Baca tulisan Mbak Reni Soengkunie tentang bacaan semasa kecilnya yaitu majalah Femina, kok, tiba-tiba saya jadi throwback ke masa SD. Saya duduk di kelas 2 SD pada 2005. Di masa-masa itulah saya mulai tertarik dengan bacaan majalah. Ketertarikan ini bermula dari rasa penasaran terhadap majalah yang ditenteng teman-teman saya saat jam istirahat waktu itu. Satu orang keluar dari koperasi membawa majalah. Disusul dengan beberapa orang lainnya yang juga membawa majalah serupa. Saya pun lantas penasaran.
Akhirnya, setelah mengikuti rasa keingintahuan saya, saya bisa melihat jika majalah-majalah dan bau kertas baru itu berasal dari Kopsis. Di sana ada beberapa anggota Kopsis yang merupakan wali murid. Dua di antaranya saya sangat familiar yang ternyata adalah ibu teman saya. Melihat saya keheranan dengan antusias teman-teman membeli majalah baru, Bu Kis yang waktu itu jadi pembina Kopsis menghampiri saya. Beliaulah orang pertama yang memperkenalkan saya pada sebuah majalah edukasi yaitu majalah Kuark.
Sejak pertama melihat majalah Kuark, saya tertegun. Saya merasa jatuh cinta dengan aroma kertas pada buku baru. Belum lagi sampulnya yang glossy terasa halus di tangan saya membuat saya berpikir bahwa majalah itu adalah majalah prestise bagi anak SD seusia saya. Bagian cover saat itu menunjukkan ikon Kuark, seekor lebah mengenakan jas laboratorium dan seorang anak laki-laki yang kebingungan melihat es batu meleleh dan kapur barus yang menyublim.
“Mari Mengenal Perubahan Wujud Benda”
Begitulah judul majalah Kuark pertama yang saya baca. Kok, benda bisa berubah wujud? Bagaimana bisa? Karena semakin terdorong rasa penasaran, saya mulai membuka halaman pertama majalah Kuark.
#1 Majalah berisi komik yang berwarna-warni
Saat membuka halaman awal majalah Kuark, mata saya disambut dengan gambar komik yang berwarna-warni. Bisa dibilang, komik Kuark adalah komik anak-anak full colour dengan gradasi dan kontras warna yang sangat cemerlang. Tak ada tinta yang terlalu tipis atau tercampur dengan buruk antara satu gambar dengan gambar lain. Benar-benar komposisi warna yang pas dan menarik bagi anak kelas 2 SD seperti saya waktu itu.
Lantaran bacaan yang sangat berwarna, saya terus membuka setiap halaman dari majalah Kuark. Sampai di halaman akhir, saya sama sekali tak melihat ada kekurangan pencampuran warna tinta cetak dari gambar komik majalah tersebut. Sempurna dan sangat cantik!
#2 Bahasa yang digunakan cukup mudah dipahami
Komik-komik berwarna itu terdiri dari beberapa tokoh anak-anak dan beberapa tokoh orang dewasa. Percakapan di dalamnya yang terbilang saintis dibawakan dengan alur dialog yang runtut serta bahasa yang ringan yaitu bahasa sehari-hari. Jika ada istilah sains yang muncul, editor akan membubuhkan footnote di bagian bawah halaman. Sehingga anak-anak bisa memahami maksud percakapan antar tokoh komik secara langsung.
#3 Ilustrasi fenomena sains diambil dari fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari
Seperti judul majalah yang saya baca yaitu tentang perubahan wujud benda, Kuark memberikan ilustrasi yang tidak asing bagi anak-anak. Bahkan beberapa fenomena pada majalah Kuark level selanjutnya pernah saya alami dalam kehidupan sehari-hari saya. Kuark lagi-lagi berhasil menjawab rasa penasaran saya tentang fenomena sains yang tak bisa saya pahami melalui buku pelajaran IPA.
Penjelasan tokoh utama komik yaitu Kuark yang berupa seekor lebah sangat detail, tapi tidak rumit. Percakapan antar tokoh pun selalu digambarkan dalam latar yang sering dijumpai anak-anak dalam kehidupan sehari-hari, rumah dan sekolah misalnya.
#4 Terdiri dari beberapa level
Kuark terdiri dari beberapa edisi berdasarkan level kognitif sains tertentu. Kuark level 1 berisi materi sains kelas 1-2, level 2 berisi materi sains kelas 3-4, dan level 3 berisi materi sains kelas 5-6. Sejak tertarik dengan majalah Kuark level 1 yang saya baca pada kelas 2 SD, ia berhasil membangun rasa penasaran saya lainnya terhadap fenomena sains lainnya.
Lantaran rasa penasaran itu, saya bahkan rela menyisihkan sebagian uang saku yang tidak terlalu banyak waktu itu untuk membeli majalah Kuark. Harus bisa dapat semua edisi Kuark! Batin saya penuh ambisi waktu itu.
Akhirnya, karena merasa banyak memahami tentang proses sebab akibat sebuah fenomena sains dari majalah Kuark, ketika pelajaran sains pun saya jadi tidak terlalu kesulitan dengan penjelasan guru. Di situlah saya dengan sangat yakin bercita-cita menjadi seorang dokter. Keputusan impulsif untuk masa depan yang panjang. Meski pada akhirnya keyakinan saya salah, bukannya jadi dokter, sekarang saya jadi guru.
Eh, tapi serius, karena baca majalah Kuark akhirnya saya bisa tahu bagaimana cara untuk memotivasi diri agar punya cita-cita. Bahkan karena majalah ini juga pada masa-masa sekolah selanjutnya, saya jadi doyan baca.
Sumber Gambar: YouTube RuangKelasKu
BACA JUGA Bobo, Majalah Literasi buat Anak yang Pertama Saya Kenal atau tulisan Ade Vika Nanda Yuniwan lainnya.