Sejak memutuskan untuk mengurangi koleksi buku fisik dan mulai membaca buku secara digital, di sanalah saya mulai berkenalan dan menjalin hubungan mesra dengan iPusnas. iPusnas adalah aplikasi perpustakaan digital milik Negara Indonesia yang diciptakan oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Lebih gampangnya, ia adalah sebuah aplikasi yang memuat ribuan jumlah koleksi buku dari berbagai genre—baik terbitan lokal atau terjemahan—yang diarsip dalam bentuk digital dan bisa dibaca secara gratis, kapanpun dan di mana pun.
Namanya saja sudah perpustakaan, tentu saja di sana terdapat sistem pinjam-meminjam. Tiap-tiap pinjaman juga memiliki batas durasi dan tentu saja kalau sudah habis masanya, buku tersebut harus dikembalikan. Kalaupun nggak dikembalikan sama si peminjam, nanti ia bakalan kembali sendiri secara otomatis kok, jadi nggak bakal ada drama buku hilang dan dibawa kabur sama si peminjam, wkwk.
Setelah hampir selama tiga tahun saling mengenal dan menjalin hubungan dengan iPusnas, saya bisa dengan yakin bilang kalau saya jatuh cinta sekaligus sebel dan benci sama aplikasi ini. Ya, namanya juga sedang dalam suatu hubungan, bisa sayang dan kesal di waktu bersamaan. Untuk menghindari berbagai drama yang mungkin nanti akan muncul, saya memutuskan untuk menjelaskan sejelas-jelasnya apa saja uneg-uneg yang saya alami bersama aplikasi ini.
LOVE:
#1 Variasi bukunya banyak
Sebagai arsip buku-buku digital resmi milik Negara Indonesia, koleksi buku-buku di iPusnas termasuk yang paling lengkap di bandingkan teman-teman sebangsanya. Selain koleksinya yang bervariasi, jumlah stok masing-masing bukunya juga lebih banyak, berkisar antara 10-30 stok. Apalagi kalau buku-buku tersebut banyak peminatnya sehingga jumlah antreannya bisa puluhan ribu, biasanya sama tim iPusnas bakalan terus ditambah, meski seringnya diam-diam aja sih.
#2 Durasi pinjaman selama 5 hari
Durasi pinjaman buku di iPusnas yang 5 hari tentu saja menambah kelebihan dari aplikasi ini. Kalau tebal bukunya sekitar 500-an halaman, kan lumayan bisa dicicil sehari seratus halaman gitu. Nggak perlulah buru-buru bacanya.
#3 Daftarnya nggak ribet
Ini yang bikin makin cinta sama aplikasi ini, proses daftarnya yang nggak ribet. Cukup email dan password saja, nggak perlu verifikasi pakai nomor telepon ataupun minta pap foto sama kitas. Jadi, amanlah kalau hanya pakai email saja. Nggak perlu takut kalau ntar ada kebocoran data dan semacamnya.
#4 User friendly
Fitur-fitur di iPusnas ini beneran gampang banget dipahami, bahkan oleh pemula sekalipun. Mau nyari buku tapi lupa judulnya, tinggal ketik saja nama penulisnya. Bisa juga untuk melihat riwayat buku-buku yang sudah dipinjam, akan dipinjam dan sedang dalam masa antrean.
Terdapat juga menu untuk tahu buku-buku apa saja yang sedang dipinjam oleh pengguna lainnya, jadi kita bisa tahu sekaligus dapat rekomendasi dari fitur tersebut.
HATE:
#1 Notifikasinya nggak terbaca
Ini yang paling bikin bete dan kesel, yaitu notifikasinya yang nggak terbaca kecuali kita masuk ke akun iPusnas masing-masing. Kalau di aplikasi lain, notifikasi kan biasanya muncul sebagai pop-up gitu, tapi di iPusnas ini nihil, nggak ada sama sekali.
Tiba-tiba saja nanti di ikon gambar bel muncul banyak jumlah stok buku-buku yang tersedia (yang sebelumnya udah kita masukkan dalam daftar antrean), namun sayangnya pas dicek udah kelewatan masanya—dan sialnya udah keduluan dipinjam sama orang lain.
Saran saya, kalau mau dapetin buku-buku yang lagi banyak peminat dan antreannya bejibun itu, sering-seringlah buka iPusnas dan ngecekin ikon gambar bel tadi.
#2 Sistem antreannya nggak teratur
Kalau di kehidupan sehari-hari, sistem antrean itu kan harusnya giliran ya. Yang paling depan, dilayani lebih dulu, baru kemudian di belakangnya. Tapi, sistem antrean di iPusnas ini semrawut, siapa cepat dia yang dapat. Jadi maksudnya masukin buku ke antrean itu ya cuma buat formalitas aja sekaligus untuk dapetin notifikasi—yang nggak berguna tadi—kalau stoknya lagi tersedia.
Andai saja setelah buku dikembalikan, ia langsung masuk otomatis ke shelf book peminjam selanjutnya, jadinya nggak perlu ada sistem rebutan gitu. Kalau masih tetap gini sih, rasanya pengin putus aja sama iPusnas, tapi aku ingat bahwa biaya untuk membeli buku-buku amat sangat mahal.
#3 Mode malam yang nggak bisa diterapkan pada semua format buku
iPusnas memang punya fitur mode malam, tapi ia hanya berlaku bagi buku-buku yang formatnya epub. Kalau format bukunya PDF, mode malamnya hanya berlaku di bagian kecil atas dan bawah lembar buku, bagian tengahnya tetap terang benderang, hiks.
Kalau tau gini, ngapain ada fitur mode malamnya?
TIPS:
Berhubung saya orangnya suka berbagi, saya mau memberikan tips pada kalian semua yang mungkin tertarik untuk menjalani love-hate relationship dengan iPusnas ini. Silakan dicermati dan kalau bisa diikuti demi kelancaran hubungan kalian.
#1 Highlight kalimat adalah cara pintas untuk bookmarking buku dengan format epub
Kalau kebetulan membaca buku dengan format epub yang nggak ada sistem halaman terakhir yang dibuka, nggak perlu bingung buat bookmarkingnya biar nggak ribet pas nyari halaman terakhir yang dibaca. Cukup highlight saja kalimat sebagai penanda. Nanti saat mau lanjut baca, tinggal di klik kalimat yang sudah di highlight tadi.
#2 Cek notifikasi pada saat tengah malam atau di waktu-waktu menjelang subuh
Ada beberapa buku-buku yang justru kembali otomatis pada jam-jam tertentu, biasanya pas tengah malam atau menjelang subuh. Kalau kalian sering jadi kalong dan nggak akan tidur kalau belum dengar bunyi kokokan ayam, coba deh cek buku-buku yang antreannya bejibun di jam-jam segitu. Saya beberapa kali dapat buku-buku bagus yang antreannya puluhan ribu justru pas nggak sengaja kebangun tengah malam.
#3 Sering-sering cek di bagian ePustaka Popular untuk mengetahui tambahan buku-buku baru
Mau tahu apa saja buku-buku baru dan mungkin berpotensi banyak yang ngantre di iPusnas? tinggal cek saja secara berkala di bagian ePustaka Popular. Di sana buku-buku baru sering ditambahkan secara diam-diam. Jadi, sebelum banyak yang tahu dan ngantre buat pinjam bukunya, mending kalian sikat saja duluan.
Oke, sekian penjelasan mengenai love-hate relationship saya dengan iPusnas. Silakan mencoba untuk membangun hubungan kalian masing-masing dengannya ~
Penulis: Siti Halwah
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Rekomendasi Buku Bagus yang Tersedia di iPusnas