Kalau berbicara musik pop melayu di Indonesia, memori kita rasanya dibawa mundur kurang lebih sepuluh tahun ke belakang, tepatnya medio 2008-2011. Di tahun-tahun itu, industri musik populer di Indonesia rasa-rasanya dikuasai oleh band-band pop melayu. Mulai dari band yang memang dari awalnya adalah band pop melayu, hingga band yang latah mengubah haluan musiknya genre ini. Musik pop melayu seakan menggeser tren band-band “indie” yang mulai turun dan mengubah secara drastis musik populer di Indonesia, yang tadinya didominasi oleh band-band pop-rock.
Salah satu band yang menjadi pentolan gelombang pop melayu adalah ST 12. Band yang terbentuk pada tahun 2004 ini seakan menjadi pembuka gerbang bagi band-band pop melayu, setelah abum pertamanya yang berjudul Jalan Terbaik rilis pada September 2005 dan cukup sukses di pasaran. Ya meskipun di album pertama ini ST 12 masih belum terlalu mendayu-dayu musiknya, masih kental rocknya. Namun, bibit-bibit alunan musik melayu dengan cengkok khas dari Charly van Houten, sang vokalis, sudah mulai terlihat setidaknya dari dua lagu mereka, yaitu “Rasa yang Tertinggal” dan “Aku Masih Sayang”.
ST 12 bisa dibilang mencapai puncak kejayaannya ketika album “P.U.S.P.A” dirilis pada tahun 2008. Lagu berjudul “P.U.S.P.A” dan “Cari Pacar Lagi” menjadi hits mereka di album ini. Di tahun-tahun itu, hampir setiap hari kita bisa melihat ST 12 mondar-mandir di televisi dari acara satu ke acara lainnya. Belum lagi video klip dua lagu mereka ini juga diputar berkali-kali, dari acara musik satu ke acara musik lainnya. Bisa dibilang, ST 12 adalah rajanya musik pop melayu saat itu. Banyak band-band yang bermunculan mencoba meniru apa yang dilakukan oleh ST 12, entah itu dari segi musikal, atau dari segi penampilan. Beruntungnya, mereka yang meniru tidak ada yang bertahan lama. Sementara ST 12 tetap saja eksis.
Namun, ST 12 juga tidak lepas dari prahara. Pada akhir 2011 hingga awal 2012, ST 12 mengalami perpecahan, yaitu dengan keluarnya Charly van Houten, sang vokalis yang nyentrik dengan rambut belah tengah, jaket Rollink, dan stik drum itu. Keluarnya Charly juga disusul oleh Pepeng, sang gitaris, yang pada akhirnya mereka membentuk Setia Band. Setia Band ternyata lebih laku dari ST 12 yang sekarang digawangi oleh Pepep, sang drummer lama, dan beberapa personel baru lainnya. Setia Band pun masih sering mondar-mandir di TV atau d panggung-panggung lain. Sementara ST 12 yang baru, entah apa kabar mereka.
Kembali ke musik pop melayu dan ST 12 yang lama, band ini bisa dibilang adalah band yang pertama kali disebut ketika membicarakan soal musik pop melayu Indonesia. Gaya bermusiknya yang masih mempertahankan esensi rock dan riff-riff berat pun menjadikan ST 12 lebih berciri dari band-band pop melayu lainnya. Pasalnya, band lain sekadar mendayu dan cengkok suara yang berantakan tidak karuan.
Ya, meskipun ST 12 juga mendayu-dayu, tetapi Charly, Pepeng, dan Pepep seakan tahu bagaimana meramu formula agar musik mereka tidak terlihat dan terdengar murahan. Itu yang tidak dilakukan band-band pop melayu lain, yang hanya bermodal nada yang mendayu-dayu, cengkok yang berceceran tidak karuan, dan lirik picisan.
Maka tidak heran kalau ST 12 (lalu Setia Band) dianggap banyak orang sebagai band pop melayu Indonesia terbaik hingga saat ini. Mulai dari musiknya yang tetap berkualitas meskipun unsur mendayu-dayunya masih ada, serta lirik-liriknya yang sederhana tetapi tidak murahan.
Mungkin ada yang berpendapat bahwa band lain seperti Wali Band atau Kangen Band adalah band pop melayu Indoensia terbaik, tetapi pendapat ini sangat mudah dibantah. Wali Band terlalu segmented dengan tema islami mereka. Sementara Kangen Band secara kemampuan bermusik masih di bawah ST 12. Jadi, harusnya kita sudah bisa sepakat bahwa ST 12 adalah band pop melayu terbaik yang dimiliki Indonesia saat ini.
Oh iya, saya dulu pernah terobsesi menjadi Charly van Houten dengan rambut belah tengahnya. Ketika SMP, saya juga pernah punya band cover ST 12, dan saya menjadi vokalis di band itu. Beruntungnya, band itu hanya bertahan satu tahun, dan saya akhirnya sadar dan bertobat, kembali ke jalur musik saya yang dulu. Namun, ST 12 tetap menjadi band pop melayu terbaik dan kita harusnya sepakat akan hal itu.
BACA JUGA Nonton Konser Musik Metal Tanpa Berdiri dan Moshing? Ya Jelas Aneh, Lah! dan tulisan Iqbal AR lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.