Masih Jomblo kok Bicara Poligami sih?

poligami, walimah syar'i

Masih Jomblo kok Bicara Poligami sih?

Ada yang unik dan menarik dari status teman saya di Facebook. Dia sebenarnya masih jomblo, tetapi berani memposting tentang poligami. Tentang keutamaannya, kisah orang-orang yang menjalani, dalil-dalil dan lain sebagainya. Pertanyaan selanjutnya yang bisa ditebak akan muncul, lah kamu saja satu belum dapat, kok bicara poligami!

Memang, tidak bisa dimungkiri, bahkan dimungkanan, sebutan jomblo itu lebih sering negatif daripada positif. Identiknya selalu menjurus ke hina begitu. Bahkan, sering pula menjadi sasaran bully. Baik orang awam maupun yang dianggap berilmu agama, tetaplah menjadikan jomblo menjadi sasaran tembak.

Apakah si jomblo itu mau diperlakukan seperti itu? Secara hati nurani, pastilah mereka ingin juga menikah. Mendapatkan pasangan secara halal dan legal. Tanpa khawatir digrebek atau dirazia layaknya pasangan muda-mudi yang tidak punya modal indehoy di hotel murah atau di kost-kostan. Cuih!

Para jomblo, yang laki-laki, merindukan untuk menemukan tulang rusuknya yang hilang. Sementara yang perempuan merindukan tulang punggung yang baru dan sampai ke akhir hayat. Sedangkan para tamu undangan pernikahan mereka nanti juga merindukan tulang sapi yang lezat macam konro.

Nikah Memang Tidak Mudah

Perkara nikah memang sesungguhnya tidaklah gampang. Tidak semudah membalikkan telapak tangan, apalagi telapak kaki.

Modal uang tetap diperlukan, mau nikah dengan uang sendiri atau orang tua semuanya, atau fifty-fifty, menjadi pilihan masing-masing. Meskipun ada sebagian persyaratan untuk menikah dengan modal uang cukup tinggi, contoh: uang panaik di Sulawesi. Namun, sudah begitulah langkah-langkah untuk mendapatkan pasangan yang halal dan legal itu tadi.

Meskipun dalam suasana pandemi corona ini yang notabene sebetulnya untuk menikah itu dipermudah syaratnya, seperti tidak boleh ada keramaian dan hadirin dibatasi ketika akad nikah, tetap masih banyak jomblo yang belum menikah juga. Ketika hal ini saya tanyakan kepada seorang teman yang sudah menikah, dia bilang bahwa tetap ada orang tua yang menghendaki harus ada pesta pernikahan. Makanya, dia menunda menikahkan anaknya. Walah.

Di tengah kesulitan mendapatkan pasangan seperti itu, muncul beberapa jomblo yang langsung tancap gas dari segi impian dan cita-cita. Ibaratnya, ingin meraih cita-cita sampai langit ke empat. Lho, Mas, kok bukan langit ke tujuh? Ya, tidak mungkin ‘kan punya istri sampai tujuh? Makanya dibatasi saja sampai empat. Gitu!

Bully Muncul Lagi

Kalau ada jomblo posting status, share artikel, unggah gambar atau video tentang poligami, maka komentar yang ada memang ke arah kurang positif. Dan memang, mau yang jomblo atau sudah menikah, mengungkapkan poligami di jagat medsos terkesan memancing polemik. Perdebatan. Tentu sambil main perasaan.

Poligami yang diidentikkan dengan tidak adil bagi perempuan atau istri, muncul masalah rumah tangga, awalnya mungkin dulu karena berbau selingkuh, praktek dari para pelaku poligami yang gagal, akhirnya menjustifikasi bahwa setiap poligami itu pastilah tidak akan berhasil.

Kalau ada yang membandingkan, lho, itu poligami Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berhasil dengan sembilan istrinya. Pasti ada yang berkomentar, lho, itu kan nabi. Bagaikan langit tertinggi dengan kerak bumi paling dalam antara beliau dan kamu.

Bahkan sekelas para ustaz, dai, asatizah sekalipun, tidak gampang untuk membahas atau melaksanakan poligami ini. Ingat, membahasnya terbilang tidak gampang. Khawatir istrinya yang hadir di ta’limnya jadi jengkel plus marah, padahal istrinya juga termasuk aktivis dakwah.

Apa karena takut mau berpoligami? Sebenarnya juga tidak boleh begitu, karena mau takut apa? Rezeki sudah dijamin oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Mau istri satu sampai empat sekalipun, pastilah ada rezekinya.

Orientasi Jomblo Membicarakan Poligami

Setiap orang di dunia ini pastilah punya motivasi untuk melakukan apa pun. Bahkan sekadar rebahan saja, motivasinya misalnya untuk merajinkan rasa malasnya sekaligus menaati anjuran pemerintah menghadapi mata rantai corona. Toh, rebahan di kamar sendirian, juga tidak perlu pakai masker, lah, saking taatnya sama anjuran pemerintah.

Ada motivasi atau orientasi ada jomblo yang membicarakan poligami di teman-teman medsosnya:

1. Sarana dakwah

Menurut Ustaz Firanda, ada dua syariat Islam yang sering dicela oleh orang di luar Islam, bahkan sebagian kalangan umat Islam sendiri. Pertama adalah hukum waris, kedua adalah hukum poligami. Hukum waris dikritik karena dianggap tidak adil, masa laki-laki mendapatkan dua bagian lebih banyak daripada perempuan?

Begitu pula dengan poligami. Harusnya satu suami, ya, satu istri, jangan satu suami sampai dua atau maksimal empat istri. Apakah suami itu bisa adil dalam hal cinta? Dalam hal kasih sayang? Rasa-rasanya tidak bagi kalangan yang mengkritik hukum Islam ini.

Ketika ada jomblo menampilkan poligami di medsosnya, dengan disertai berbagai macam pembahasan dari ulama maupun ustaz, sejatinya dia memang sedang berdakwah. Bukankah poligami itu juga bagian dari syariat Islam? Perkara orang menerima atau menolak, itu kembali ke masing-masing. Lha wong share tentang sholat saja, masih ada orang menolak dengan tidak mau sholat kok!

2. Memotivasi orang yang sudah mampu untuk berpoligami

Sebenarnya yang dikhawatirkan orang itu kalau poligami sampai gagal, sampai suami dan istri jadi bercerai. Atau tidak adil terhadap istri-istrinya. Atau kurang materi. Atau bahkan terjadi KDRT.

Namun, jika ada suami yang sudah mampu dari segi materi, agama juga cukup kuat, punya sifat penyayang, penuh rasa cinta dan khawatir terjerumus ke dalam zina, maka boleh-boleh saja melaksanakan poligami.

Kalau ditanya, lho, bukannya nanti akan bermasalah? Ya, itu tergantung juga. Kan monogami saja banyak juga kok yang bercerai, putus di tengah jalan. Cukup banyak juga pelaku poligami yang sudah berhasil dan mendapatkan sakinah, mawaddah, warohmah. Berbahagia di dunia, yah, semoga di akhirat juga sih.

Apalagi di tengah fitnah yang makin menggila ini, banyak perempuan yang butuh naungan. Bukankah mereka juga punya hak seperti perempuan yang sudah menjadi istri? Masa mereka terus menunggu seorang pemuda atau duda untuk menjadikan mereka sebagai pasangan? Iya kalau ada, kalau tidak bagaimana? Mau seumur hidup tanpa pasangan?

3. Sekadar teori pelampiasan

Mungkin jomblo yang posting atau bicara tentang poligami, dia memang mengalami kegalauan yang sangat luar biasa. Hampir semua orang yang mengenalnya maupun tidak, menyerang status jomblonya. Padahal, dia juga ingin menikah seperti orang lain. Punya istri, anak-anak sampai dengan cucu kalau masih memungkinkan.

Apalah daya, dia memang belum bisa. Sudah berusaha maksimal, tetapi memang belum jadi kenyataan. Ada salah satu kalimat yang bisa jadi menyerang nuraninya yang paling dalam. Jodoh sudah diatur Allah. Kalau ada yang masih belum menikah, maka itu tandanya dia susah untuk diatur!

Makanya, dari kegalauan dan kesedihan berkepanjangan tersebut, dia ungkapkan dengan pembahasan seputar poligami. Toh, dia ingin menyerang juga orang-orang yang sebenarnya mampu berpoligami, tetapi belum juga poligami sampai sekarang! Cuma bicara tok, tanpa action yang nyata.

Seakan-akan si jomblo itu ingin mengatakan, jangan bully saya terus dong! Lha kamu aja yang sudah nikah, gak berani nikah lagi! Gak berani tambah lagi.

Ketika jomblo sering bicara poligami, maka dia perlu berhati-hati. Misalnya, waktu dia akan melamar, jika si orang tua perempuan sampai tahu bahwa calon menantunya pendamba poligami, maka tentu akan berpikir-pikir lagi, begitu pula si perempuan.

Namun, perkataan seorang ustaz menjadi kesimpulan dalam tulisan ini. Siapapun yang bilang dan seringkali berkata-kata, baik lisan maupun tulisan, di dunia nyata maupun maya, tentang menikah pertama kali maupun menikah lagi, maka sejatinya dia masih jauh dari kenyataan. Yang sering bicara mau nikah, mau nikah, itu aslinya memang masih jauh, Gaes! Jadi, santai saja gitu.

Hal yang perlu diwaspadai itu adalah seorang laki-laki yang diam-diam, tanpa terlihat membicarakan menikah pertama atau poligami, tetapi tiba-tiba ada undangan pernikahannya. Nah, itu dia yang berhasil membuktikan, tidak cuma teori, tidak cuma omong tok!

BACA JUGA Jangan Sombong, Jangan sok Suci, Kita Hanya Beda Jalan dalam Memilih Dosa dan tulisan Rizky Kurnia Rahman lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version