Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Lungsuran: Cara Kurangi Sampah Pakaian yang Mulai Dilupakan

Maria Kristi oleh Maria Kristi
5 Desember 2020
A A
Lungsuran: Cara Kurangi Sampah Pakaian yang Mulai Dilupakan terminal mojok.co

Lungsuran: Cara Kurangi Sampah Pakaian yang Mulai Dilupakan terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Ketika sedang membereskan lemari baju anak-anak, saya menemukan banyak pakaian bayi bekas anak saya yang sudah tidak bisa terpakai lagi. Ada yang memang karena sudah molor akibat teknik mencuci dan menyetrika yang salah. Ada pula yang masih bagus, tapi sudah terlalu kecil. Namanya juga bayi, tumbuhnya cepat.

Pakaian-pakaian bayi yang masih bagus-bagus ini membuat saya dilema. Dibuang sayang sebab masih bagus, tidak dibuang kok menuh-menuhin lemari. Sementara saya dan suami sudah tidak berencana menambah jumlah anak lagi.

Mau diberikan ke orang lain, kok, sungkan. Aneh rasanya memberikan barang bekas pakai pada orang lain meskipun keluarga sendiri. Sekalipun barang tersebut masih sangat bagus, tetap saja merupakan barang bekas pakai. Salah-salah malah dikira menghina, ngenyek kalau bahasa Jawanya.

Mungkin perasaan sungkan tersebut timbul karena makin ke sini harga pakaian (baru) semakin murah saja. Daripada memberikan pakaian bekas kita, lebih mudah membelikan yang baru saja. Lebih nyaman di hati dan… toh, harganya murah.

Permasalahan pakaian murah ini memiliki sebutannya sendiri: fast fashion. Istilah ini mengacu pada koleksi busana murah mengikuti tren merek-merek mentereng yang diproduksi dalam waktu cepat. Sampai-sampai tren fashion di Indonesia yang hanya punya dua musim pun mengikuti negara-negara empat musim. Ada koleksi musim panas, musim semi, dan musim gugur segala, tapi tidak ada pakaian koleksi musim hujan (kecuali jas hujan).

Menurut McKinsey, murahnya pakaian-pakaian fast fashion membuat terjadinya peningkatan jumlah konsumsi rata-rata busana sebanyak 60% setiap tahunnya. Hal yang sangat mudah ditebak: murah dan ngetren, mengapa tidak ikut membelinya?

Sayangnya, harga pakaian yang murah membuat orang tidak sayang untuk membuang pakaian yang sudah tidak sesuai mode. Lalu ke mana perginya pakaian-pakaian lama yang tidak dipakai lagi? Ya, betul: ke tempat sampah.

Diperkirakan rerata jumlah sampah fashion per orang per tahun mencapai 7 kilogram. Sebanyak 85 persen di antaranya dibuang begitu saja ke tempat pembuangan akhir. Dengan 7,8 miliar penduduk di bumi, tentu saja itu bukan jumlah (sampah) yang sedikit.

Baca Juga:

Derita Penjahit Kebanjiran Pesanan Menjelang Lebaran hingga Nggak Punya Waktu Libur

Derita Jadi Penjahit, Sepi Pesanan hingga Bau Pakaian yang Menyengat

Jika digabungkan, semuanya menjadi masalah besar bagi bumi kita, sebab industri tekstil sendiri merupakan penyumbang limbah terbesar kedua di dunia setelah industri minyak bumi dan gas. Sudah produksinya menghasilkan banyak limbah, produk akhirnya pun jadi sampah dalam waktu kurang dari satu tahun. Sungguh merugikan.

Sebenarnya kita memiliki kebijakan lokal yang dapat membantu mengurangi masalah sampah tersebut, tapi sekarang mulai ditinggalkan. Orang tua saya menyebutnya: lungsuran. Mungkin kebijakan ini tidak hanya milik orang Jawa. Pasti ia memiliki sebutan yang berbeda di tempat lain.

Lungsuran adalah benda bekas pakai, kebanyakan berupa pakaian, yang diberikan ke orang lain, sering kali ke saudara sendiri. Misal kakak beradik sama-sama perempuan, maka ketika pakaian kakak sudah tidak muat tapi masih sangat layak untuk dikenakan, orang tuanya akan melungsurkan pakaian tersebut ke adik dari anak tersebut.

Saya ingat waktu kecil dulu pernah memperoleh beberapa pakaian bekas sepupu. Dari pakaian-pakaian yang dilungsurkan pada saya tersebut ada satu yang sangat saya ingat: terusan balon. Terusan tersebut berwarna putih dengan gambar bunga besar-besar. Yang membuatnya istimewa adalah roknya yang menggembung besar seperti balon. Rok balon sebutannya.

Pertama kali memakai terusan tersebut, saya ribut minta pada ibu agar roknya yang gendut tersebut dikempeskan. Alasannya mengganggu saat main. Akhirnya rok balon tersebut disetrika oleh ibu saya agar kempes. Eh, setelah kempes saya malah berubah pikiran dan minta agar rok tersebut dikembangkan kembali. Tentu saja tidak bisa.Ibu saya sampai pusing mendengar rengekan saya yang minta agar rok balon tersebut dikembangkan kembali.

Nah, seandainya kita semua masih mampu untuk menerima barang bekas dari keluarga kita tanpa merasa diremehkan, maka kita dapat mengurangi masalah sampah fashion dunia ini. Bukan hanya memberi, tapi juga menerima lungsuran, dan (mungkin) separuh dari masalah sampah (fashion) dunia bisa dibereskan.

Yah, walaupun masih selalu ada opsi untuk menyumbangkan pakaian bekas layak pakai ke panti asuhan, menjualnya sebagai preloved, dan belanja pakaian di thrift shop, sih. Saya rasa semuanya ini merupakan alternatif dari “lungsuran” yang tidak akan mencederai perasaan orang yang menerimanya.

BACA JUGA Alasan Kita Sebaiknya Memberikan Rating dan Review Produk Saat Belanja Online dan tulisan Maria Kristi lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 4 Desember 2020 oleh

Tags: lungsuranpakaian
Maria Kristi

Maria Kristi

Ibu tiga orang anak. Pecinta kopi tapi harus pakai gula yang banyak.

ArtikelTerkait

Kimono vs Yukata, Pakaian Tradisional Jepang yang Tampak Serupa tapi Kenyataannya Berbeda terminal mojok

Kimono dan Yukata, Pakaian Tradisional Jepang yang Tampak Serupa tapi Kenyataannya Berbeda

7 Mei 2021
Mengungkap Kepribadian Seseorang dari Caranya Mengambil Pakaian di Lemari

Mengungkap Kepribadian Seseorang dari Caranya Mengambil Pakaian di Lemari

30 Maret 2020
Rekomendasi Sarung Berdasarkan Spesifikasi Role dalam Game MOBA

Wow! Motif Sarung Ternyata Bisa Menggambarkan Usia Seseorang

10 Juni 2020
kemeja batik

Pemakaian Batik yang Selalu Dihubungkan dengan Pergi Kondangan Itu Menyebalkan

29 Agustus 2019
Derita Penjahit Kebanjiran Order Menjelang Lebaran hingga Nggak Punya Waktu Libur Mojok.co

Derita Penjahit Kebanjiran Pesanan Menjelang Lebaran hingga Nggak Punya Waktu Libur

31 Maret 2024
3 Tips Thrifting Pakaian supaya Nggak Kena Tipu

3 Tips Thrifting Pakaian supaya Nggak Kena Tipu

17 April 2022
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Betapa Merananya Warga Gresik Melihat Truk Kontainer Lalu Lalang Masuk Jalanan Perkotaan

Gresik Utara, Tempat Orang-orang Bermental Baja dan Skill Berkendara di Atas Rata-rata, sebab Tiap Hari Harus Lawan Truk Segede Optimus!

30 November 2025
Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

2 Desember 2025
Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang (Unsplash)

Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang dengan Pesona yang Membuat Saya Betah

4 Desember 2025
Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

29 November 2025
Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

1 Desember 2025
Brakseng, Wisata Hidden Gem di Kota Batu yang Menawarkan Ketenangan

Brakseng, Wisata Hidden Gem di Kota Batu yang Menawarkan Ketenangan

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana
  • Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.