Ada begitu banyak film olahraga di luar sana. Mulai dari yang bergenre serius seperti Trilogy Goal, anime dan Captain Tsubasa, hingga yang bergenre komedi seperti Space Jam dan Shaolin Soccer. Terutama sekali Captain Tsubasa dinobatkan sebagai salah satu kisah paling inspiratif yang telah menginspirasi para pesepakbola kelas dunia seperti Fernando Torres, Andres Iniesta sampai Zinedine Zidane. Saya pun pernah membuat ulasannya mengapa seharusnya kita belajar dari Captain Tsubasa agar sepakbola Indonesia dapat maju.
Namun, menurut saya, film olahraga terbaik sepanjang masa bukanlah Captain Tsubasa, melainkan Rocky. Kalian harus menonton keseluruhan kisahnya sampai pada seri terakhirnya, Creed II (2018). Inilah alasannya:
Cerita yang luar biasa
Rocky adalah sebuah film drama olahraga Amerika Serikat tahun 1976 yang dibintangi oleh Sylvester Stallone. Film ini diawali oleh sebuah mimpi dari seseorang bernama Rocky Balboa, petinju amatir keturunan Italia-Amerika yang bekerja sebagai penagih utang di Philadelphia. Film ini bahkan dibuat sampai tujuh sekuel.
Perasaan yang dialami oleh seluruh orang yang telah menonton Rocky sejak pertama kali kemunculannya tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Dari seorang petinju amatir, sampai menjadi juara dunia tinju Apollo Creed (yang merupakan representasi dari Muhammad Ali), bagaimana ia bangkit ketika pelatih tinjunya, Mickey Goldmill wafat karena serangan jantung sehingga ia kehilangan gelar juaranya, bagaimana ia bangkit setelah rival sekaligus sahabatnya Apollo Creed gugur di atas ring tinju setelah kalah dari petinju Rusia Ivan Drago, dan bagaimana ketika ia jatuh miskin setelah ditipu sehingga seluruh harta bendanya disita pengadilan adalah sebuah cerita yang luar biasa!
Belum lagi kisah percintaannya dengan istrinya Adriana hingga ia memiliki seorang anak laki-laki darinya, dan bagaimana kemudian di sekuel yang berjudul Creed, Rocky harus kembali ke dunia tinju dengan melatih anak dari sahabat sekaligus rivalnya Apollo Creed, yakni Adonis Creed yang harus mengulang pertarungan penuh dendam melawan anak dari Ivan Drago, Viktor Drago.
Cerita yang begitu menginspirasi
Kesuksesan dari franchise Rocky sehingga dibuat dalam tujuh sekuel saya pikir terletak dari penggambaran dunia tinju yang sangat realistis. Ceritanya, dan terutama endingnya, begitu menggembirakan, membuat filmnya begitu bisa ditonton ulang tanpa rasa bosan sedikit pun. Ini adalah kisah yang terus menginspirasi orang selama bertahun-tahun yang akan datang, saya jamin.
Ketika semua adegan tinju di atas ring yang dari tahun ke tahun semakin baik dengan semakin berkembangnya teknologi dalam dunia perfilman, seluruh adegan latihan Rocky sangat-sangat menginspirasi dan begitu penting. Bagaimana dia bangun pada pukul empat pagi, memasak beberapa butir telur sebagai sarapan, dan mulai jogging sebelum memulai latihan tinju di siang harinya.
Bahkan di Rocky II (1979), adegan terbaik dalam latihan ditampilkan dengan begitu indah, ketika Rocky jogging di kota Philadelphia, dan seluruh warga Philadelphia menyapanya dan menyemangatinya, dan dibuat secara klimaks ketika ratusan anak-anak yang melihatnya ikut berlari di belakangnya. Sebuah adegan yang indah, yang saya pikir, tidak dimiliki oleh film-film di zaman sekarang.
Apalagi ketika adegan tersebut, disuguhi oleh musik yang sangat indah yang dibawakan oleh Bill Conti berjudul “Gonna Fly Now”, yang secara otomatis akan memicu kalian semua untuk berolahraga. Saya bahkan menggunakan lagu ini sebagai salah satu lagu penyemangat ketika saya berolahraga di gym atau ketika lari, dan merasa seperti Rocky ketika mendengarkannya! And, if this song doesn’t inspire you to workout, nothing will!
Saya tegaskan, Rocky adalah film yang benar-benar tahu bagaimana caranya untuk membangkitkan semangat siapapun yang menontonnya. Ada begitu banyak momen hebat dari sarapan telur hingga adegan ikonik ketika Rocky menaiki tangga ketika mencapai garis akhir ketika ia mengakhiri joggingnya.
Kisah cinta yang luar biasa
Mereka yang menonton untuk pertama kalinya mungkin akan kaget betapa film ini berfokus pada kisah cinta Rocky dan Adriana daripada tinjunya. Romantika mereka begitu kaku tapi sangat manis dan mengharukan. Ketika akhirnya mereka menikah, dan kemudian memiliki anak adalah kemenangan bagi penonton di samping ketika Rocky mengalahkan lawan-lawannya di atas ring.
Ketika petinju kelas dunia identik dengan dikelilingi gadis-gadis cantik dari kalangan selebriti, Rocky tetap setia pada Adriana. Ketika Adriana koma saat melahirkan anaknya, Rocky tetap setia di sampingnya. Ketika dia memiliki segalanya karena prestasinya di dunia tinju, Rocky membelikan Adriana baju yang bagus, perhiasan, mobil, hingga rumah. Rocky tidak lupa bahwa ia mencapai semuanya berkat dukungan Adriana sejak awal hingga di puncak karirnya.
Bahkan ketika Adriana wafat, Rocky tetap mengunjungi makam Adriana secara rutin sambil mengobrol di depan nisannya. Sebuah inspirasi bagi kita semua akan artinya kesetiaan bukan?
Alur yang repetitif tapi menarik
Seluruh film Rocky, dari yang pertama hingga sekuelnya yang terakhir adalah formula yang repetitif. Yakni muncul seorang lawan yang kuat, lalu Rocky kalah, dan berlatih dengan keras sehingga bisa mengalahkan lawannya di atas ring. Namun, dengan formula yang repetitif tersebut justru menjadikan Rocky sebagai film olahraga yang begitu menginspirasi. Sebab, tidak ada tugas lain yang harus dilakukan oleh seorang atlet selain latihan, latihan, dan latihan!
Selain itu, yang menjadikan Rocky adalah sebaik-baiknya film olahraga terbaik adalah ceritanya yang begitu sederhana dibandingkan film serupa yang terlalu mendramatisir keadaan dengan adegan slow motion tidak perlu, adegan flashback di kala pertandingan dengan menurunkan kualitas cerita. Inilah poin utama mengapa film ini adalah film olahraga terbaik sepanjang masa, karena begitu menginspirasi orang lintas zaman. Rocky Balboa, namamu abadi!
BACA JUGA Dunia Didominasi Golongan Darah O, dan Ini Menyebalkan dan tulisan Raden Muhammad Wisnu lainnya.