Liverpool Konsisten Imbang, Manchester United Meninggi, dan Manchester City yang Perlahan tapi Party

mo salah real madrid seto nurdiantoro Liverpool manchester united manchester city mojok.co

Barangkali, gelaran kompetisi olahraga di seluruh dunia pada musim 2020/2021 ini adalah yang paling aneh sepanjang sejarah. Sangat aneh. Betul-betul menjadi anomali yang mau tidak mau, suka atau tidak, harus dihadapi oleh hampir semua lini. Tak terkecuali kompetisi sepak bola di berbagai negara sekaligus para pemain juga staf yang ikut terlibat di dalamnya. Salah satu tim yang mengalami situasi yang kurang mengenakkan itu adalah Liverpool.

Liverpool harus kehilangan beberapa pemain senior yang selalu diandalkan pada setiap pertandingan, khususnya untuk posisi bek tengah, tentu menjadi kegelisahan tersendiri bagi tim. Virgil van Dijk dan Joel Matip hanya dua di antaranya. Hal tersebut memaksa Klopp menggeser Hendo dan Fabinho ke posisi yang kurang familiar bagi mereka berdua: bek tengah. Sebagai tameng utama bagi Alisson.

Jika mengacu pada hasil akhir, sebetulnya duet Hendo dan Fabinho nggak buruk-buruk amat. Gawang Alisson juga nggak sering kebobolan. Namun, pada waktu bersamaan, trio Firmansah (Firmino, Mane, dan Salah) juga kehilangan magisnya dalam mencetak gol. Sialnya, kreativitas Liverpool dalam menyusun serangan juga seakan hilang tanpa kabar. Nggak, ini bukan ghosting. Kita sebut saja secara frontal: melempem!

Sebagai fans Liverpool, wajar saja jika ekspektasi saya juga yang lainnya membumbung tinggi. Lantaran Liverpool selalu selalu tampil cukup konsisten selama empat tahun terakhir dengan komposisi yang sangat paripurna. Hingga akhirnya mendapatkan gelar mayor yang ditunggu selama 30 tahun terakhir: juara Liga Inggris.

Ya, sampai dengan saat ini, di beberapa pertandingan terakhirnya Liverpool masih konsisten, sih. Konsisten imbang. Di waktu bersamaan, saking capeknya berharap untuk melihat tim ini menang, saya sampai punya pemikiran: nggak apa-apa imbang, yang penting nggak kalah. Pemikiran yang kontradiktif.

Di sisi yang berseberangan, nggak heran jika pada akhirnya, Manchester United yang juga mulai konsisten mendapatkan hadiah penalti dari wasit di beberapa pertandingan terakhirnya, berhasil menggeser Liverpool dari puncak klasemen. Wajar saja jika para fansnya mulai keluar dari goa sambil berteriak, “Emang kenapa kalau dapat hadiah penalti? Iri bilang, Bos!”

Situasi yang cukup sulit dan serba salah bagi banyak fans, khususnya Kopite. Dibilang iri, lah emang iya. Apalagi sampai berhasil memuncaki klasemen dan sementara ini unggul tiga poin. Dibilang nggak iri, halah, bullshit. Minimal pasti merasa mangkel karena tim kesayangan kesalip musuh bebuyutan.

Kalau Manchester United bisa konsisten mendapat hadiah penalti dan segala keuntungan lainnya pada setiap sisa pertandingan dari sisi permainan hingga akhir musim, bukan tidak mungkin mereka bisa kembali merebut gelar juara Liga Inggris dan memperlebar gap total piala dengan Liverpool. Bikin Kopite dan Liverpudlian kembali merana. Kemudian bersiap adu bising lagi soal sejarah klub masing-masing.

Manchester United dan seluruh fansnya sebetulnya belum layak untuk jumawa. Lantaran pada klasemen terbaru Liga Inggris, Manchester City juga Leicester City sama-sama mengekor dengan selisih poin tipis-tipis. Lengah sedikit saja, seperti Liverpool yang mulai hobi drop poin pada beberapa pertandingan terakhir, Manchester City atau Leicester akan dengan sigap menyalip tanpa suara yang bising.

Pada beberapa pertandingan terakhir, boleh dibilang, Pep Guardiola memang kurang menjadi sorotan. Persaingan Liga Inggris terlalu terfokus pada duel Man United dan Liverpool. Seakan para media lupa bahwa, Liga Inggris juga punya Pep Guardiola yang dalam hening mulai konsisten meraih kemenangan, memperbaiki lini serang dan pertahanan tim, juga menyusup untuk mendekati puncak klasemen.

Nggak percaya? Coba cek kembali duet antara John Stones dan Ruben Diaz yang saat ini terbilang minim gol dan cukup solid.

Saya pikir, secara tidak disadari, juga bertolak belakang dengan Manchester United, Manchester City betul-betul menerapkan filosofi, “Perlahan tapi party”. Iya. Dalam hening, dalam kekacauan Liverpool sekaligus bisingnya fans Manchester United, Pep Guardiola dengan Manchester City-nya lebih memilih untuk menyelinap dengan tenang sembari menyiapkan pesta. Siapa tahu di akhir musim bisa juara.

BACA JUGA Alasan Terselubung Pemberitaan Virgil van Dijk yang Cedera Terkesan Berlebihan dan artikel Seto Wicaksono lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version