Lembah Harau yang terletak di Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat adalah bukti bagaimana Indonesia masih sangat disayang oleh Sang Maha Kuasa. Tuhan mengetahui, di tengah kesemrawutan negeri ini, manusia-manusia di dalamnya butuh tempat-tempat untuk menenangkan diri. Lembah Harau adalah salah satu pilihan tempatnya.
Keindahan alam yang ditawarkan tempat ini adala dataran hijau seluas 270,5 hektar yang dikelilingi oleh tebing-tebing setinggi 200-500 meter. Benar-benar unik dan indah. Itu mengapa pada 1993, Lembah Harau ditetapkan sebagai salah satu cagar alam dan suaka margasatwa. Di sana terdapat berbagai spesies tanaman hutan hujan tropis dataran tinggi yang dilindung dan sejumlah binatang langka asli Sumatra.
Lembah Harau sendiri terletak sejauh 137 kilometer dari Kota Padang, Sumatera Barat atau sekitar 4 jam berkendara. Meski memakan waktu perjalanan yang cukup lama, hal tersebut akan terbayar lunas ketika melihat indahnya pesona dari Lembah Harau.
Asal usul Lembah Harau
Konon Kabupaten Lima Puluh Kota, kabupaten di mana lembah ini berada, dahulu disebut-sebut sebagai negeri berair jernih dengan ikan-ikan jinak yang berenang di aliran sungainya. Pada saat itu Lembah Harau masih berupa dasar lautan.
Hal tersebut didukung dari temuan perihal jenis batuan tebing-tebing Lembah Harau yang berjenis batuan breksi dan konglomerat.Jenis batuan yang umumnya ada di dasar laut. Para peneliti menilai tebing-tebing tersebut telah berusia 40 juta tahun. Selain itu, tebing batuan di Lembah Harau juga banyak mengandung karbon organik, yaitu batuan yang terbentuk dari sisa-sisa organisme.
Selain itu, penamaan Lembah Harau juga memiliki sejarah tersendiri. Berdasarkan cerita masyarakat sekitar, dulunya kawasan ini kerap menghadapi banjir dan longsor. Masyarakat pada saat itu pun kerap berteriak sehingga berakibat pada paraunya suara mereka. Suara parau pun menjadi ciri khas penduduk daerah itu. Hal itu membuat wilayah tersebut dinamakan orau, kemudian berubah menjadi arau. Akhirnya, penyebutan arau berubah menjadi Harau, sekaligus menjadi nama wilayah.
Indah setiap waktu
Pada siang hari, Lembah Harau menjadi kawasan yang tidak terlalu panas. Kalau kondisi cuaca sedang cerah, pemandangan di Lembah Harau begitu asri dan tenang. Tebing-tebing di sana seperti mengajak kita menikmati langit biru dengan awan-awannya yang bergerak lambat. Pengunjung biasanya memanfaatkan waktu siang hingga menjelang sore untuk berkeliling menggunakan sepeda.
Memutari tebing-tebing itu sembari mata menjelajah hutan yang ada di setiap sudut tebing. Biasanya, satwa asli Lembah Harau akan terlihat sekilas, misalnya monyet ekor panjang, atau jenis-jenis burung yang terbang di sekitar tebing-tebing.
Ketika tiba di sore hari, biasanya hembusan angin sedikit lebih kuat sehingga pengunjung akan menikmati indahnya hamparan sawah dengan aroma khasnya bersamaan dengan tebing-tebing yang menjulang indah. Belum lagi jingganya senja memancar di setiap sudut-sudut tebing itu.
Ketika malam hari, tidak perlu takut bermalam di lembah ini. Di sana banyak penginapan bergaya glamping yang bisa dijadikan pilihan untuk tempat bermalam. Penginapan itu menawarkan fasilitas yang beragam yang bisa dipilih sesuai dengan spot tempat atau selera dari masing-masing pengunjung.
Bermalam di Lembah Harau menawarkan suasana sunyi dan kedamaian untuk pikiran dan hati. Duduk di teras glamping, berpayung langit yang diisi bintang-bintang sembari menyeruput kopi atau teh dan mengobrol banyak hal bersama orang-orang terkasih. Rasanya, pengalaman seperti ini sulit didapatkan kalau tidak di lembah yang satu ini.
Banyak hal bisa dilakukan di sana
Setelah menghabiskan malam yang tenang, pada pagi hari pengunjung bisa berkeliling mendatangi air terjun yang ada di kawasan Lembah Harau. Setidaknya ada enam air terjun yang bisa dinikmati oleh pengunjung, yaitu Sarasah Aie Angek, Aie Luluih, Sarasah Jambu, Akar Berayun, Sarasah Bunta, dan Sarasah Murai. Setiap air terjun memiliki ciri khas dan tinggi yang bervariasi. Misal, air terjun yang paling terkenal adalah Air Terjun Akar Berayun karena tertinggi dibanding yang lain, mencapai 200 meter.
Semua fenomena keindahan itu tentu bisa nikmati ketika cuaca dalam kondisi bersahabat. Maka dari itu, sebaiknya jangan mengunjungi lembah kebanggan warga Sumatera Barat ini ketika musim hujan. Khawatir malah yang di dapat adalah banjir. Ini juga menjadi kritik tersendiri untuk pemerintah setempat untuk segera mencari solusinya. Jangan sampai kejadian pada awal tahun ini terulang kembali, Lembah Harau diterpa banjir hingga banyak kawasan wisata terpaksa ditutup.
Kritik lain, destinasi wisata tematik seperti Kampung Korea-Jepang, Kampung Eropa, Batang Tabik Waterpark, hingga Harau Dream Park semestinya bisa lebih dikontrol. Khawatirnya, keberadaan destinasi tematik ini malah menggerogoti aspek alamiah dari Lembah Harau. Ada baiknya, spot-spot wisata yang dikembangkan lebih mengadopsi budaya dan kondisi alam sekitar, sehingga kawasan ini tetap hadir secara otentik dan alamiah. Dan yang lebih penting, tidak menggeser penghuni asli setempat, baik para penduduk maupun flora dan fauna yang ada di sana.
Penulis: Muhamad Iqbal Haqiqi
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA 3 Hal Ini Seharusnya Ada di Bukittinggi, Hidup Pasti Akan Lebih Nyaman
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.