“Percayalah, nggak semua artis banyak uang,” ujar Melaney Ricardo dalam sebuah gelar wicara bernama “Rumpi”. Saat itu, dia dan Feni Rose, sang tuan rumah acara, sedang dalam obrolan soal banyaknya artis yang melakukan jualan secara live. Menurutnya, artis Indonesia jualan live itu wajar saja. Apalagi duitnya nggak sebesar yang dibayangkan orang-orang, tambahnya.
Reaksi saya atas pernyataan Melaney Ricardo? Tentu nggak percaya karena citra artis Indonesia itu mempunyai pendapatan yang fantastis. Asumsi tersebut terbentuk setelah menyaksikan konten tur properti, kendaraan, dan pamer barang mewah milik para artis ini. Gimana, ya. Semakin mencerna, saya semakin emosi karena kalimat Melaney Ricardo seakan-akan menyinggung kemiskinan saya.
Saya nggak yakin sekelas Nagita Slavina menerapkan “strategi orang miskin” ketika kepepet. Misalnya, menyatukan sabun batangan yang sudah tipis dengan sabun yang baru. Sekelas Baim Wong apa pernah mengalami token listrik di rumahnya berkicau karena habis belum diisi? Apa Aurel Hermansyah mau babymoon ke Kediri, bukan ke Turki?
Daftar Isi
Melaney Ricardo merujuk ke artis Indonesia yang kurang terkenal?
Yah, mungkin, Melaney Ricardo merujuk ke deretan artis Indonesia yang kurang terkenal. Ini rombongan artis yang masih kerja keras merangkak demi popularitas. Sayangnya, yang sedang dia bahas itu spesifik tertuju pada artis-artis yang sedang gandrung jualan live. Lalu, muncul sudah nama-nama artis yang saya sebutkan tadi.
Nah, lewat beberapa hari, baru kepala saya lebih bernalar. Tahu apa saya. Saya nggak pernah benar-benar melihat kehidupan mereka di belakang layar. Bisa jadi semua “indikator ekonomi sulit” yang saya sebutkan tadi sebenar-benarnya memang dialami para artis Indonesia.
Bisa jadi, yang terlihat hanya pencitraan. Sangat mungkin ketika rumah, mobil, hingga tas mewah itu statusnya ngontrak, nyicil, atau pinjam. Kalau yang begini, pendapat Melaney Ricardo menemui kebenarannya.
Buktinya, saat pandemi yang lalu, perekonomian para artis ini goyah persis seperti kita kaum hidup serba pas-pasan. Fondasi keuangan yang nggak kuat memang mudah bermasalah. Misalnya, banyak artis yang tiba-tiba punya saluran YouTube sendiri secara kagetan selama musim pandemi.
Isinya malah mirip-mirip kalau terlalu ekstrem dibilang sama. Konsepnya ala talkshow yang mengundang teman seprofesi untuk wawancara. Nanti yang diundang ini akan gantian mengundang karena sama-sama punya acara yang serupa di saluran YouTube-nya.
Strategi artis Indonesia pas kepepet
Memang terbukti, tayangan artis Indonesia mewawancarai artis lain ini sangat laku. Makin banyak yang menonton, semakin tinggi peluang mendapatkan cuan. Dan, itu semua menjadi sebuah kewajaran.
Makanya nggak heran mereka saling membantu. Artis yang sama bisa menjadi host di acaranya sendiri, tetapi bisa juga menjadi bintang tamu di YouTube temannya. Coba kalau miskin, kamu pasti akan ada rasa nggak tegaan ke orang yang senasib, kan? Nah, ya, begitu itu. Masak gitu aja nggak ngerti.
Pandemi selesai, bukan berarti nggak perlu sampingan lagi. Pesta demokrasi 5 tahunan sebentar lagi. Para artis Indonesia yang kayaknya dirujuk Melaney Ricardo dan nggak banyak uang ini, bisa mencari tambahan.
Bukan, bukan sebagai pengisi acara kampanye. Sudah banyak artis yang mendeklarasikan diri mengikuti kontestasi calon legislatif. Tentunya yang utama niat baik menyampaikan suara masyarakat. Peribahasa mengatakan sambil menyelam minum air. Si artis terbantu perekonomiannya, si warga terwakili. Entah apanya.
Kayaknya Melaney ada benarnya
Sebegitu kerja kerasnya artis Indonesia untuk keluar dari kesulitan. Lihat saja Krisdayanti yang masih menyanyi, bahkan menggelar konser, di tengah-tengah tugasnya sebagai wakil rakyat. Semakin jelas bahwa nggak semua artis banyak uang itu fakta.
Kembali lagi ke topik awal yang menyebabkan seorang Melaney Ricardo mengucapkan kalimat di atas. Respons ini hasil dari banyaknya penjual daring dari kalangan non-artis yang protes. Sebabnya, artis-artis ini sudah punya massa. Sama-sama live, bahkan menjual barang yang sama, tetapi angka penjualan jelas berbeda.
Ibaratnya, lu punya massa, lu lebih terkenal, penjualan lebih maksimal. Ini yang melahirkan rasa ketidakadilan. Ada anggapan ngapain sih artis Indonesia ini sudah banjir pekerjaan dan banyak uang, masih saja mengambil lahan orang. Berkebalikan dengan jelata yang bisa saja jalan mencari nafkahnya hanya itu.
Sama-sama cari makan, apa iya betul tidak adil? Melaney Ricardo sudah mewakili fakta bahwa nggak semua artis itu banyak uang. Siapa coba yang akan bayar cicilan mobilnya? Angsuran rumah? Sama-sama punya utang tidak boleh sirik-sirikan.
Dengan begitu, opini Melaney Ricardo itu bukanlah kebohongan, melainkan valid. Jadi, sebenar-benarnya saya nggak perlu kesal dengan pernyataan beliau dan warga nggak perlu kebakaran dengan maraknya artis berjualan. Justru dia secara tidak langsung terbuka bahwa artis di sini nggak selalu murni seniman sesuai sebutannya yang berasal dari kata “art”.
Kita seharusnya menjadi maklum dan mempersilakan mereka untuk mencari uang di jalur yang sama. Ingat, rezeki itu datangnya bisa dari mana saja, contohnya dari privilese. Nah ini saya lagi nunggu paket hasil belanja daring belum sampai-sampai. Jangan-jangan kurirnya artis yang lagi nyambi.
Penulis: Witianatalatas
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Fakir Miskin dan Anak Terlantar Dipelihara oleh Baim Wong