Di sebuah desa di Boyolali, berdiri peternakan babi yang mampu mendatangkan keuntungan besar bagi pemiliknya. Namun, di balik kesuksesan itu, warga sekitar harus menanggung dampak yang tidak ringan. Bukan sekadar bau, tetapi juga pencemaran lingkungan yang merugikan kualitas hidup mereka.
Ironinya, di kandang babi, kehidupan berjalan damai. Sebaliknya, warga desa harus bergulat dengan keresahan sehari-hari yang seperti tidak ada ujungnya.
Daftar Isi
Pro dan kontra peternakan babi di Boyolali yang tak seimbang
Seperti halnya usaha lain, peternakan babi di Boyolali ini juga memiliki dua sisi. Di satu sisi, para peternak tentu mendapat keuntungan besar dari usaha mereka. Di sisi lain, warga sekitar yang harus hidup berdampingan dengan peternakan ini justru menderita. Bau busuk menjadi teman sehari-hari, belum lagi limbah yang mengalir langsung ke sungai, mengubah airnya dari jernih menjadi kuning kecokelatan.
Yang lebih menyedihkan, solusi yang ditawarkan para peternak hanya bersifat sementara. Bingkisan lebaran setahun sekali mungkin terlihat baik di atas kertas, tetapi tidak menghapus pencemaran yang terjadi sepanjang tahun. Kepala desa, yang seharusnya menjadi penengah dan penyelesai masalah, lebih sering mengambil posisi diam, seolah tidak ingin terlibat.
Pengelolaan yang setengah hati
Sebagian limbah dari peternakan babi di Boyolali ini memang diolah menjadi biogas, dan itu menjadi langkah awal yang baik. Namun, distribusi biogas ini hanya dinikmati segelintir warga. Sebagian besar limbah masih dibuang sembarangan ke sungai. Hasilnya? Sungai yang dulunya menjadi sumber kehidupan bagi warga kini berubah menjadi saluran limbah yang menyebarkan bau busuk ke seluruh penjuru desa.
Masalahnya sebenarnya bukan pada kemampuan finansial. Peternakan ini cukup kaya untuk memperbaiki sistem pengelolaannya. Tetapi, entah mengapa, kemauan untuk berinvestasi pada teknologi pengolahan limbah yang lebih baik justru minim. Seolah-olah, penghematan biaya lebih penting daripada kenyamanan dan kesehatan warga.
Ketika musim hujan jadi masalah
Hujan, yang seharusnya menjadi berkah bagi petani dan warga desa, justru menjadi musibah di daerah ini. Air hujan yang membawa limpasan limbah menyebarkan bau yang lebih parah. Bau busuk itu meresap hingga ke dalam rumah warga, membuat mereka tidak bisa bernapas lega.
Banyak warga yang awalnya mencoba melapor dan mengadu, tetapi setelah bertahun-tahun tanpa hasil, kini mereka hanya bisa pasrah. Sementara itu, peternak tetap tidur nyenyak di rumah mereka, menghitung keuntungan tanpa perlu peduli pada keresahan di sekitarnya.
Harus ada tindakan terhadap peternakan babi di Boyolali agar tidak terjadi konflik
Masalah ini tidak akan selesai jika semua pihak hanya berdiam diri. Ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk menyelesaikannya. Pertama, peternak babi wajib berinvestasi pada pengelolaan limbah yang lebih baik. Penambahan kapasitas penampungan limbah dan pengolahan biogas adalah langkah minimal yang harus dilakukan.
Kedua, sebagai pemimpin, kepala desa harus berani mengambil sikap. Dialog dengan para peternak dan warga harus dilakukan, bukan hanya menjadi penonton yang pasif. Ketiga, warga tidak boleh hanya pasrah. Mereka harus bersuara lebih lantang, baik melalui forum-forum resmi maupun media. Tekanan kolektif sering kali menjadi kunci untuk memaksa perubahan.
Hidup berdampingan yang lebih beradab
Keberadaan peternakan babi di Boyolali ini seharusnya menjadi berkah bagi semua pihak. Namun, jika hanya satu pihak yang menikmati keuntungan sementara pihak lain harus menderita, itu bukanlah hidup berdampingan yang harmonis.
Kita semua memiliki tanggung jawab untuk menjaga lingkungan dan menghormati hak hidup orang lain. Peternak harus lebih peka terhadap dampak sosial dari usaha mereka, sementara warga perlu lebih berani menyuarakan keluhan mereka. Karena, sejujurnya, manusia mestinya lebih bijaksana daripada sekadar mencari untung.
Penulis: Rahul Diva Laksana Putra
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Boyolali Utara, Bagian Boyolali yang Sama Sekali Nggak Mirip Boyolali, Malah Mirip Sragen
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.a