Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Lebaran ala Abangan dan Lebaran ala Putihan

Suliswanto oleh Suliswanto
27 Mei 2020
A A
lebaran abangan

Lebaran ala Abangan dan Lebaran ala Putihan

Share on FacebookShare on Twitter

Sudah jadi pandangan umum bilamana hari raya Idul Fitri selalu jadi ajang silaturahmi, cinlok sepupu, dan pamer antar keluarga. Kekhasan suasana Lebaran ini memang paling cocok jadi wadah bertemunya kehidupan antar generasi, yang umumnya dilakukan yang muda ke yang lebih tua.

Kalau sudah begitu, selain jadi sumber munculnya pertanyaan duka bagi kaum jomblo ikhwal kehidupan berpasangannya, adu argumen politik sampai teori konspirasi, benturan sub kultur juga akan sulit terhindarkan.

Sebagai keturunan Jawa dari dua warna Islam Nusantara yang sudah bercokol sejak era Walisongo; abangan dan putihan, saya jadi merasa perlu untuk melakukan studi lapangan terkait peran dua pemahaman tersebut dalam prosesi silaturahmi seperti saat Lebaran.

Acara Lebaran yang biasanya diawali puasa 30 hari terlebih dahulu, sebelum takbir dan esoknya mandi mruput buat salat Ied ke masjid, bisa jadi tidak kita temui dalam khazanah kehidupan abangan, karena mereka lebih cocok dengan laku salat dan puasa daim yang dipopulerkan Ronggowarsito.

Sampean boleh saja bingung dan kebakaran jenggot melihat pola peribadatan seperti itu, tapi ada baiknya kita meninjau lebih jauh pemahaman dan lika-liku yang harus disandang seorang abangan.

Jelas secara akidah, abangan punya beraneka ragam daya kreatifitas yang tidak dimiliki kelompok ortodoks. Sinkretisme yang mengadopsi banyak pemahan teologis masa lalu, animisme, dinamisme, yang lalu tercampur dengan keyakinan pasca jahiliah. Maka tidak heran kalau “santri” abangan seperti saya akan susah mendapat ukhti-ukhti jalur “syar’i”. Lha, mau gimana, ahli “bid’ah” je.

Permasalahan semacam itulah yang jarang jadi pertimbangan generasi tua, atau yang sudah berjodoh untuk berhenti menanyakan nasib cinta kita yang masih rono-rene dewekan. Apalagi sewaktu temu keluarga besar, tentu saya dan mungkin sebagian besar pembaca akan menolak cap sebagai taman tak berbunganya Rhoma Irama dong, ya. Tapi begitulah cinta, deritanya tiada akhir, mengutip Cu Pat Kai, alias ngenes!!!!!!

Tapi akan lain halnya bila kita adalah seorang yang dikenal dan tampak saleh, dilihat dari unggahan medsos dan outfit yang kita kenakan. Era digital sudah mendukung percintaan jalur online, kok. Khususnya buat ukhti-ukhti yang sulit ditaksir secara offline.

Baca Juga:

Konten tidak tersedia

Postingan dakwah yang sering kita unggah pasti lebih mudah menggaet doi. Pertanyaan identik dan legend di waktu Lebaran: kapan nikah, pasti lebih mudah ditanggulangi dengan trend kawin muda dan poligami yang sering pula kita jumpai dikampanyekan para ukhti, yang notabene mereka sendiri adalah kaum hawa, kaum yang juga menentang mati-matian budaya tersebut dengan jargon feminisme.

Didukung culture anjuran agar saling bertukar “taqabbalallahu minna wa minkum, minal ‘aidin wal-faizin” bisa kita gunakan sebagai sarana jitu untuk berkujung ke aba-umiknya si Neneng. Sekaligus kesempatan emas guna mengutarakan keinginan supaya bisa lekas beribadah bareng anaknya. Kulhu wae, Lik, kesuen, kalau memang udah kebelet, ye kan.

Kembali soal nasib abangan, cobaan kian bertambah di saat pandemi Covid-19 seperti saat ini, di mana banyak kawasan ibadah dikurangi penggunaannya dalam sementara waktu, yang imbasnya berdampak salat Ied massal tahun ini diliburkan dulu, untuk diganti secara mandiri di tiap rumah.

Bisa dibayangin dong gimana resahnya kaum abangan jika sampai ditunjuk jadi imam sekaligus khatib, belum lagi kalau sepupu yang paling manis ikut ngisi shaf di belakang, yang jika abangan sampe tidak bilang sanggup, atau salah rukunnya, tentu akan menyebabkan damage yang gak ngotak dan awet selama tiga Lebaran.

Yang paling parah kalau sudah nyangkut soal pekerjaan. Kaum putihan bisa lebih lega bilang “… Ndak apa-apa yang penting halal”, tapi bagi kaum saya, ya maaf, tunggu dulu, pertimbangan halal-haram kadang jadi barang langka.

Profesi saya sebagai visual artist dan freelance writer saja masih banyak diperdebat-ributkan ahli hukum agama, terutama soal mencitrakan ulang makhluk hidup dan berbohong dalam menulis fiksi—padahal jelas-jelas pengertian tulisan fiksi adalah tidak nyata.

Meski saya bisa mencari keringanan dengan mengutip pernyataan salah seorang sufi, bahwa yang paling halal dan bebas dari syubhat hanyalah air hujan, tapi itu tidak atau belum saya lakukan sampai tulisan ini dibuat.

Membuat sangkalan-sangkalan juga bukan hobi saya, lebih-lebih melihat hari ied adalah hari yang harus dipenuhi maaf. Maka saya mending mengalah dan mengikhlaskan maaf untuk segala “point” yang kerabat saya timbun lagi setelah level kami masing-masing mencapai draw di angka 0-0.

Dalam soal berpakaian pula abangan sering mengalami intimidasi, utamanya kalangan abangan perempuan. Bagaimana tidak, melihat semua kaum ibu berkumpul dalam keadaan brukut, ditambah wejangan-wejangan berbau surga agar selayaknya perempuan bersikap bla-bla-bla… Bakal membuat mereka membawa beban perasaan berdosa, jengkel, dan sesamanya, seusai acara sowan.

Dan buat saya sendiri yang berambut panjang, bagi kerabat yang masih menganggap gondrong bagian dari ideologi premanisme, yang biasanya dianut orang tua zaman Orba, adalah penyebab malapetaka dengan konsekuensi potong rambut yang harus saya terima.

Mereka belum tahu aja gimana lama dan banyaknya biaya rawat rambut panjang laki-laki agar selalu tampil prima, bebas minyak dan ketombe. Ini belum kalau judge-nya menjatuhkan vonis fasikh, dengan dalil larangan menyerupai tampilan orang kafir dan fasik, padahal ada pula riwayat yang menceritakan Nabi berambut sampai sebahu.

Untunglah semua itu belum seluruhnya saya alami, sebagian memang, tapi masih mampu diatasi. Setidaknya hal-hal di atas bisa jadi penyemarak suasana temu kangen antar saudara yang sudah pada jauh tempat dan hatinya di hari Fitri. Tidak lupa bahwa ini juga kesempatan untuk meralat komunikasi dengan sepupu yang paling manis, he-he-he.

Dari hasil observasi saya sebagai pelaku sekaligus pengamat golongan abangan dalam menghadapi ritus kebudayaan Lebaran, ada hal tambahan yang ingin saya tulis-sampaikan dengan fungsi ganda untuk self reminder: bahwa gamis putih memang tampak lebih mengesankan ketimbang jeans motif gigitan tikus, terlebih jika dikenakan sebagai pakaian berhari raya.

BACA JUGA Alasan Kelompok Abangan Nggak Salat Lima Waktu tapi Nggak Pernah Absen Jumatan dan tulisan Suliswanto lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 27 Mei 2020 oleh

Tags: islam abangankelompok abangan
Suliswanto

Suliswanto

Saat ini tengah menempuh pendidikan Seni Rupa Murni di Fakultas Seni Rupa, ISI Yogyakarta. Aktif menulis dan melukis. Dapat dijumpai di ig_@sulistawon.

ArtikelTerkait

Konten tidak tersedia
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

3 Desember 2025
Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

1 Desember 2025
Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025
5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

2 Desember 2025
Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang (Unsplash)

Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang dengan Pesona yang Membuat Saya Betah

4 Desember 2025
Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.