Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus

Wahai Maba Jurusan Psikologi, Berhenti Menganggap Kuliah Ini Akan Menyembuhkan Gangguan Kesehatan Mentalmu

Arief Rahman Nur Fadhilah oleh Arief Rahman Nur Fadhilah
2 Agustus 2025
A A
Jangan Ambil Jurusan Psikologi kalau Belum Siap Menghadapi Realitas Ini Mojok.co

Jangan Ambil Jurusan Psikologi kalau Belum Siap Menghadapi Realitas Ini (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Tujuh tahun lalu, ketika saya masih menjadi mahasiswa baru, narasi kuliah di jurusan psikologi dapat menyembuhkan luka batin atau bahkan gangguan kesehatan mental sangatlah populer. Setidaknya satu dari lima teman seangkatan saya kala itu mengatakan alasannya memilih jurusan psikologi adalah untuk “rawat jalan”. Menjadikan perkuliahan sebagai proses penyembuhan pribadi. 

Pertanyaannya, apakah benar kuliah di jurusan psikologi dapat menyembuhkan gangguan mental mahasiswanya? Setelah berhasil menamatkan gelar sarjana psikologi, saya dapat dengan yakin mengatakan bahwa klaim tersebut hanya mitos. Setidaknya ada beberapa alasan kenapa saya bisa sampai pada kesimpulan tersebut.

Kuliah di jurusan psikologi itu juga bikin stres

Pertama, harus dipahami bahwa gangguan kesehatan mental paling sering dipicu oleh stres berlebihan. Masalahnya, kuliah psikologi sendiri dapat menjadi sumber stres yang luar biasa hebat bagi sebagian mahasiswa. Wujudnya bisa menjelma menjadi berbagai macam bentuk, mulai dari tuntutan akademik yang terlalu tinggi, teman yang tidak bisa diajak kerjasama saat mengerjakan tugas, hingga dosen yang sering sulit ditemui saat ingin bimbingan skripsi.

Alih-alih menjadi tempat pemulihan, perkuliahan justru berpotensi memperparah kondisi mental mahasiswanya yang sejak awal sudah rapuh. Mereka yang berharap mendapatkan ketenangan saat kuliah justru merasa semakin kewalahan karena berbagai macam tuntutan: memahami ratusan teori psikologi, praktik konseling yang menguras emosi, serta tugas observasi yang tidak sedikit. 

Dalam praktik konseling misalnya, mahasiswa dituntut untuk mampu berempati secara mendalam kepada orang lain. Proses belajar berempati ini bukan perkara ringan, sangat menguras energi dan pikiran. Ketika semua tekanan itu datang bersamaan, rasanya tidak berlebihan kalau perkuliahan ini ibarat garam yang menambah perih luka yang belum sembuh.

Kuliah di jurusan psikologi nggak lantas kebal

Kedua, memiliki pemahaman terkait gangguan kesehatan mental tidak akan otomatis menjadikan kita kebal. Kuliah itu tentang belajar suatu bidang ilmu. Dalam konteks penanganan gangguan kesehatan mental, kuliah di jurusan psikologi paling jauh hanya sebatas meningkatkan awareness tentang berbagai jenis gangguan psikologis, pemicu, gejala, dan cara penanganannya.

Menyembuhkan diri dari gangguan kesehatan mental jelas bukanlah hasil dari sekadar mempelajari teori, melainkan merupakan sebuah keputusan untuk berkomitmen. Caranya dengan memantapkan niat, hati, dan pikiran untuk benar-benar berproses. Termasuk mencari bantuan profesional saat dibutuhkan dan siap menghadapi tantangan untuk merubah diri. 

Poin ini sangat penting untuk dipahami karena sebagai mahasiswa psikologi, kita disiapkan sebagai profesional yang mampu memahami serta membantu orang lain. Sebelum melakukan hal tersebut, kita wajib mampu memahami dan membantu diri sendiri terlebih dahulu. Ibaratnya sebelum menolong orang tenggelam, kita harus bisa berenang. Sehingga ketika ada seorang mahasiswa yang masuk ke jurusan psikologi dengan tujuan rawat jalan, tugasnya akan dua kali lipat lebih berat ketika dia belum selesai dengan dirinya sendiri.

Baca Juga:

Jangan Ambil Jurusan Psikologi kalau Belum Siap Menghadapi Realitas Ini

3 Penderitaan Mahasiswa Jurusan Psikologi yang Jarang Diungkapkan

Salah paham yang tak sengaja dipelihara

Celakanya, miskonsepsi bahwa kuliah psikologi dapat menyembuhkan gangguan mental mahasiswanya ternyata masih exist sampai sekarang. Bermunculan di media sosial lewat konten video pendek berisi euforia mahasiswa baru menyambut kehidupan kampus. Sekilas terlihat wajar dan cenderung menyenangkan dilihat, tapi kalau terus dibiarkan, ini bisa menyesatkan dan berdampak serius.

Dampaknya tidak bisa dianggap sepele. Mahasiswa menjadi enggan mencari bantuan profesional karena merasa “harusnya bisa sembuh sendiri” lewat kuliah. Mereka menaruh harapan besar bahwa dengan belajar psikologi, semua luka akan sembuh, kegelisahan perlahan hilang, dan semua akan indah pada waktunya. Padahal sama sekali tidak ada jaminan kalau proses perkuliahan akan mewujudkan ekspektasi tersebut. Ketika harapan itu tidak kunjung terwujud, kekecewaan pun muncul karena realitas berkata sebaliknya. 

Syukur-syukur kalau pada titik ini mereka sadar bahwa kuliah bukanlah obatnya. Mereka mungkin akhirnya mencari bantuan profesional dan mulai berproses dengan metode yang lebih terarah. Tapi bagaimana jadinya kalau tidak kunjung sadar? Bisa jadi ujung-ujungnya malah menyalahkan diri sendiri. Merasa gagal sebagai mahasiswa psikologi dan merasa bodoh karena tidak bisa mengatasi masalahnya padahal sudah setiap hari belajar tentang manusia dan perilakunya

Buang jauh pikiran itu

Sedihnya, beberapa mahasiswa mungkin sudah telanjur mengintegrasikan identitas sebagai “mahasiswa psikologi” sebagai bagian dari jati diri mereka. Sehingga ketika tertampar realita bahwa perkuliahan tidak mampu memenuhi kebutuhan yang mereka harapkan, tidak cuma rasa kecewa yang muncul, tetapi juga krisis identitas. 

Intinya, buat para mahasiswa baru jurusan psikologi, segera buang jauh-jauh harapan kuliah ini bisa menyembuhkan luka batin atau gangguan kesehatan mental kalian. Kalau memang sejak awal merasa ada yang tidak beres, selagi masih bisa, segeralah cari bantuan.

Penulis: Arief Rahman Nur Fadhilah
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Lulusan Jurusan Psikologi Itu Nggak Spesial: Lapangan Pekerjaan yang Linier Sedikit, Gajinya Juga Kecil

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 2 Agustus 2025 oleh

Tags: Gangguan Mentaljurusan psikologi
Arief Rahman Nur Fadhilah

Arief Rahman Nur Fadhilah

Sedang menempuh S2 Psikologi Unair sembari merantau di Medan. Penikmat sunyi yang diam-diam takut ditinggal sendiri

ArtikelTerkait

perfeksionis

Mari Memahami Tersiksanya Para Perfeksionis

14 Mei 2019
3 Penderitaan Mahasiswa Jurusan Psikologi yang Jarang Diungkapkan

3 Penderitaan Mahasiswa Jurusan Psikologi yang Jarang Diungkapkan

14 Mei 2024

Jurusan Psikologi, Jurusan Kuliah Paling Banyak Diminati

6 Juni 2023
Jangan Ambil Jurusan Psikologi kalau Belum Siap Menghadapi Realitas Ini Mojok.co

Jangan Ambil Jurusan Psikologi kalau Belum Siap Menghadapi Realitas Ini

9 April 2025
Cerita Penyintas Gangguan Mental yang Dapat Stigma Negatif di Masyarakat terminal mojok.co

Cerita Penyintas Gangguan Mental yang Dapat Stigma Negatif di Masyarakat

19 November 2020
Seon-a dan Dong Seok (Akun Instagram TvN)

Our Blues dan Isu Gangguan Mental pada Ibu Rumah Tangga

17 Mei 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

2 Desember 2025
Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

30 November 2025
Pengajar Curhat Oversharing ke Murid Itu Bikin Muak (Unsplash)

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

30 November 2025
Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka Mojok.co

Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka

1 Desember 2025
Ketika Warga Sleman Dihantui Jalan Rusak dan Trotoar Berbahaya (Unsplash)

Boleh Saja Menata Ulang Pedestrian, tapi Pemerintah Sleman Jangan Lupakan Jalan Rusak dan Trotoar Tidak Layak yang Membahayakan Warganya

3 Desember 2025
Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.