Logika Terbalik Lelaki: Ingin Dapat Pasangan yang Bisa Diajak Susah

diajak susah

diajak susah

Saya selalu suka melihat bagaimana timeline Twitter bekerja—isinya amat sangat beragam. Rasanya seperti tidak perlu lagi mencari informasi baru, semua info akan datang dengan sendirinya ketika online Twitter. Tinggal scroll timeline, maka informasi apa pun bisa diketahui, dibaca, bahkan ikut mengomentari di kolom reply melalui retweet-an apa pun dari orang lain.

Hal tersebut juga semakin menegaskan ihwal arus informasi yang semakin cepat dan mudah didapat meski terkadang sinyal provider teramat lelet.

Seperti informasi yang baru-baru ini saya dapatkan, lebih tepatnya hanya cuitan biasa dan terkesan nyinyir, sih. “Cewek jaman sekarang mana bisa blablabla..” dengan menambahkan foto wanita zaman dulu sedang memasak pakai kayu bakar lengkap dengan tungku. Dan masih banyak ungkapan juga meme lain yang intinya mengerucut pada pemikiran “cewek bisa dan mau diajak susah tuh idaman banget”.

Sebelum melanjutkan tulisan ini, sebagai bagian dari warganet yang mencoba bersikap budiman dan pemerhati  huru-hara juga keributan di timeline Twitter boleh dong saya ikut berkomentar dan meramaikan sesuatu yang sedang trending.

Begini, Wahyudi. Ada ungkapan yang mengatakan bahwa, bagi para wanita, sosok Ayah adalah kekasih pertama mereka—lelaki paling pertama yang dicintai semasa hidup. Begitu pula sebaliknya, seorang Ayah sudah selayaknya menganggap anak perempuannya sebagai ratu. Pastinya akan selalu dimanja dan diberikan hal terbaik semasa hidup, dengan segala perjuangan dan keluh kesahnya.

Buat para lelaki yang memiliki logika terbaik seperti “ingin dapat pasangan yang bisa diajak susah”, apa nggak malu sama Ayah atau calon mertua yang sudah bersusah payah membesarkan anak perempuannya dengan segala daya upaya yang telah dilakukan? Terus, kalau pun iya dapat pasangan yang mau diajak susah, mau terus selamanya susah, gitu?

Sebagai seorang lelaki yang baru seumur jagung menikah, tentu banyak pekerjaan rumah yang harus saya usahakan selain kebutuhan pokok. Tidak pernah sedikit pun terbesit di pikiran, bahwa di kemudian hari keluarga kecil saya akan mengalami kesusahan—dikondisikan seperti itu.

Untuk kebutuhan istri, meski gaji saya sebagai karyawan swasta masih dikisaran UMR Jakarta, saya tidak pernah melarangnya jika ingin membeli peralatan kosmetik, masker kecantikan, dan lain sebagainya.

Jika memang sayang dan membuat pasangan senang ya kenapa tidak. Toh, yang saya tahu merias diri itu merupakan hal yang dapat membuat para wanita bahagia. Yakin, kalian para lelaki ingin membatasi kebahagiaan pasangan? Jika memang yang diinginkan pasangan terlalu mahal, tentu solusinya bukan nyinyir di media sosial dan mengumbar ingin wanita yang bisa diajak susah. Logikamu itu, lho.

Banyak cara yang bisa dilakukan, menemukan alternatif skincare atau make up lain yang sesuai budget, menabung, dan lain sebagainya. Jika memang masih belum bisa membelikan bisa diskusi untuk pemenuhan kebutuhan tersebut di bulan lain jika memang sedang ada rezeki. Paling tidak, bukan langsung membatasi diri apalagi nyinyir hanya untuk mencari sensasi—begitu ramai yang mencaci twit dihapus dan akun digembok. Tuman.

Itu jika yang dipermasalahkan hanya berkisar make up atau skincare. Secara keseluruhan dan banyak aspek, wanita tetap berhak mendapatkan yang terbaik apalagi dari pasangannya dengan tidak perlu mengajaknya untuk hidup susah. Kalau pun harus menyesuaikan budget, tidak masalah, dong. Toh, intinya masih mengusahakan tanpa harus membandingkan antara cewek zaman sekarang mana bisa begini-begitu.

Sadar nggak Mas, kalau kita para lelaki membandingkan wanita zaman sekarang dengan zaman dulu, kita pun akan kena batunya—dijadikan bahan candaan yang sama—mungkin akan lebih telak karena terkesan malas dan tidak memperjuangkan apa yang diinginkan pasangan. hehehe

Sudahlah Mas, tidak ada gunanya membandingkan cewek zaman sekarang nggak bisa ini-itu apalagi ingin dapat wanita yang bisa diajak susah, yang ada hanya jadi bulan-bulanan di media sosial dan internet. Susah itu kondisi hidup dan dapat diubah melalui seberapa besar niat dan usaha yang dilakukan. Atau jangan-jangan dalam hidup yang dijalani, memang nggak ada niat dan nggak mau berusaha—untuk kebahagiaan pasangan?

Lalu, jika apa yang dicuitkan termasuk ke dalam konten akun Twittermu dan hanya untuk lucu-lucuan, pertama, lucunya di mana? Kedua, kok twitnya dihapus? Gagal lucu, ya? hehe. Di sisi lain, saya sempat menerka-nerka, mungkin twit tersebut hanya sebagai semacam survei yang diselipkan pertanyaan sekaligus harapan, “masih ada atau tidak, ya, cewe yang mau diajak hidup susah dan hidup bersama saya?” hehe. Eh?

Dan saya rasa, tidak ada satu pun manusia di dunia ini yang—secara sengaja—mau hidup susah. Jika bisa memilih dalam kondisi apa saat dilahirkan, tentu banyak orang yang ingin hidup berkecukupan dan layak—sebagaimana mestinya. (*)

 

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) yang dibikin untuk mewadahi sobat julid dan (((insan kreatif))) untuk menulis tentang apa pun. Jadi, kalau kamu punya ide yang mengendap di kepala, cerita unik yang ingin disampaikan kepada publik, nyinyiran yang menuntut untuk dighibahkan bersama khalayak, segera kirim naskah tulisanmu pakai cara ini.

Exit mobile version