Mas Leon Alvinda Putra, Plis Jangan Sampai Jadi Artis Jalur Aktivis

Mas Leon Alvinda Putra, Plis Jangan Jadi Artis Jalur Aktivis terminal mojok

BEM UI lagi ramai-ramai apa, nih? Kok bisa lewat linimasa Twitter saya terus, yak. Awalnya saya coba untuk acuh tak acuh saja, lantaran belakangan ini di Twitter saya lebih mencari hiburan ketimbang yang ramai-ramai. Namun, karena terus lewat di linimasa saya, akhirnya saya melihat sebuah cuitan yang reply sebuah cuitan. Oalah, ternyata cuitan kritik dari akun BEM UI. 

Kurang lebih—saya singkat dan padatkan—BEM UI membuat meme yang mengkritik Yang Mulia Presiden Joko Widodo dan menyebut blio sebagai “King of Lip Service” dengan sederet data dan fakta yang dicantumkan. Woahhh, keren juga, jadi nggak asal bacot saja tapi dengan referensi dan riset terlebih dahulu. Betul itu, kalau kritik alangkah baiknya memang begitu.

Kok ramai? Sebab diramaikan oleh anggota (((civil society watch))) seperti Ade Armando atau Deny Siregar. Oalah, itu cuitannya pada isinya hinaan saja, belum lagi (((pengikut))) mereka yang menghantam BEM UI dengan ucapan “baik dan bersahaja”. Oh iya, yang jadi ramai adalah presiden BEM UI karena semua ucapan “baik dan bersahaja” itu dialamatkan kepadanya. Kalau nggak salah namanya Leon Alvinda Putra.

Misal ditanya saya pro ke mana? Jelas, sih, saya mengamini apa yang disampaikan oleh BEM UI. Wong sesuai fakta, jelas ada sumber-sumbernya, dan yang utama sudah teruji di lapangan alias memang begitu kenyataannya. Lucunya lagi, yang tidak suka ke BEM UI bukannya balas pakai data malah dengan ucapan yang nggak enak. Aduh aduh aduh, padahal katanya pengajar? Yang satu bawa-bawa mental, tapi dibalas sama orang lain yang kenyataannya juga sangat wadidaw. Ckckck.

Bagus sih Leon Alvinda Putra, mantap pokoknya. Saya mah sepakat apa yang kisanak lakukan, saya mahasiswa juga soalnya walaupun sudah semester akhir begini. Cuma pesan saya, jangan jadi artis jalur aktivis, ya? Weh weh weh, karak nulis geus julid bae ari sia. Santaikeun atuh, ini kan juga pendapat pribadi. Tenang saja, saya nggak akan ngehina. Peace and love ya, jangan marah dulu kalau ada yang baca.

Saya bukannya nggak percaya ke Mas (cieee, aku manggil Mas) Leon Alvinda Putra yang sungguh amat kritik beserta timnya di BEM. Nggak begitu. Saya mah percaya banget, buktinya kritik dan perlawanan tetap dikobarkan, dukungan massa juga banyak ke kisanak sekalian. Apakah saya termasuk? Bisa dibilang begitu sih ya walaupun nggak seratus persen amat.

Saya bilang artis jalur aktivis karena melihat pola yang sama, nih. Kalau dalam ilmu sejarah, sih, peristiwa itu dapat terulang dengan pola yang sama tetapi dalam waktu berbeda. Nah, kejadian ramai-ramai ini tuh mirip polanya sama yang sebelum-sebelumnya. Beberapa tahun terakhir ini sedang tren seperti ini, bukan? Ada isu panas, lalu digelar, dan akhirnya memicu reaksi baik itu di masyarakat atau pemerintah, lalu pihak yang bersangkutan menjadi tersorot. Bagus sebenarnya, ada influence yang terjadi jika dikenal banyak massa.

Seperti beberapa tahun sebelumnya, banyak ketua dari BEM berbagai kampus menjadi terkenal. Cuma ya gitu, deh. Setelah selesai satu isu (bahkan malah belum selesai kali, wong Indonesia masih gini-gini saja), malah nggak nampak lagi itu bau-bau perjuangan. Jangankan bau, ampasnya saja nggak adaaa.

Sudah dapat follower bejibun, minimal bisa swipe up story, mulai-mulai postingan berganti endorse. Berganti feed berbayar. Postingan yang awalnya berisi perjuangan, protes kepada kebijakan yang nggak baik pelan-pelan tergantikan dengan produk-produk yang berbayar. Perjuangan juga sih memang, tapi lebih perjuangan untuk memenuhi duit doang anjir. Bangsat, jadi pragmatis. Oh tak sampai situ, jadi BA (Brand Ambasador) e-commerce dengan slogan perjuangan~

Apakah saya bisa dibilang iri? Hmmm, terserah Anda mau bilang gitu. Tapi, ya, tapi kenyataan seperti di atas ada, loh. Saya nggak bohong, ada yang memanfaatkan ketenarannya untuk itu. Tapi mantan ketua BEM yang masih tetap kritis juga ada, saya nggak pukul rata, kok, tenang saja. Makanya, saya bilang semoga Ketua BEM UI yang belakangan lagi ramai jangan sampai lupa, deh. Jangan sampai terlena. Suara dan dukungan rakyat bukan sekadar engagement media sosial, Kanda.

Sumber Gambar: Tribunnews.com

BACA JUGA Kuliah Baru Seumur Jagung tapi Udah Mau Nyicil Skripsi Itu Ngapain? dan artikel Nasrulloh Alif Suherman lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version