Lampu merah UPY Jogja ini sebenernya konsepnya gimana sih? Untuk mengurai kemacetan? Yakin?
Lampu lalu lintas tentunya dirancang dan dipasang untuk mengatur lalu lintas kendaraan, mengurai kemacetan dan tentunya membuat para pengendara bisa taat aturan demi keselamatan banyak orang. Tapi adakalanya hal-hal yang saya tulis tadi nggak terjadi.
Misalnya, karena pengendaranya yang tidak taat aturan, lebih senang menerobos dengan dalih terburu-buru. Bisa juga karena lampu lalu lintas yang dipasang ternyata tidak memberikan dampak yang signifikan.
Biasanya lampu lalu lintas dipasang di persimpangan jalan yang ramai dilintasi kendaraan. Namun, setiap kali saya melintas di dekat Universitas PGRI Yogyakarta (UPY), saya selalu dibuat bingung dengan lampu lalu lintasnya yang terkesan nanggung dan aneh.
Kondisi daerah UPY
Letak UPY sebenarnya bisa dikatakan cukup strategis. Terlebih universitas ini dekat dengan Ring Road Selatan yang bisa diakses melalui Jalan Wates. Bagi para mahasiswa maupun masyarakat setempat, daerah UPY ini layaknya surga. Pasalnya, beragam warung makan, minimarket, toko pulsa, aksesoris hingga bengkel pinggir jalan pun berjajar rapi.
Akan tetapi, menyimpan banyak kelebihan nggak kemudian membuat daerah ini luput dari kekurangan. Menurut saya, kekurangan daerah ini terletak pada kondisi jalannya yang kerap kali nggak rata, meski sudah dibenahi berkali-kali.
Penerangannya pun masih tergolong minim, padahal 500 meter lagi sudah masuk Kota Yogyakarta, lho! Dan, yang paling aneh, sih lampu lalu lintas di daerah ini yang rasanya seperti nanggung banget!
Banyak lampu lalu lintas, tapi nggak optimal
Nah, permasalahan yang kerap saya alami di daerah ini adalah lampu lalu lintasnya. Menurut saya, daerah UPY sekarang ini terlalu banyak lampu lalu lintas, tapi nggak berfungsi secara optimal.
Sebagai contoh, ketika saya melakukan perjalanan dari daerah Kasihan, di pertigaan kecil antara Jalan Sonosewu dengan Jalan PGRI II terdapat lampu lalu lintas.
Saya memahami, sih kalau di simpangan ini diberikan lampu lalu lintas. Pasalnya memang banyak kejadian pengendara tancap gas sembarangan tanpa melihat kanan-kiri, alhasil kecelakaan adalah hal lumrah di sini.
Namun, meskipun saya sudah menaati lampu lalu lintas di sana, hanya berjarak 60 meter, saya harus berhenti di lampu lalu lintas yang lain. Serius, deh itu menarik gas motor saja dari yang tadi belum maksimal sudah harus tarik rem dan berhenti lagi.
Anehnya, meski di lampu lalu lintas sebelumnya sudah hijau, lampu lalu lintas di sini masih berwarna merah. Duh, apa nggak membuat antrean kendaraannya makin panjang?
Selain itu, ketika banyak pengendara yang sudah mengetahui bahwa mereka akan tetap terkena lampu merah lagi dalam radius 60 meter, banyak yang akhirnya memilih untuk menerobos lampu lalu lintas yang pertama. Kalau seperti ini ‘kan sama saja jadi nggak ada fungsinya!
“Perempatan Viral” malah bebas lampu lalu lintas
Masih di Jalan Sonosewu, sekitar 300 meter dari UPY, terdapat perempatan yang ditandai sebagai Perempatan Viral oleh para netizen di Google Maps.
Setelah saya baca, saya akhirnya menafsirkan sendiri bahwa penamaan “Perempatan Viral” agaknya diberikan karena banyaknya laka adu banteng di sini yang menyebabkan lokasi ini menjadi viral.
Nah, lucunya, perempatan ini justru tidak dipasangi lampu lalu lintas. Perempatan ini hanya dilengkapi dengan polisi tidur di keempat sisi dan diatur oleh Pak Ogah yang kadangkala berjaga.
Namun, tetap saja daerah ini sangat rawan kecelakaan karena pengendara yang melintas memang kerap ugal-ugalan, padahal kondisi aspalnya pun terbilang buruk, penuh lubang, jadi titik kemacetan pula.
Itulah mengapa menurut saya, lampu lalu lintas di daerah UPY ini sangat membingungkan. Kalaupun memang niatnya untuk mengurai kemacetan dan mengurangi angka kecelakaan, harusnya lampu lalu lintasnya dibuat bekerja lebih optimal, dong!
Penulis: Cindy Gunawan
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Kesan Pertama Maba UGM hingga UPY Saat Kuliah di Jogja: Makanan Nggak Terlalu Murah, Macetnya Parah
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.














