Berkaca dari PON 2024, saya pesimis pake banget program makan siang gratis nanti tidak dikorupsi. Susah, susah untuk percaya
Kalau kalian diberi anggaran sebesar 50 ribu untuk beli makan dan 18 ribu untuk beli snack, apa yang kalian dapat? Untuk makanan dengan anggaran 50 ribu, mungkin kalian sudah bisa dapat nasi, lauk lengkap isi ayam, daging, atau bahkan ikan, sayuran, plus dengan minumannya. Untuk snack dengan anggaran 18 ribu, kalian bisa dapat 1-2 bungkus roti merek ternama atau protein bar, plus dengan sekotak/sebotol susu 250 ml. Idealnya seperti itu.
Namun itu tidak terjadi di ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) 2024 di Aceh-Sumut kemarin. Pada ajang PON 2024, peribahasa “ada harga ada kualitas” nyatanya tidak terbukti, khususnya untuk urusan makanan. Makanan yang disediakan panitia PON 2024, baik untuk atlet maupun untuk panitia, nyatanya jadi polemik tersendiri, sekaligus membuat masyarakat menaruh curiga adanya korupsi di pengadaannya.
Bayangkan saja, anggaran 50 ribu untuk seporsi makanan dan 18 ribu untuk snack, dengan total anggaran sebesar 42,5 miliar ini wujudnya aneh sekali. Untuk makanan yang anggarannya 50 ribu misalnya, mereka hanya dapat sekotak nasi, sayur yang pucat, sepotong ayam serundeng kecil, sepotong ikan, dua potong tempe kecil. Untuk snack malah lebih miris. Mereka bahkan dapat sepotong roti dan santan instan merek Kara. Iya, santan, bukan susu.
Iya, bener, santan. Ngapain atlet minum santan?
Daftar Isi
Khas pemerintah
Yang bikin lebih parah lagi, urusan makanan ini juga sering tidak tepat waktu. Banyak keluhan dari atlet yang mengatakan bahwa konsumsi makanan ini sering sekali terlambat diantar. Ada juga yang mengeluh bahwa makanannya basi. Bayangkan betapa mirisnya. Sudah porsi makanannya sedikit, kualitas makanannya meragukan, sering telat diantar pula. Ngawurnya sudah sundul langit ini.
Respons pemerintah? Ya standar. Menpora Dito Ariotedjo malah bikin “pertunjukan” jelek dengan makan nasi kotak untuk atlet waktu sidak di depan para wartawan. Dito juga bilang bahwa urusan makanan ini akan jadi catatan dan evaluasi. Klasik. Pihak penyelenggara juga bilang bahwa mereka meminta maaf atas apa yang terjadi dan akan segera memperbaiki. Khas pemerintah. Basi!
Kalau makanan PON saja begini, apakah kita yakin nanti program makan siang gratis tidak dikorupsi?
Apa yang terjadi di PON 2024 terkait makanan atlet dan panitia ini bikin kita punya prasangka buruk. Prasangka buruk pertama adalah adanya dugaan korupsi pengadaan konsumsi PON. Ya gimana nggak, anggaran makanan 50 ribu tapi dapatnya malah kayak makanan kemarin lusa itu gimana, coba? Anggaran snack 18 ribu tapi dapatnya santan itu kurang goblok apa? Kalau nggak dikorupsi, kayaknya hal-hal kayak gini nggak akan kejadian.
Prasangka buruk kedua adalah terkait program makan siang gratis Presiden-Wapres terpilih 2024-2029 Prabowo-Gibran. Berkaca dari makanan yang ada PON 2024, yang skalanya lebih kecil, berapa persen kemungkinannya program makan siang gratis ini nggak dikorupsi? Seyakin apa kita kalau program ini nggak “dimaling” sama para bandit?
Kita tahu sendiri, bahwa program makan siang gratis ini jadi program andalan Prabowo-Gibran sepanjang kampanye Pilpres kemarin. Sayang, program ini tidak pernah dibahas, dibuka, dan didiskusikan secara publik oleh pihak Prabowo-Gibran soal gimana jalannya program ini, anggarannya dari mana dan berapa besar, siapa saja yang dapat, dsb dsb.
Direncanakan jauh-jauh hari
Beberapa kali pihak Prabowo-Gibran diminta untuk berdiskusi membahas program-programnya ketika masa kampanye nggak ada yang disambut dengan baik. Mereka mbideg saja, menyiratkan bahwa mereka nggak tahu soal apa yang diomongkan, dan apa yang direncanakan. Akhirnya, yang muncul setelahnya tidak lebih dari omong kosong yang mencla-mencle.
Mulai dari nama yang berganti dari “makan siang gratis” ke “makan bergizi gratis untuk anak-anak”, anggarannya mau pakai dana BOS yang langsung ditolak mentah-mentah oleh banyak pihak, siapa saja yang dapat makan gratis, lalu soal ketidakjelasan menu yang akan disajikan, hingga rencana anggaran yang mencla-mencle mulai dari 15 ribu per porsi lalu turun ke 7.500 per porsi, dengan total anggaran 71 triliun rupiah.
Coba lihat, kepingan-kepingan suram abu-abu yang melingkupi program makan siang gratis ini jelas bikin mata calon koruptor berbinar hijau. Mulai dari perencanaan program yang nggak transparan dan nggak jelas juntrungannya, ditambah lagi biaya anggaran yang besar, bikin calon koruptor kita sudah merencanakan jauh-jauh hari berapa yang akan mereka embat.
Sekali lagi berkaca dari PON 2024, juga berkaca dari deretan kasus korupsi yang pernah ada, saya sih ragu bahwa program makan siang gratis ini akan benar-benar bersih. Maaf, tapi itulah kenyataannya. Program ini terlalu terbuka potensi korupsinya, dan besar sekali kemungkinannya akan dikorupsi.
Koruptor Indonesia itu nalarnya mati dan raja tega, makan gratis bisa saja dikorupsi
Kalau masih ada yang bilang bahwa koruptor itu punya hati, mending suruh orang itu lompat ke empang atau meludahi jidatnya sendiri. Koruptor itu nggak punya hati. Koruptor di Indonesia itu raja tega. Mereka nggak peduli dengan kerugian yang muncul, nggak peduli dengan penderitaan yang ada karena ulahnya.
Semua dikorupsi, nggak pilih kasih. Mulai dari korupsi E-KTP, pembangunan sarana-prasarana, korupsi dana pensiun, hingga yang paling parah korupsi bantuan sosial covid-19 dan korupsi pengadaan Al-Qur’an. Bayangkan, sekrusial bantuan sosial covid-19 dan sesuci pengadaan kitab suci Al-Qur’an saja dikorupsi, kok. Apalagi ini makan siang gratis, ya enteng saja mereka ngembat-nya.
Terkesan pesimis? Ya, memang. Saya sudah berhenti optimis dengan pemerintah kita, baik yang sekarang atau nanti. Udah nggak ketolong (atau nggak mau ditolong?). Makanya, berdasarkan ukuran pesimisme saya yang juga berkaca dari kasus makanan di PON 2024, nasib program makan siang gratis ini cuma dua: nggak jalan sama sekali, atau tetap jalan tapi berantakan, lalu dikorupsi, lalu beberapa waktu setelahnya (agak lama) koruptornya tertangkap, tapi cuma dihukum ringan, seperti yang sudah-sudah. Suram.
Penulis: Iqbal AR
Editor: Rizky Prasetya