“Mohon maaf, syarat agama ini wajib, Kak,” kira-kira seperti itu tanggapan yang diterima kawan saya saat melamar kerja. Kontan blio uring-uringan sambil mengucapkan sumpah serapah yang variatif. Saya memaklumi kemarahan blio yang merasa direndahkan perkara agama.
Kawan perantau ini memandang agama tidak memengaruhi kinerja seseorang, kecuali saat menjalankan ibadah, dan itu pun bisa ditoleransikan. Usut punya usut, syarat agama tadi dipandang demi rezeki pembuka lowongan tadi. Harapannya dengan agama yang homogen, rezeki yang diterima semakin lancar. Tentu kawan saya makin misuh-misuh sampai harus saya bungkam mulutnya.
Cukup sulit untuk menerima kenyataan ini, terutama karena berhubungan dengan kepercayaan. Meskipun terdengar tidak logis, tapi harapan lancar rezeki dengan mengharap doa para pegawai bisa diterima. Toh kita hidup di lingkungan yang masih kuat kultur metafisikanya.
Akan tetapi, kemarahan kawan saya ini bisa dipahami. Daripada memerkarakan agama calon pegawai, ada banyak hal tidak penting dan tidak masuk akal lainnya yang bisa dijadikan syarat. Tentu dengan logika yang serupa dengan syarat agama tadi. Sama-sama ra mashok secara logika, tapi kalau dipikir-pikir ada benarnya juga, lho.
#1 Weton, shio, dan perbintangan
Kalau perkara agama tadi demi urusan rezeki, maka ilmu astrologi dan weton juga sama pentingnya. Bicara weton, ada weton yang membuat si empunya gampang tertipu dan gampang kehilangan. Ada juga weton yang katanya membuat orang susah berdagang. Nah, bukankah sebaiknya lowongan kerja mencantumkan syarat weton agar terhindar dari marabahaya perklenikan ini?
Shio dan perbintangan juga sama saja. Apalagi ramalan bintang selalu update setiap minggu. Sekalian saja dibuat sistem shifting menurut ramalan bintang. Harapannya agar yang masuk kerja sedang dalam naungan positif ramalan bintang. Kan ini bisa meningkatkan rezeki tempat usaha juga~
#2 Gambar garis tangan
Hampir mirip dengan syarat sebelumnya, tapi ini lebih personal. Konon, garis tangan juga memengaruhi nasib seseorang, termasuk rezeki. Bukankah ini juga penting untuk memastikan rezeki tempat usaha selalu mengalir? Apalagi garis tangan juga bisa menentukan kecocokan seseorang dalam bekerja. Misalnya tidak cocok kerja di air, untuk apa kerja jadi penjaga isi ulang galon? Hayo benar, kan?
Anda tidak perlu repot-repot mencari bantuan HRD untuk wawancara calon pegawai. Cukup undang ahli garis tangan untuk mengecek garis tangan calon pegawai. Tidak sampai 10 menit, interview kerja sudah selesai. Hemat waktu, kan? Lagi pula bisa memastikan aliran rezeki lancar bersama pegawai dengan garis tangan tepat.
#3 Golongan darah
Golongan darah juga disebut-sebut menentukan karakter seseorang, salah satunya minat dalam sebuah pekerjaan. Sudah pasti urusan golongan darah ini sama pentingnya dengan agama. Jika ingin rezeki tempat usaha lancar, tentu saja karakter sesuai golongan darah ikut mendukung mimpi tersebut.
Seperti urusan garis tangan, tempat usaha juga tidak perlu jasa HRD untuk menentukan golongan darah yang tepat. Cukup bermodalkan buku-buku komik golongan darah dan akun yang sifatnya pseudoscience itu. Jika perlu, buat semua pegawai punya golongan darah yang sama. Bukankah selain menjamin rezeki, bisa menjadi bank darah juga?
#4 Klub bola favorit
Meskipun saya tidak bisa menikmati sepak bola, tapi saya melihat pentingnya klub bola favorit dalam dunia kerja. Tentu kita memahami kecenderungan antara mood dengan kinerja akan berbanding lurus. Dengan mood yang baik, maka kinerja saat bekerja juga akan baik. Begitu pula sebaliknya. Lantas, apa hubungannya klub bola favorit dengan syarat di lowongan kerja?
Tentu tempat usaha menginginkan pekerja yang selalu dalam kinerja terbaiknya. Bos mana sih yang ingin melihat pekerjanya nglokro dan badmood saat bekerja? Oleh karena itu perlu dipastikan bahwa klub bola kesayangan calon pegawai bukan klub ampas yang sering kalah.
Jika tiap malam sang pegawai melihat klub bolanya kalah, bisa bikin mood dan motivasi kerja keesokan harinya jadi acak-acakan. Apalagi jika klub kesayangannya adalah klub mepet-mepet zona degradasi. Si pegawai bakalan tidak produktif dan membuat rezeki seret.
Sebenarnya masih banyak faktor “tidak penting” yang bisa dimasukkan dalam syarat lowongan kerja, tapi yaudahlah ya. Kita juga harus maklum dengan keputusan pemilik usaha untuk mencantumkan agama sebagai syarat. Siapa tahu sebuah usaha akan lebih menguntungkan ketika dikerjakan oleh pegawai yang memenuhi syarat tidak penting daripada kompetensi~
BACA JUGA Makanan Murah sebagai Tolok Ukur Kesejahteraan Daerah Itu Anehnya Paripurna dan tulisan Prabu Yudianto lainnya.