadar hiburan yang bisa mengocok perut.

Ketika menonton “Bajaj Bajuri” saat masih anak-anak, saya masih apatis. Belakangan, ketika saya menonton lagi sitkom tersebut saat dewasa, saya sadar ada pesan mendalam yang ingin produser sampaikan kepada penonton. Melalui kisah kehidupan Bajuri (Mat Solar) dan Oneng (Rieke Diah Pitaloka) serta tetangga-tetangganya, sitkom “Bajaj Bajuri” ingin menyampaikan sesuatu kepada kita, para penonton.

“Bajaj Bajuri” membantu saya memahami bahwa tak semua orang Jakarta kaya raya. Di pinggiran Ibu kota, Oneng membuka salon kecil-kecilan di dalam rumah, satu tempat dengan ruang tamu dan ruang kelurga. Meski sering tak bisa membeli beras karena tak punya uang, Oneng masih bisa tersenyum. Bahkan, bisa mengadopsi Sholeh dan merekrut Mbak Susi sebagai karyawan di salonnya.

Kondisi suaminya tak lebih baik. Bajuri hanya seorang sopir bajaj dengan penghasilan tak menentu. Kalau dapat banyak penumpang, Bajuri masih harus setoran ke Emak yang punya kuasa penuh terhadap manajemen keluarga mereka. Belum lagi dengan ejekan mandul yang disematkan kepadanya lantaran belum punya anak meski sudah menikah bertahun-tahun.

Melalui relasi Oneng, Bajuri, dan Emak, “Bajaj Bajuri” berusaha memperlihatkan konflik rumah tangga pasangan suami isteri yang masih tinggal serumah dengan mertua. Fenomena ini kerap ditemui di lingkungan miskin yang berisi rumah-rumah kecil di kampung yang hanya terpisah oleh tembok tak kedap suara. Dalam kondisi seperti itu, rahasia yang ada di rumah tak bisa disembunyikan terlalu lama. Urusan rumah tangga bukan lagi sekadar menjadi urusan suami dan isteri saja, namun juga urusan orang tua.

Menariknya, “Bajaj Bajuri” tidak hanya tentang Oneng, Bajuri, atau Emak saja. Pemeran lain punya daya tarik masing-masing. Mereka punya permasalahan yang tak kalah pelik. Misalnya, Ucup dan Said, dua sahabat yang sama-sama pekerja serabutan. Meski sama-sama memiliki keterbatasan, mereka punya mimpi besar: Ucup ingin punya istri cantik dan Said ingin jadi pebisnis sukses-–seperti paman-pamannya yang tersebar di seantero Jakarta.

Selain sering bikin onar, Ucup dan Said punya kebiasaan ngutang di warung Mpok Leha. Meskipun jengah, Mpok Leha tetap membiarkan dua sahabat tersebut menumpuk utang di warungnya karena tahu bahwa mereka bukan orang yang mampu secara finansial. Alih-alih marah, Mpok Leha hanya selesai dengan geleng-geleng kepala. Di sini, potret kemiskinan di pinggiran Jakarta kembali diperlihatkan secara jelas melalui parodi.

Baca Juga:

Memindahkan Ibu Kota dari Semarang ke Bawen Itu Cuma Nambah “Pekerjaan Rumah”

Pengalaman Pertama Saya Naik Bajaj di Solo Lewat Aplikasi Maxride: Menyenangkan!

Gambaran kemiskinan masyarakat pinggiran Jakarta juga diperlihatkan dari ragam pekerjaan yang dimiliki oleh masing-masing pemain: sopir bajaj, tukang salon, penjaga warung, tukang ojek, dan pembantu rumah tangga. Kita tidak bisa menemui pemain “Bajaj Bajuri” yang berprofesi sebagai anggota DPR, staf khusus kepresidenan, atau CEO startup.

Perlu saya akui sitkom “Bajaj Bajuri” adalah salah satu tayangan paling jenius yang pernah saya tonton. “Bajaj Bajuri” berhasil membalik wacana kemiskinan yang sering dieksploitasi melalui kisah-kisah sedih menjadi sebuah lelucon. Bagi saya, “Bajaj Bajuri” memberi gambaran nyata bahwa Jakarta tak melulu tentang gedung tinggi-–seperti anggapan naif kebanyakan orang desa–-tanpa menggiring penonton ke dalam kesedihan.

Kendati demikian, meski “Bajaj Bajuri” tidak menggunakan kesempatan untuk menampilkan tayangan eksploitasi kemiskinan untuk membuat penontonnya sedih, saya tetap bisa bersimpati dengan sosok-sosok seperti Bajuri yang selalu ditentang Emak karena tak punya penghasilan besar atau Ucup yang sering utang gorengan di warung Mpok Leha-–entah dibayar atau tidak.

Para pemain “Bajaj Bajuri” mengingatkan saya kepada sosok Gus Dur. Mereka punya kemiripan, yaitu sama-sama bisa menertawakan diri sendiri. Meski kerap diejek, mereka menanggapinya dengan santai. Kita, sebagai penonton, masih bisa tertawa terbahak-bahak tanpa takut dicap tidak punya perasaan. Pada akhirnya, tertawa karena menonton kehidupan pemain “Bajaj Bajuri” sama artinya dengan menertawakan kehidupan kita yang tak jauh lebih baik.

BACA JUGA Belajar dari Kang Bahar di Preman Pensiun: Preman yang Juga Punya Sisi Humanis dan tulisan Ahmad Zulfiyan lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 26 Mei 2020 oleh

Tags: bajaj bajuriibu kotaKemiskinan
Ahmad Zulfiyan

Ahmad Zulfiyan

Ahmad Zulfiyan adalah pelajar sepanjang hayat. Tertarik pada isu sosial dan pendidikan.

ArtikelTerkait

jajanan yang dulu nggak bisa dibeli

Seperti Dendam, Jajanan yang Dulu Nggak Bisa Dibeli Karena Miskin Juga Harus Dibayar Tuntas

22 Maret 2020
Mengukur Kecerdasan Seseorang kok Dilihat dari Hafal Nama Ibu Kota? Kalian Sehat?

Mengukur Kecerdasan Seseorang kok Dilihat dari Hafal Nama Ibu Kota? Kalian Sehat?

9 April 2024
Bedah Rumah dan Uang Kaget, Atraksi Kemiskinan di Layar Kaca Terminal Mojok

Bedah Rumah dan Uang Kaget, Atraksi Kemiskinan di Layar Kaca

21 Januari 2023
Malang Selevel Jakarta, Sama dengan Bencana (Unsplash)

Bencana yang akan Terjadi jika Malang Dipaksa Menjadi “Selevel” dengan Jakarta

7 Januari 2024
Bangkalan Madura Adalah Pilihan Paling Tidak Rasional untuk Menempuh Pendidikan Tinggi, Bukannya Belajar Malah Jadi Kader Partai UTM

Ironi Bangkalan Madura: Miskin Kotanya, Sejahtera Pejabatnya

20 Maret 2024
6 Hal yang Perlu Disiapkan Warga Kabupaten yang Berencana ke Jakarta Mojok.co

6 Hal Perlu Disiapkan Warga Kabupaten yang Berencana ke Jakarta agar Tidak Kerepotan

2 Desember 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

21 Desember 2025
Apakah Menjadi Atlet Adalah Investasi Terburuk yang Pernah Ada? (Unsplash)

Apakah Menjadi Atlet Adalah Investasi Terburuk dalam Hidup Saya?

27 Desember 2025
4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

25 Desember 2025
Nggak Punya QRIS, Nenek Dituduh Nggak Mau Bayar Roti (Unsplash)

Rasanya Sangat Sedih ketika Nenek Saya Dituduh Nggak Mau Bayar Roti Terkenal karena Nggak Bisa Pakai QRIS

21 Desember 2025
Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

26 Desember 2025
Gak Daftar, Saldo Dipotong, Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life Stres! (Unsplash)

Kaget dan Stres ketika Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life, Padahal Saya Nggak Pernah Mendaftar

21 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.