Akhir-akhir ini, setiap saya buka sosial media (sosmed), ada saja teman yang update status liburan ke Jepang. Saya hitung, sejak November hingga Januari setidaknya ada 5 orang yang plesir ke sana, termasuk saya hehehe. Daya pikat Jepang sebagai destinasi wisata memang tiada duanya. Negara dengan julukan Negeri Sakura itu relatif aman, transportasinya terintegrasi, banyak destinasi wisata menarik, dan bebas visa.
Iya kalian tidak salah dengar, orang Indonesia yang ingin liburan ke Jepang tidak perlu mengajukan permohonan visa. Namun, ini bukan berarti kalian bisa ke Jepang hanya dengan berbekal paspor. Kalian tetap harus mengisi dokumen pembebasan visa Jepang atau sering disebut JAVES (Japan Visa Exemption System). Sayangnya, masih banyak orang salah paham hingga beredar konten-konten di media sosial soal penyesalan tidak jadi ke Jepang karena tidak mengurus JAVES.
Pahami Japan Visa Exemption System (JAVES) sebelum liburan ke Jepang
Mulai 2023, registrasi pembebasan visa elektronik dilakukan melalui sistem JAVES yang bisa diakses di situs website resmi https://www.evisa.mofa.go.jp/personal/logintoko. Pembebasan visa ini berlaku untuk wisatawan yang memiliki e-paspor dengan maksimal 15 hari kunjungan wisata. Bagi yang belum memiliki e-paspor dan berencana liburan ke Jepang, selain menabung, langkah pertama yang harus dilakukan adalah ganti atau bikin e-paspor! Percaya deh e-paspor memudahkan segalanya.Untuk bisa melakukan registrasi bebas visa, ada beberapa dokumen yang perlu disiapkan. Tidak banyak, hanya butuh scan e-paspor dan beberapa data pribadi, meliputi:
- Scan/foto paspor dengan halaman yang menampilkan foto wajah
- Scan/foto sampul paspor
- Scan/foto paspor halaman pengesahan. Bagian ini rawan salah, banyak yang salah scan halaman paspor yang paling belakang. Perlu diingat, halaman pengesahan merupakan halaman Catatan Pengesahan/Endorsement di halaman empat dan lima
- Nama keluarga. Nama keluarga tertera pada kolom MRZ (Machine Readable Zone) dua baris di bagian bawah halaman status pribadi. Biasanya nama belakang yang akan jadi nama keluarga. Kita ambil contoh, bila nama di paspor yaitu Bunga Sepatu Mekar, yang harus diisi di kolom nama keluarga yaitu Mekar
- Nama depan dan nama tengah. Berdasarkan contoh yang tadi, jika Mekar jadi nama keluarga, nama depan diisi dengan Bunga, dan nama tengah Sepatu
- Tanggal lahir
- Kebangsaan
- Jenis kelamin
- Jenis paspor
- Nomor paspor
- Tanggal penerbit paspor
- Tanggal kadaluarsa paspor
- Tanggal terjadwal masuk ke Jepang
- Tanggal keberangkatan terjadwal dari Jepang
- Negara
- Provinsi
- Alamat saat ini
- Nomor telepon
Pada satu akun JAVES, kita juga bisa mendaftarkan keluarga kita yang turut bepergian. Setelah mengisi data-data tersebut, data kita akan diperiksa dan akan keluar kurang lebih dua sampai lima hari kerja. Saat kita mengajukan data, akan tertulis “diajukan”. Bila data kita sudah diterima, status “diajukan” akan berubah menjadi “terdaftar”.
Tidak berhenti sampai di sini. Langkah selanjutnya, kita perlu mendapatkan barcode JAVES dengan cara mengklik centang di paling kiri kolom data diri kita. Setelah itu, klik tombol Pemberitahuan Pendaftaran Pembebasan Visa (untuk ditampilkan) yang berwarna biru. Kita akan mendapat barcode yang harus kita tunjukkan ketika melakukan check in di bandara keberangkatan menuju Jepang. Bila sudah mendapatkan barcode, bebas visa ini berlaku selama tiga tahun.
November 2024 tahun lalu merupakan pengalaman pertama saya pergi ke Jepang. Awalnya saya kira barcode JAVES akan diperlukan selama penerbangan, baik di bandara keberangkatan dan bandara tujuan (Jepang). Karena saya juga mendaftarkan kedua orang tua di satu akun JAVES, semua barcode akhirnya saya cetak. Saya pikir akan lebih cepat dan tidak ribet jika barcode saya cetak. Ketika kami mendarat di Bandara KIX (Kansai International Airport), ternyata di sana tidak perlu melakukan scan barcode JAVES lagi. Barcode hanya dilihat sekali saja di bandara keberangkatan. Jadi, nggak perlu mencetak barcode ya, cukup ditunjukkan dari ponsel saja kepada petugas check in.
Baca halaman selanjutnya: Imigrasi di Jepang nggak …
Imigrasi di Jepang nggak ribet kok, tapi butuh ketelitian
Selain JAVES, ada satu hal yang perlu kita perhatikan sebelum berangkat ke Jepang yaitu Visit Japan Web. Di imigrasi Jepang, kita diminta untuk mengisi data diri imigrasi yang bisa diisi di tempat maupun online. Data imigrasi tersebut bisa diisi sebelum keberangkatan di Visit Japan Web (vjw.digital.go.jp). Ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab, mulai dari data diri, data penerbangan, alamat tinggal saat di Jepang, durasi tinggal di sana, dan pertanyaan mengenai barang bawaan. Perlu diketahui, kita tidak boleh membawa produk daging dan yang mengandung daging, buah, sayur, tanaman, dan hewan. Ketika semua sudah selesai diisi secara online, kita akan mendapatkan barcode yang perlu di-scan oleh petugas imigrasi. Petugas imigrasi akan menanyakan pertanyaan singkat seperti kota mana saja yang akan dituju.
Sebenarnya, proses di imigrasi tergolong cepat dan tidak bertele-tele. Namun, ternyata ada satu kesalahan yang saya lakukan. Sebelum keberangkatan, saya memang sudah mengisi Visit Japan Web. Karena berangkat berempat, kami mengisi data diri di satu akun. Semua berjalan lancar, sampai akhirnya kami sadar bahwa hanya satu barcode dari Visit Japan Web yang keluar. Petugas bandara dengan isyarat berusaha memberitahu kami bahwa satu orang harus punya satu barcode. Itu mengapa hanya ada satu orang yang bisa lolos keluar imigrasi dengan barcode tersebut. Akhirnya, tiga orang lain yang belum mendapatkan barcode Visit Japan Web mengisi data imigrasi secara manual.
Syukurnya, semua berjalan lancar dan kami berempat bisa lolos imigrasi. Setelahnya kami mengambil bagasi dan hendak keluar bandara. Ternyata, untuk bisa keluar bandara, masing-masing harus scan barcode dari web Visit Japan Web terlebih dahulu. Karena tiga orang dalam kelompok kami belum memiliki barcode, akhirnya kami juga harus mengisi Visit Japan Web demi bisa keluar bandara.
Hanya itu kendala kami sebelum memasuki Negeri Sakura. Kendala yang sebenarnya bisa diatasi kalau kami lebih teliti. Namun, sekali lagi perlu saya tekankan, ini semua berdasar pengalaman kami berwisata pada November 2024 dan mendarat di Bandara KIX ya. Berdasar pengalaman itu, saya merasa imigrasi Jepang sangat ramah bagi pemula yang baru pertama kali ke Jepang, bahkan pertama kali bepergian ke luar negeri. Ya cuma butuh sedikit ketelitian saja agar terhindar dari drama.
Penulis: Valentina Febi
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Culture Shock Mas-mas Jawa yang Kerja di Jepang: Gaji sih Gede, tapi Tekanannya Juga Gede!
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.