Lionel Messi menyatakan bertahan di Barcelona dan itu tidak bisa diganggu gugat. Kesetiaannya pada Barca tak goyah meskipun diguyur minyak Arab dan diterpa piciknya Bartomeu. Sebagai orang yang bukan fans Barcelona, saya senang sekaligus takut pada keputusan yang diambil Lionel Messi pagi ini (5/9/2020). Pun, saya mengatakan hal ini menjadi keuntungan sekaligus kerugian besar untuk Barcelona.
? RESMI ?
Saga Transfer Berakhir! Lionel Messi Bertahan Di Barcelona!https://t.co/42F3jepZCO pic.twitter.com/zhpZhUU4qD
— Goal Indonesia (@GOAL_ID) September 4, 2020
Namun, sebelum melangkah lebih jauh menjelaskan mengapa saya bilang keputusan ini adalah kabar baik dan buruk sekaligus, izinkan saya memulai dengan awalan yang akan terdengar sumbang di telinga Cules.
Sebagai pemain yang bayang-bayangnya di sepak bola dunia masih menancap bagai jangkar kapal abadi, dosa besar jika tidak mengakui Lionel Messi sebagai yang terbaik. Baik itu levelnya dalam negara, lintas negara, benua, atau bahkan planet: Messi yang terbaik, bersanding manis dengan Cristiano Ronaldo.
Ada sebuah kebiasaan buruk dalam dunia sepak bola, entah hal ini disadari atau tidak. Semua manusia dengan kaki potensial, di-Messi-kan begitu saja. Kita tentu jamak dengan sebutan Messi dari Mesir, Messi dari Indonesia, Messi dari Tiongkok, dan daerah lainnya, seakan semua memiliki Messi. Semua yang bisa melewati lawan, disebut Messi. Bahkan dalam ranah sekelas tarkam tiap kampung punya Messi-nya sendiri. Lagi-lagi, disadari atau tidak, sebutan ini seakan menjadi hantu yang berputar abadi, bagi manusia-manusia yang disebut sebagai Messi.
Sering kali kita dicekoki oleh media yang memberitakan bahwa Messi adalah puncak segala puncak. Dalam sepak bola, tanpa merendahkan legenda yang telah meninggalkan lapangan hijau, di atas dewa ada yang namanya Messi. Para manusia yang disebut dengan Messi di setiap daerah ini akan menjadi nelangsa kala bakat baru yang lebih baik muncul bergantian, hilir mudik, dan timbul tenggelam. Sebutan “Messi” memang menyebalkan bagi mereka yang gagal dan tak mampu memenuhi ekspektasi orang-orang di sekitarnya.
Begitu pula dengan Camp Nou, tempat penggodokan bakat yang selalu menghasilkan pemain hebat. Entah itu datangnya dari rahim ibu atau dari kandungan lain. Dalam sepak bola, “membeli bakat” sah-sah saja, bukan? Yang menjadi salah ketika bakat tersebut tidak berkembang, tertutup oleh sesosok hantu yang rasanya tak akan pernah lepas dari mahkota, piala, bahkan rekor pribadi seorang Lionel Messi. Tidak percaya? Coba tanyakan rasa berat itu kepada Bojan Krkić.
Barcelona. Dalam satu rentang waktu, semua akan berpendapat para pemain garis depan yang diboyong atau diorbitkan pasti melulu disandingkan dengan Messi. Alen Halilovic memang pemuda ingusan yang kurang memuaskan publik Camp Nou. Namun, jika dikomparasikan dengan Messi, sosok ini tidak akan pernah sebanding. Barcelona seakan memiliki timbangan mahaberat dalam menimang-nimang sosok yang layak untuk terus maju dan dipercaya.
“Messi-Messi” yang gagal ini akan meninggalkan Barcelona tanpa jejak. Mereka yang harusnya menjadi Bojan dan Halilovic—menjadi dirinya sendiri dan memangku namanya sendiri—menjadi gagal karena dihantam ekspektasi. Padahal, siapa tahu sosok Messi ini hanya keluar sepuluh abad sekali? Kaki indah itu bisa didapat melalui sebuah reinkarnasi suci, seperti apa yang orang sebutkan, sang Messiah.
Mungkin rasa takut saya sudah terjawab. Jelas saya takut Messi dan Barcelona adalah kombinasi sempurna. Saya sudah (berusaha) memuji mati-matian di paragraf sebelum-sebelumnya. Nah, sekarang mari kita membicarakan mengapa saya senang Messi bertahan di Barcelona.
Kelemahan barcelona ada dua: internal yang bobrok dan terlalu bertumpu pada Messi. Sekelas Valladolid, ketika bersua dengan Barcelona yang dalam starting line-up tidak ada sosok Lionel Messi, saya yakin kepercayaan diri mereka akan meningkat drastis. Begitu juga sebaliknya, kala Messi ada di starting line-up, meskipun dalam kondisi terburuknya, Sergio Ramos tentu akan mengincarnya mati-matian.
Saya mengibaratkan Messi ini bagai sosok jenderal dalam diam. Dengan hadirnya di lapangan saja, walau diam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, pihak lawan akan mewaspadai dan moral satu tim akan naik. Dalam sepak bola, moral menentukan segalanya. Perlawanan adalah “amor fati” walau “fatum brutum” berupa kekalahan sudah terlihat dengan pasti.
Mengapa saya gembira dengan bertahannya Messi? Sebab akan banyak Bojan-Bojan lain dan Halilovic-Halilovic lain yang akan terbentur ekspektasi. Siapa pun yang datang, hantu-hantu Lionel Messi akan terus menghantui seluruh penjuru Camp Nou. Sampai kapan pun hingga Messi akan hengkang.
Intinya? Messi adalah penyelamat sekaligus kelemahan Barcelona. Jadi? Ya, Messi harus minggat. Tapi jika Barcelona sudi regenerasi.
Tanpa membahas internal yang karut marut, hilangnya Messi akan membawa angin segar bagi sosok-sosok yang di-Messi-kan. Ia akan bermain lebih lepas, apa adanya, membawa panji namanya, tanpa membawa beban berat “the next Messi”. Bakat-bakat “yang tersia-siakan” seperti Bojan, tak akan pernah ada lagi. Dan ya, Messi masih akan ada di Barcelona, setidaknya selama satu musim lagi.
Hantu bernama Lionel Messi yang mendekam di dinding-dinding, ruang ganti, bangku penonton, bahkan kamar mandi Camp Nou tak akan memberatkan langkah-langkah generasi selanjutnya. Ekspektasi tak akan berpatok pada Messi lagi, lantaran tiap anak manusia yang diorbit oleh Barcelona membawa nama besarnya sendiri, bukan “the next Messi”. Media akan gamblang menulis nama si bintang baru tanpa perlu menyertakan “… telah ditemukan, the next Lionel Messi!”
Bayang-bayang Messi adalah bom waktu bagi Barcelona. Messi memang membawa kekhawatiran bagi Cules. Tanpa sadar, fans lain pun juga ikut pusing mengenai hal ini. Sungguh aneh, namun itulah yang terjadi.
Foto oleh Wael Mogherbi via Wikimedia Commons
BACA JUGA Hector Bellerin Lebih Mudah Dijual Arsenal Ketimbang Lacazette dan tulisan Gusti Aditya lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.