Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Malioboro Masa Kini Adalah Wujud Kebiasaan Kota Jogja yang Mengabaikan Keberadaan Rakyat Kecil

Muhammad Kiki Aditia Anyarta oleh Muhammad Kiki Aditia Anyarta
8 Februari 2024
A A
Malioboro Jogja, Jalan Kerajaan yang Kini Jadi Jalan Milik Siapa Saja Mojok.co overtourism

Malioboro Jogja, Jalan Kerajaan yang Kini Jadi Jalan Milik Siapa Saja (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Banyak orang bilang, berwisata ke Yogyakarta kurang lengkap rasanya kalau tidak mengunjungi Malioboro Jogja. Jalan sepanjang 2 km itu merupakan salah satu destinasi wisata yang paling banyak dikunjungi. Banyak hal bisa dinikmati di sana, mulai dari bangunan lawas, pusat perbelanjaan, kuliner, hingga wisata sejarah dan budaya. 

Di balik hiruk-pikuk Malioboro Jogja sekarang ini, ada sejarah panjang yang membuat Malioboro begitu mengesankan. Sejak zaman dahulu, jalan ini memang bukan jalan sembarangan. Malioboro Jogja jadi legendaris bukan tanpa alasan.  

Asal-usul Malioboro Jogja

Saya membaca berbagai sumber yang menyebutkan Malioboro dibangun bersamaan dengan dibangunnya Kraton Jogja. Setelah Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755, Kerajaan Mataram Islam terpecah menjadi Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Beberapa bulan setelah perjanjian itu, Sultan Hamengkubuwono I memerintahkan dibangun Jalan Malioboro.

Beberapa sumber menyebut, penamaan Malioboro berasal dari kata Malyabhara dalam bahasa Sansekerta berarti karangan bunga. Sumber lain menjelaskan, Malioboro merupakan nama Kolonel Inggris bernama Malborough yang pernah tinggal di Jogja pada 1811-1816. 

Saat awal dibangun, Malioboro berfungsi sebagai jalan kerajaan, yaitu jalan utama sebagai pintu masuk ke Kraton Jogja untuk menyambut tamu undangan dan tamu negara. Seiring berjalannya waktu, jalan ini kian terkenal ketika Benteng Vredeburg dibangun pada 1790. Selain itu, pemerintahan Belanda juga membangun Dutch Club atau Societeit Der Vereneging Djokdjakarta (1822), The Dutch Governor’s Residence (1830), Javasche Bank, dan Kantor Pos. Gedung-gedung itu didirikan di kawasan Malioboro. 

Maliboro Jogja berkembang pesat pada abad ke-19. Jalan yang tidak begitu panjang itu menjadi pusat perekonomian dan perdagangan berkat kerjasama pemerintah Hindia-Belanda dan pedagang Tionghoa. Kehadiran Stasiun Tugu Jogja memperkuat keberadaan jalan ini sebagai pusat Jogja.  

Pada abad ke-20 Malioboro Jogja menjadi banyak saksi bisu perjuangan bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan dari penjajahan Belanda. Pada 1 Maret 1949 pecah perang di kawasan Malioboro yang dikenal dikenal dengan Serangan Umum 1 Maret. Melalui pertempuran selama enam jam, pasukan tanah air berhasil memukul mundur bangsa Belanda dari Itulah sekilas sejarah jalan Malioboro yang panjang. Seterusnya mari lanjutkan menikmati berwisata di Malioboro.

Wisata Malioboro

Seiring berjalannya waktu, Malioboro menjadi kawasan wisata yang lengkap. Apa saja yang kalian cari di jalan ini ada. Ingin wisata sejarah? Banyak sekali yang bisa dikunjungi, salah satunya Museum Benteng Vredeburg. Museum yang menyimpan berbagai koleksi sejarah Indonesia selama perjuangan dalam pertempuran 1 Maret 1949. Apabila ingin mengunjungi Benteng Vredeburg maka wisatawan hanya perlu merogoh kocek sebesar Rp3.000 untuk tiket masuknya.

Baca Juga:

Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

Ingin belanja? Kalian bisa mengunjungi Pasar Beringharjo yang merupakan pusat oleh-oleh dan penjualan pakaian batik di Malioboro yang harganya relatif murah. Bisa juga datangi Teras Malioboro yang merupakan miniatur dari Pasar Beringharjo. 

Ingin wisata santai sambil menikmati suasana Malioboro? Banyak warung kopi sepanjang jalan itu. Bisa juga menelusuri kawasan ini dengan andong yang tersedia di sekitaran Jalan Malioboro. Harga dibandrol sekitar Rp100.000 hingga Rp250.000 tergantung jarak yang ingin ditempuh. 

Kalau ingin menikmati Malioboro tanpa mengeluarkan uang sepeserpun, wisatawan bisa juga mengunjungi Titik Nol Kilometer Jogja. Di sini wisatawan dapat berfoto dan menikmati suasana Malioboro, saya sarankan datang di malam hari agar lebih syahdu.

Jalan yang bikin pening

Saya menyadari, keberadaan Malioboro Jogja sebagai pusat wisata bak pisau bermata dua. Di satu sisi menjadi sumber ekonomi. Di sisi lain menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan seperti kemacetan, kawasan tidak tertata, dan masih banyak lagi. Persoalan-persoalan itu menuntut solusi yang adil mengingat banyak orang menggantungkan nasib di jalan. 

Masih ingat betapa alotnya penataan pedagang kaki lima Malioboro? Sebelum mereka rela dipindah ke Teras Malioboro Jogja, kebijakan itu mendapat kritik tajam dari pedagang kaki lima setempat. Pemerintah dinilai hanya mengutamakan kepentingan pedagang-pedagang besar dan mengabaikan pedagang kaki lima (PKL). Apalagi setelah dipindahkan, banyak PKL mengaku omsetnya menurun drastis.

Selain itu, masih ingat parkir di Malioboro? Sebelum parkir terpusat di kantong-kantong parkir, kendaraan bisa bebas parkir di pinggir Jalan Malioboro. Upaya ini memang memang sedikit mengurai kemacetan yang kerap terjadi di jalan ini. Namun, keputusan ini juga menuai protes keras dari para juru parkir di sana. Dan masih ada beberapa keputusan lain yang dianggap tidak adil dan mengutamakan kelompok tertentu saja.

Saya menyadari, persoalan-persoalan itu adalah konsekuensi sebagai kawasan wisata. Namun, menurut saya, bukan berarti solusi atas persoakan itu kemudian tidak mempertimbangkan orang kecil yang mengadu nasib di sana. Apalagi ke depan, bukan tidak mungkin ada masalah lain yang timbul kalau kawasan ini tidak dikelola dengan serius. Permasalahan yang nggak kalah membuat pusing. Sebagai warga Jogja saya hanya ingin yang terbaik untuk jalan ini. Saya harap pemerintah setempat mengelolanya baik dan adil agar jalan legendaris ini bisa menjadi milik siapa saja.

Penulis: Muhammad Kiki Aditia Anyarta
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA 5 Hal yang Tidak Ditemukan di Malioboro Jogja. Baca Ini Sebelum Berkunjung!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 16 Februari 2024 oleh

Tags: jalanJogjakratonMalioboromalioboro jogjapilihan redaksiwisata jogja
Muhammad Kiki Aditia Anyarta

Muhammad Kiki Aditia Anyarta

ArtikelTerkait

Gunungkidul Handayani, Jalan Rusak (Tetap) Abadi wisata jeglongan sewu

Gunungkidul Handayani, Jalan Rusak (Tetap) Abadi

11 Agustus 2022
Nas Daily Dikecam Adalah Kabar Baik, Saatnya Kita Menuntut Etika dari para Influencer! terminal mojok.co

Nas Daily Dikecam Adalah Kabar Baik, Saatnya Kita Menuntut Etika dari para Influencer!

9 Agustus 2021
iPusnas Justru Bikin Saya Malas Baca karena Antrean Peminjamnya sampai Ribuan!

iPusnas Justru Bikin Saya Malas Baca Buku karena Antrean Peminjamnya sampai Ribuan!

20 November 2023
20 Rekomendasi Wisata Jogja yang Harus Segera Kamu Kunjungi (Pexels)

20 Rekomendasi Wisata Jogja yang Harus Segera Kamu Kunjungi Sebelum 2025 Berakhir

29 Maret 2025
Ringroad Barat Jogja Sirkuit Pengendara yang Tidak Punya Empati (Unsplash)

Ringroad Barat Jogja, Ketika Malam Jadi Sirkuit Para Pengendara Motor yang Tidak Punya Empati

18 Maret 2025
Sekolah Tumbuh: Meluruskan Miskonsepsi Sekolah Inklusi, Menumbuhkan Harapan

Sekolah Tumbuh: Meluruskan Miskonsepsi Sekolah Inklusi, Menumbuhkan Harapan

12 Juni 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka Mojok.co

Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka

1 Desember 2025
Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

1 Desember 2025
Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

2 Desember 2025
Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang Mojok.co

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang

5 Desember 2025
Malang Nyaman untuk Hidup tapi Bikin Sesak Buat Bertahan Hidup (Unsplash)

Ironi Pembangunan Kota Malang: Sukses Meniru Jakarta dalam Transportasi, tapi Gagal Menghindari Banjir

5 Desember 2025
Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lagu Sendu dari Tanah Minang: Hancurnya Jalan Lembah Anai dan Jembatan Kembar Menjadi Kehilangan Besar bagi Masyarakat Sumatera Barat
  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.