Layanan GoFood merupakan fitur yang dihadirkan oleh Gojek dengan konsep pesan antar makanan online. Dalam fitur ini kita hanya perlu mencari makanan apa yang ingin kita beli, lalu kita pesan dengan aplikasi. Dalam beberapa menit, makanan pun datang.
Banyak orang mengatakan hal ini adalah inovasi besar yang ditawarkan peradaban modern saat ini, dengan fitur ini kita tidak perlu lagi repot-repot menyiapkan makanan atau capek-capek keluar untuk membeli makanan. Akan tetapi, apakah ini benar-benar kemajuan teknologi, atau hanyalah fitur untuk mengakomodasi kemalasan masyarakat modern saat ini yang kian hari kian akut?
Artikel ini saya tulis karena beberapa waktu yang lalu untuk pertama kalinya saya menggunakan layanan GoFood. Saya menggunakan fitur ini bukan karena kebutuhan, tetapi hanya iseng setelah mendapatkan saldo Gopay karena mengisi survey kecil-kecilan di internet. Sebenarnya bisa dikatakan saya adalah kelompok pengguna pasif layanan GoFood, saya adalah orang yang skeptis dengan fitur pesan antar makanan online ini. Sebab saya menilai bahwa fitur ini bukanlah suatu inovasi teknologi yang harus dibanggakan. Justru sebaliknya, saya menilai bahwa fitur ini hanya akan mendorong masyarakat menuju tingkat kemalasan yang akut.
Hal yang membuat saya cukup skeptis dengan layanan ini adalah dapat menyebabkan reduksi kemampuan bertahan hidup manusia. Coba bayangkan, dengan adanya fitur pesan antar makanan, orang-orang tidak perlu lagi mengeluarkan usaha untuk mendapatkan makanannya. Hanya dengan ibu jari, sekarang manusia sudah bisa menghadirkan makanan di hadapannya. Bukankah itu adalah suatu hal yang buruk? Sebab, secara tidak sadar kemampuan dasar bertahan hidup manusia akan berkurang, seperti membuat makanan dan bergerak, bukan manusianya. Iya kan?
Adanya layanan GoFood juga dapat mendorong meningkatnya angka obesitas masyarakat. Dengan fitur ini kita bisa mendapatkan makanan tanpa membakar kalori sedikit pun. Walaupun terkadang fitur ini ada ongkos kirimnya, tapi orang-orang rasanya lebih sayang kehilangan kalori daripada kehilangan duit. Saya juga mencari info di internet, banyak survei yang mengatakan bahwa pengguna pesan antar makanan online ini mayoritas adalah anak muda. Jika melihat dampak buruk tadi, bukankah ini sangat berbahaya? Masa sih satu generasi terancam masa depannya gara-gara aplikasi pesan antar makanan?
Tanpa disadari kita akan diarahkan menjadi kelompok masyarakat dengan mental ingin dilayani, kita akan jadi orang yang manja, dan menurut saya ini akan berbahaya. Jika suatu saat tiba-tiba bumi ini terserang zombi, manusia-manusia yang semasa hidupnya hanya bergantung pada layanan pesan antar online tidak akan bisa selamat. Bahkan saya rasa nggak ada satu pun ojol yang mau “berjuang” mencarikan makanan di luar rumah hanya untuk orang-orang yang malas. Lha gimana? Kalau urusannya udah zombi, jelas lebih memilih untuk bertahan hidup dan menyelamatkan nyawa masing-masing. Boro-boro menerima orderan.
Meski saya rasa layanan GoFood hanya lah bentuk kemalasan yang menyamar dan bersembunyi di balik inovasi teknologi, saya tetap sadar betul kemajuan ini bikin sebagian kelompok masyarakat sejahtera. Contohnya ya tentu saja bagi driver ojol itu sendiri. Selain itu, layanan ini memang seperti dua sisi mata uang. Mencerminkan mental kemalasan sekaligus memberikan banyak kemudahan.
Kesimpulannya apakah layanan pesan antar makanan ini perlu ada atau tidak? Jawaban saya, iya. Memang tetap perlu, memang tetap mensejahterakan sebagian orang, dan tentu saja memudahkan. Namun, risikonya benar-benar bisa bikin pusing. Semakin hari kemampuan survival manusia berkurang. Kemalasan masyarakat bakal mengakar dan mendarah daging.
BACA JUGA Driver Ojek Online Curhat Pernah Dicaci Maki Customer dan tulisan Kuncoro Purnama Aji lainnya.